Search
Close this search box.

Kami Adalah Bor, Bukan Mata yang Takut Pada Bor*

Oleh: Ustadz Nashir Syaikh ‘Abdul Hayyi

Sejak dimulainya Revolusi Syam pada 2011, Amerika —pelindung rezim Assad— telah menyadari bahwa revolusi tersebut berbeda dari revolusi Timur Tengah lainnya. Amerika menyadari bagaimana bahayanya jika revolusi itu berjalan mulus hingga mencapai ke tujuannya. Amerika pun menggunakan segala macam cara yang kejam untuk menghentikan revolusi. Lantas membelokkannya dari jalur yang semestinya dan melemahkan kekuatannya.

Musuh-musuh revolusi itu terbagi menjadi mereka yang hendak menghancurkan kita dan ‘teman-teman’ yang menipu kita. ‘Teman-teman’ ini membuat kita putus asa dan tak punya harapan lagi. Kemudian memberikan solusi mematikan kepada kita (yaitu) yang mereka sebut sebagai “politik”.

Salah satu metode Amerika yang paling busuk —yang dilakukan melalui anteknya— untuk melawan penduduk Syam dan revolusi mereka yang membara adalah melucuti otoritas umat untuk memutuskan sesuatu, sehingga umat pun kehilangan karakternya. Hal ini membuat umat tampak sebagai bangsa yang terbuang serta tidak memiliki identitas, kemauan, ataupun wewenang.

Tujuan terpenting dari hal tersebut yakni membuat nasib revolusi dan rakyatnya terikat dengan rezim yang bersekongkol dengan Amerika serta antek-anteknya. Baik itu para komandan, faksi, pejabat dan pegawai bayaran lainnya. Semua itu memiliki tujuan menghancurkan semangat revolusi dan jihad dalam jiwa orang-orang yang sangat ingin berkorban untuk mendapatkan ridha Allah Yang Maha Kuasa beserta Rasul-Nya.

Beberapa dari mereka yang berasal dari orang-orang yang terbelakang dan lemah akal. Di antara mereka juga ada yang didesak, dideterminasi, dan dikuntit; guna tujuan-tujuan keji lainnya yang diinginkan oleh musuh Islam dan musuh penduduk Syam. Mereka mengatakan bahwa “Revolusi itu sendiri tidak akan mampu melawan sistem yang ada!”. Maka di sini kita berhak untuk bertanya: “Siapakah pemimpin dan pengkhianat yang sebenarnya?!”.

Bukankah ada ungkapan bahwa “Kebenaran itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya” yang mana maksud dari kebenaran itu adalah agama dan keyakinan kita? Bukankah kita itu mulia dengan agama kita? Bukankah kita merupakan orang-orang yang kuat jika bersama dengan Rabb kita?!

Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam kitab-Nya, “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

Dia juga berfirman, “Sebenarnya Kami melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu (yang batil) lenyap.”

Juga sebagaimana firman-Nya, “Agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.”

Kita adalah penggerak yang melalui upaya kita, dengan izin-Nya Allah, akan melenyapkan segala kebatilan yang ada.

Sesungguhnya hal paling berbahaya dari revolusi Syam adalah keberadaan orang-orang yang senantiasa menebar fitnah, berbuat dosa, dan membuat makar. Di tengah-tengah umat mereka berkoar-koar bahwa revolusi telah berakhir. padahal kemenangan telah berada di pihak musuh.

Dengan begitu tidak ada lagi yang namanya revolusi.

Ditambah, keselamatan umat tidak lagi di tangan mereka sendiri. Keselamatan itu ada pada tangan negara-negara yang telah membenamkan cengkramannya setelah memberi kemerdekaan. Negara-negara itu lalu menancapkan taring penuh racun di dalam raga revolusi ini. Sehingga harapannya bisa membuat revolusi itu hancur berdarah-darah sekaligus menyerangnya dari dalam.

Mereka juga mendikte isi khutbah kepada para khatib. Sehingga khutbah tadi dapat mengecewakan umat, mempermalukannya, memintanya bertanggung jawab atas berbagai masalah, bahkan menyebarkan pemahaman yang melemahkan, melalaikan dan menghinakan.

Padahal sebenarnya berbagai faktor pengganti sistem yang busuk ini merupakan pengorbanan tegaknya hukum Islam. Baik itu dari sisi akidah yang teguh, cita-cita yang tinggi, pun jiwa-jiwa yang mendamba kemuliaan. Mereka menanamkan semangat revolusi dalam jiwa anak-anaknya. Mereka juga menanamkan opini publik seputar revolusi itu sendiri. Dengan begitu, mereka menyampaikan bahwa tidak ada solusi yang adil di tangan para penjajah. Pun, rasa nyaman tidak akan kita raih sebelum mencerabut sistem kotor ini dari akarnya dan menyelamatkan orang-orang dari kejahatannya.

