Oleh: Ustadz Muhammad Al-Jazairi, Aljazair
Pada Jumat (2/10), Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa Islam adalah agama yang hidup dalam krisis di berbagai tempat di dunia dengan mengatakan bahwa, “Islam berusaha menciptakan sistem yang sepadan guna memperketat kontrolnya di negara ini”. Dia mempertegas dalam konferensi persnya yang dikutip oleh media Eropa bahwa, “Islam adalah agama yang saat ini sedang mengalami krisis di seluruh dunia, dan kami tidak melihatnya hanya di negara kami saja.” Perkataannya ini menegaskan bahwa krisis tersebut adalah krisis mendalam yang berkaitan erat dengan ketegangan antara fundamentalisme dan proyek-proyek keagamaan serta politik yang mengakibatkan kejumudan yang sangat parah. Macron berkata, “Prancis harus melawan separatisme Islam yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan masyarakat tandingan disana –yaitu Islam radikal yang merupakan topik utama pembahasan kita, ada keinginan publik untuk menampakkan organisasi sistematis yang bertujuan untuk mengelak dari hukum republik dan menciptakan hukum seimbang yang memiliki nilai-nilai lain dan mengembangkan organisasi lain bagi masyarakat.”
Di antara respon-respon atas pernyataan Emmanuel Macron, beberapa digunakan untuk kepentingan politik dengan melakukan pencitraan seperti yang dilakukan Presiden Erdogan yang mengkritisi pernyataan Macron dengan krisis adab, dimana respon tersebut tidak sampai sepersepuluhnya bila dibandingkan dengan respon yang dilakukan leluhur mereka, sultan-sultan Utsmani yang melarang pertujukan teater penghinaan Rasulullah SAW di seluruh Eropa, atau memperingatkan orang-orang Prancis atas kedigdayaan para Khalifah Utsmani saat membebaskan Raja Prancis, Francois yang ditawan Spanyol. Utsmani juga senantiasa memperingatkan Prancis terkait dukungannya terhadap pembantaian yang dilakukan Armenia yang telah ditetapkan kesepakatannya antara delegasi Amerika dan Rusia, bahwa Armenialah yang telah melakukan pembantaian terhadap kaum muslimin bukan sebaliknya.
Begitupula respon yang dikemukakan Presiden Aljazair, Tebboune yang berlawanan dengan (suara) umat, di mana ia menekankan bahwa dirinya punya kepercayaan besar terhadap Macron.
Kami juga mengamati berbagai pernyataan ulama (yang berpihak pada) pemerintah membeberkan tak lebih dari penjelasan fakta saja. Maksudnya, para pemimpin di Barat termasuk Macron, merekalah yang sedang mengalami krisis, bukan Islam. Itu terjadi karena ketidakpahaman mereka terhadap Islam. Hal serupa juga dikemukakan oleh Ketua Persatuan Ulama Muslim Internasional, Ali Al-Qaradaghi dalam pernyataannya.
Hal yang membuat Macron begitu membenci Islam adalah ketika terjadi pembebasan seorang wanita Prancis yang disandera selama 4 tahun di Mali. Macron sendiri yang menjemput wanita itu di bandara untuk mendengar darinya bahwa ia telah menanggalkan agama leluhurnya dan mengubah arah hidupnya dengan memeluk Islam. Bahkan ia juga mengganti namanya dan memberitahu bahwa dirinya akan kembali ke Mali. Perempuan 70 tahunan itulah yang membuat hati Macron tercabik-cabik selepas bertemu dengannya.
Para politisi Barat dan pemimpinnya telah mengumumkan permusuhan dan perang terbuka kepada Islam beserta corak/metode kehidupannya, mereka menolaknya walaupun apa yang diseru Islam adalah sebuah kebebasan. Mereka juga menolak setiap rancangan politik yang berdiri atas landasan Islam, sebagaimana mereka selalu melontarkan tuduhan palsu pada Islam dan umatnya, yang paling mencolok di antaranya adalah tuduhan terorisme. Bahkan hal itu mereka jadikan selubung untuk merealisasikan kepentingan di negara-negaranya, termasuk untuk kampanye pemilu.
Wahai kaum muslimin di negeri-negeri Barat! Bukankah kalian berimigrasi dari negeri asal kalian karena pahit dan sempitnya kehidupan yang disebabkan oleh tunduknya pemimpin kalian pada negara Barat yang kalian datangi?
Wahai penduduk negeri-negeri Barat yang telah memeluk Islam! Bukankah yang mengeluarkan kalian dari agama orang-orang Barat adalah karena agama kami adalah agama yang benar, sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menenangkan hati?
Sungguh para politisi Barat takkan membiarkan kalian dan agama Islam yang kalian peluk, juga orang-orang yang mendatangi kalian karena dakwah yang memberikan argumentasi dan dalil (yang memuaskan). Para politisi Barat ini tahu bahwa akidah yang mereka emban itu cacat. Sistem yang mereka pakai telah gagal dan batil. Akan tetapi, Barat tidak berada dalam satu kepemimpinan, undang-undang negaranya pun saling bertentangan.
(Hendaknya kalian me-) minimalisir perpindahan kalian ke negara yang mempersilakan kalian untuk mengais nafkah, karena Barat memang membutuhkan kalian dan orang-orang yang berhijrah mendatangi kalian dari negeri-negeri Islam untuk dijadikan pekerja, khususnya para pemuda. Negara-negara Barat sangat cepat menumpaskan kesulitan kalian. Tak lain karena para lansia telah mendominasi masyarakat disana, sedang kebebasan telah merusak dan menggerogoti kaum pria dan wanita, khususnya pemuda.
Maka betapa perlunya umat kita kembali kepada agamanya dalam institusi politik yang akan menjaga dan melindungi mereka. Oleh karenanya, bergegaslah untuk berjuang bersama orang-orang yang memperjuangkan tegaknya Khilafah sesuai dengan metode kenabian.
Dunia ini pun sangat memerlukan sistem dari Tuhan Alam Semesta yang mengeluarkan manusia dari peribadatan sesama manusia kepada peribadatan kepada Tuhannya manusia. Di saat itulah negeri-negeri kalian akan berubah menjadi Negara Islam, ia akan merawat kalian sebagaimana Rasulullah SAW mengabarkan bahwasanya agama ini akan melampaui apa yang dijangkau malam dan siang. Beliau juga mengabarkan bahwa ia berlepas tangan dari orang-orang yang hidup di antara punggung-punggung orang kafir. Maka jadikanlah respon kalian atas penghinaan Macron sebagai jalan keselamatan kalian dengan beramal menegakkan Khilafah. Sungguh, kemuliaan akan senantiasa meliputi kalian di dunia maupun di akhirat.
Diterjemahkan dai Surat Kabar Ar-Rayah edisi 310, terbit pada Rabu, 11 Rabi’ul Awwal 1442 H/28 Oktober 2020 M
Klik di sini untuk mengakses sumber
Visits: 0