Perjalanan masa revolusi yang panjang ini telah membuktikan besarnya kreativitas yang dimiliki meski dalam kondisi sulit. Juga membuktikan besarnya stabilitas, daya tahan, keteguhan, serta berlimpahnya jumlah SDM. Belum lagi istimewanya faktor-faktor geografis dan politik; yang hanya perlu diserahkan pada ahli politik dan militer. Jika tidak begitu, kita dan revolusi ini sebenarnya berada dalam ambang bahaya yang amat sangat besar.

Semua faktor ini membuat para penentang revolusi bersepakat untuk menyerang upaya revolusi tersebut. Baik dengan menguburkan, pun dengan membatalkannya sebelum bangkit dan pulih kembali. Terlebih ketika membayangkan bagaimana revolusi itu terbentuk, apalagi jika menang. Hal itu akan menimbulkan bahaya yang besar bagi Amerika dan antek lokalnya –yang sebenarnya telah membuat umat terkatung-katung dalam kemalangan selama beberapa dekade. Mereka juga tak segan melawan kembalinya Islam berkuasa dengan mengerahkan segala kekuatan.

Tak sampai di sini, mereka pun merampas aset-aset negara untuk melayani kaum kafir penjajah. Mereka memberi iming-iming akan melindungi kekuasaan atas nama keamanan, berupa penindasan dan kriminalitas yang sistematis. Mereka juga berupaya membuat umat jatuh miskin, sehingga bisa mudah mengendalikannya. Akhirnya umat pun tersibukkan dengan pemenuhan kebutuhan hidup daripada mengoreksi penguasa. Saking bejatnya, mereka mencabut budaya mengoreksi penguasa dari akar-akarnya. Lantas mereka mencoba memerangi setiap upaya perubahan yang berdasarkan pada Islam.

Orang-orang telah menyadari bahwa tidak ada ruang untuk mundur ataupun menyerah. Sebab keduanya berarti bunuh diri. Pun, solusi yang adil dari revolusi harga mati. Percobaan yang dilakukan Mesir, Tunisia, Libya dan Yaman adalah saksi dan bukti terbaik untuk hal itu. Di sisi lain, keimanan menuntut kita untuk menyelesaikan apa yang telah kita mulai. Tentunya dengan rencana yang terorganisir dengan baik, dan jelas berasal dari keyakinan kita, sebagai muslim yang berpijak di atasnya (bukan proyek penyelamatan ala sekuler yang dipaksakan oleh musuh-musuh Islam pada kita, lantas selalu mengintai kita dan revolusi kita). Lalu rencana itu dapat memetakan dan menunjukkan jalan seperti apa yang bisa kita tempuh untuk membebaskan Damaskus dan seluruh Syam dengan izin Allah. 

Rencana ini hanya dapat dilaksanakan oleh Khilafah yang berjalan di atas metode kenabian, bukan yang selainnya. Dengannya saja, faktor menuju kemenangan dapat terhimpun. Dengannya saja, umat Islam yang haus akan aturan Islam berkumpul. Dengannya saja, kita bisa mencapai kemuliaan dan memaksimalkan pengorbanan. Kemudian kita dapat meruntuhkan sistem kufur, penindasan dan ketidakadilan. Pada akhirnya kita akan menegakkan hukum Allah di muka bumi dalam naungan negara dan bala tentaranya. Saat ini telah dekat waktunya, dan akan panjang masanya, insya Allah.

Kami akan terus berada dalam jalan perjuangan bak bara api ini, sampai Allah anugerahi kami obat yang melapangkan dada kami, tentunya dengan keyakinan atas pertolongan-Nya dan berpegang teguh kepada-Nya. Baik bertahan hingga datangnya kemenangan serta sampai pada tujuan, atau berkorban di jalan-Nya hingga kita bisa bertemu dan mendapat keridhaan Allah. Allah SWT berfirman, “Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.” 

Allah SWT juga berfirman dalam surah An-Naml ayat 59-53, “Dan mereka membuat tipu daya, dan Kami pun menyusun tipu daya, sedang mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah bagaimana akibat dari tipu daya mereka, bahwa Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka yang runtuh karena kezaliman mereka. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mengetahui. Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”

Catatan kaki:

*Kalimat ini diadaptasi dari ungkapan dalam sebuah syair yang cukup masyhur di dunia Arab: “al-‘ain laa tuqaawima al-mikhraz”, yang artinya “mata tak mampu melawan bor”. ‘Mata’ adalah analogi untuk rakyat yang melawan kediktatoran pemerintah, sedangkan ‘bor’ dimaksudkan sebagai pemerintah yang kejam dan zalim. Makna ungkapan ini ialah bahwa rakyat tidak akan bisa melawan pemerintah yang zalim, sebagaimana mata (yang mana merupakan anggota tubuh yang lemah dan tak bertulang) mudah sekali jika dihancurkan oleh/dengan bor.

Namun dalam judul makalah ini ungkapannya dibalik, bahwa rakyat adalah ‘bor’nya, bukan ‘mata’ yang ditakuti oleh ‘bor’ (judul asli: nahnu al-mikhraz laa al-‘ain takhsyaahu)

Diterjemahkan dari Surat Kabar Ar-Rayah edisi 306, terbit pada Rabu, 13 Safar 1442 H/30 September 2020 M

Klik disini untuk mengakses sumber

Visits: 2

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram