Search
Close this search box.

Strategi Licik Barat Untuk Mencabik-cabik Umat (Melalui Etnis dan Sektarianisme) Muaranya Adalah Kegagalan!

Timur Tengah mewakili wilayah geografis dan peradaban yang sangat penting dengan sumber daya ekonomi yang signifikan dibandingkan dengan wilayah lain di dunia. Itulah yang selalu menjadikan wilayah ini sebagai pusat kegiatan negara, dan menjadi lokasi strategis bagi setiap negara adikuasa manapun. Setiap strategi untuk mendominasi dunia haruslah melalui Timur Tengah terlebih dahulu, oleh karena itu, Barat mencurahkan perhatian yang sangat besar untuk memisahkan Timur Tengah dari persatuannya yang pernah berada di bawah naungan Khilafah Islamiyah. Kemudian Barat mengkotak-kotakan Timur Tengah layaknya pemenang yang membagi-bagi harta rampasan kepada negara-negaranya. Bahkan setelah situasi internasional berubah pasca perang dunia kedua, Timur Tengah (jantung negara-negara muslim) tetap menjadi pusat segala rencana jahat.

Dari sini Barat memusatkan perhatiannya dengan berusaha untuk tetap menjadikan wilayah ini berada di bawah kendalinya, dan menghalangi Timur Tengah dari segala kemerdekaan yang hakiki, karena wilayah tersebut akan segera kembali kepada akidah dan mabdanya jika dibiarkan. Maka, Timur Tengah selalu berada di bawah pengawasan ketat Barat untuk memantau dan mencegah pergerakannya. Setiap pergerakan yang mengarah kepada mabda serta agama akan langsung terdeteksi, sehingga Barat mampu memalingkannya dari tujuan asli.


Sesungguhnya dunia Islam saat ini hidup dalam kepedihan. Ini adalah hasil diterapkannya sistem rusak kepada kaum muslimin yang sangat bertolak belakang dengan akidahnya, serta merupakan hasil dari upaya yang digencarkan Barat kepada kaum muslimin berupa kezaliman dan penindasan sejak dahulu. Oleh karena itu, kaum muslimin sangat mendambakan kedudukan mulia yang dapat mengembalikannya kepada kedudukan yang semula, serta mampu menghapuskan ketidakadilan dan kediktatoran dari kaum muslimin. Akan tetapi, kaum muslimin tidak mengetahui metode penerapannya, sehingga mereka jatuh dalam kebuntuan yang dirancang oleh Barat. Sangat disayangkan, mereka jatuh dalam kesalahan yang sama berulang kali yaitu tatkala mereka menjadikan Barat sebagai model (suri teladan) mereka.


Pada saat ini, wilayah Timur Tengah layaknya gunung berapi yang sangat besar (sewaktu-waktu dapat erupsi), dimana tidak ada yang tahu konsekuensi serta akhir dari revolusi ini. Terlebih pasca revolusi Arab Spring, muncullah pemerintahan yang lebih kotor dari sebelumnya, hal inilah yang mendorong berlanjutnya reaksi sadar dari revolusi-revolusi ini, sehingga kaum muslimin mencapai apa yang mereka cita-citakan. Janganlah kalian tertipu berbagai informasi media yang sesat, karena metode Islam saat ini jauh lebih siap untuk kembali kepada pemerintah Islam, akan tetapi kaum muslimin kacau pikirannya dan kehilangan kesadaran secara total. Semua itu disebabkan oleh apa yang ditanamkan Barat berupa kebencian, sektarianisme, dan kedengkian yang berlangsung kurang lebih 100 tahun lamanya. Hal itu terjadi setelah Barat mengangkat penguasa sebagai antek untuk kepentingan dan urusannya, dan sebagian umat pun tertipu dengannya.


Sesungguhnya apa yang Barat tanam berupa ide sektarianisme di antara kita saat ini belumlah ada sebelum 100 tahun yang lalu. Dahulu, jika ditemukan perselisihan di tengah-tengah umat, maka solusinya berasal dari Kitabullah dan sunnah Rasul, namun karena saat ini kita terkungkung berbagai fitnah, kita tidak dapat mencapai apa yang telah dicapai orang terdahulu. Kalau saja Barat tidak menanamkan ide-ide ini, berupaya melanggengkannya, serta menciptakan realitas kehidupan berisi kezaliman, konflik, dan kebencian di antara kita saat ini, sungguh kembali kepada masa kemulian sangatlah dekat! Akan tetapi sangat disayangkan, Barat adalah pemimpin dari perputaran ide-ide ini, dia pula yang mengatur konflik ini (sektarianisme), mengintervensi keputusan para penguasa kita yang khianat serta ikut andil dalam kebohongan media massa.
Sebenarnya Iran tidaklah berbeda dengan negara-negara Islam lainnya, ia hanyalah gambaran dari kaum muslimin dan penguasa yang khianat, pion yang diangkat Barat untuk menjalankan rencana-rencana Barat serta merampas kekayaan Iran, lalu meninggalkannya menderita dan hidup terbelakang mengais remah kehidupan, sebagaimana keadaan negara lainnya. Jika kita menilik kembali sejarah Iran, maka kita akan mendapati relasi konspirasi dan akan mendapati (contoh) bahwasannya pasca invasi Iran oleh aliansi pasukan Inggris-Soviet tahun 1941, yang saat itu dipimpin oleh Reza Khan dari tahun 1925-1941. Kemudian ia menyerahkan kekuasaan kepada anaknya Muhammad Reza Shah Pahlevi. Ia berkuasa hingga revolusi tahun 1979, dan pada periode ini berlangsung upaya pembunuhan Shah tahun 1949 yang dilakukan anggota Partai TUDEH sosialis. Dan pada akhir tahun 1950-an berlangsung perselisihan singkat dengan Mohamed

Mossadegh (seorang sekularis) tatkala Mohamed Mossadegh bersikeras mempertahankan keputusannya untuk menasionalisasikan minyak Iran dan mencabut izin perusahaan minyak Inggris saat itu. London memberlakukan sanksi yang keras kepada Teheran (ibukota Iran) dan memaksanya untuk mundur dari keputusan tersebut. Mossadegh tidak mundur dari keputusannya sehingga membuat Inggris dan AS merencanakan kudeta yang dikenal sebagai Operasi AJAX yang akan menggulingkan dan mengakhiri dampak nasionalisasi. Kemudian mereka menjadikan Muhammad Reza kembali berkuasa untuk memulai program reformasi pada tahun 1963 dengan dukungan dan kerjasama Barat. Iran memerintah menggunakan tangan besi serta menghapuskan seluruh partai politik lalu menyisakan partainya berkuasa dan membentuk kembali intelijen (SAFC) yang telah melakukan kejahatan paling mengerikan menyerang masyarakat negeri Iran.

Sebagaimana Shah menasionalisasi mayoritas lahan pertanian pada 16 Januari 1979, umat Islam bergerak untuk menghilangkan debu penghinaan, terlebih tatkala Shah melarang jilbab dan mengganti kurikulum pendidikan. Sesungguhnya yang diinginkan masyarakat ini adalah penerapan syariat Islam dan melanjutkan kehidupan di dalamnya atas manhaj rabbani. Revolusi ini mewakili semua pergolakan masyarakat tidak ada perbedaan antara Sunni-Syiah.


Tetapi, tatkala Amerika meminta pertolongan kepada Khomaini yang berada di pengasingan Perancis, koneksi telah dibuat antara presiden Jimmy Carter dan Ayatullah Khomaini pada tahun 1979 –dan telah berjanji di akhir untuk mencapai piramida negara tertinggi dengan syarat Iran tidak memotong minyaknya untuk Barat, serta tidak mengekspor revolusi kepada negara kawasan itu– jalan revolusi rakyat ini berubah menjadi kepentingan AS (sumber: kebocoran Wikileaks), karenanya sempurnalah pengaruh AS atas militer untuk memfasilitasi revolusi demi kepentingan Khomaini. Sedangkan tugas Khomaini adalah mengamankan stabilitas dari dalam, menyimpangkan revolusi, menyingkirkan para pemimpin yang mukhlis baik dari Sunni-Syiah tanpa terkecuali! Ketika Khomaini tiba di Teheran, ia menyampaikan pidato pertamanya, kemudian diikuti pidato oleh Syekh Ahmad Mufti Zadeh (dia adalah simbol terbesar revolusi dan seorang Sunni). Tatkala Khomaini menetapkan konstitusi, Syekh Ahmad menolak dan berkata, “hal ini membuat negara memasuki perkara mazhabiah yang dapat memecah-belah persatuan.” Lalu, Syekh Ahmad dipenjarakan atas tuduhan oposisi dan menolak konstitusi. Beliau tidak keluar dari penjara kecuali beberapa hari sebelum kematiannya. Begitupula nasib yang sama terjadi kepada pemimpin revolusi yang mukhlis.


Era baru dimulai dengan pengorbanan darah para syuhada. Rakyat Iran terus menuntut untuk kembali pada hukum syara’, namun Khomaini memiliki pidato lain yang membawa revolusi keluar dari jalur yang sebenarnya dan mengubahnya sesuai dengan keinginan Barat. Oleh karena itu, pada 30 Agustus 1979, Hizbut Tahrir memperkenalkan rancangan konstitusi Islam yang berasal dari al-Qur’an dan sunnah lalu menyerahkannya kepada Khoimaini serta anggota parlemen untuk mempersiapkan konstitusi dan mengadopsinya jika mereka merasa benar dengan apa yang mereka klaim. Akan tetapi, Khomaini dan anggota parlemen mengkhianati darah para syuhada, sehingga mereka ditelanjangi di depan umat dan di depan partai (HT) yang membongkar seluruh aib mereka. Khoimaini merombak seluruh konstitusi Iran dan mengatur rezim (wilayah al-faqih) sesuai dengan yang mereka setujui.

Setelah penetapan kekuasaan dan wewenangnya, Khoimaini memerintah rakyat dan negaranya serta memperluas kesenjangan di antara rakyat Iran, menumbuhkan sektarianisme dengan segala cara, dan dia menjadi perpanjangan tangan Amerika untuk mempersiapkan strategi selanjutnya dalam mengimplementasikan kebijakan Amerika di wilayah tersebut. Khomaini mulai menipu dunia dengan memusuhi Amerika (iblis) dan entitas Zionis padahal dia adalah antek mereka untuk mengimplementasikan seluruh rencana mereka.


Itulah sebabnya, kita mendapati ingatan orang-orang yang berumur kurang dari 40 tahun, mereka hanya mengetahui bahwa Iran adalah musuh Amerika, dimana gambaran yang ada hanya terbatas bahwa Amerika adalah iblis alias induk dari segala kejahatan. Padahal mereka tidak tahu bahwa ternyata kedua pihak tersebut memiliki hubungan baik dan perjanjian persahabatan hingga saat ini! Sejarah telah membuktikan bahwa tidak pernah ada permusuhan dan peperangan diantara mereka. Bahkan sebaliknya, Iran berperang pertama kalinya dengan Irak yang dinamakan sebagai perang Teluk Pertama yang pecah pasca revolusi Iran berlangsung pada tahun 1980, berlangsung selama 8 tahun dan diperkirakan lebih dari 1 juta korban tewas yang menyebabkan kerusakan besar diantara kedua negara. Terlepas dari konflik internasional, sebenarnya perang itu untuk kepentingan Amerika semata, dengan tujuan mencegah kembalinya revolusi atas apa yang telah dilakukan Khoimaini setelah membunuh para mukhlisin.

Irak dilemahkan agar menjadi negara di sisi teluk yang terbuka serta menjadi tempat pemerasan sebagai batu loncatan untuk mencapai Arab Saudi. Disanalah awal mula terjadinya permusuhan dan konflik Sunni-Syiah yang terus berlangsung hingga saat ini. Salah satu bentuk persahabatan AS-Iran adalah skandal jet Iran dan penjualan senjata perang oleh AS dan entitas Zionis kepada Iran selama perang. Pada perang 2003 di Irak, rezim Iran adalah salah satu pilar pengokoh Amerika dimana ada keharmonisan antara AS dan Iran. Dalam fatwa Sistani, rakyat Iran dilarang memerangi pasukan Amerika karena mereka adalah pasukan pembebas. Di lain sisi, kita tidak boleh melupakan apa yang telah dilakukan oleh milisi Syiah yang didukung pemerintahan Iran di negeri Irak serta apa yang dikatakan oleh Kori Shimoni di koran Ma’arif Yahudi, dia mengatakan, “Iran adalah negara regional dan kita memiliki banyak kepentingan dengannya. Apa yang terjadi dengan entitas kita bukanlah permusuhan dan konflik keberadaan melainkan konflik pengaruh.” Lantas, apa kepentingan strategis antara entitas Yahudi dan Iran? Kita tidak boleh melupakan peran organisasi Syiah di dunia yang diam-diam didanai oleh Amerika untuk menyebarkan pemikiran Syiah ekstrimis untuk menentang Islam yang sahih dan mendukung konflik Sunni-Syiah karena konflik ini menjamin keberadaan dan keberlangsungan entitas Zionis serta mencegah bersatunya umat. Media massa juga memiliki peran besar dalam menggambarkan dan memicu permusuhan ini. Media mampu menggambarkan ukuran kekuatan Iran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau dengan bentuk apapun. Segala hal ini tidak lain hanyalah untuk melayani kepentingan Amerika di wilayah tersebut. Fenomena reaktor nuklir Iran tidak lain hanyalah orang-orangan sawah untuk menguras uang orang teluk serta memungkinkan bagi entitas regional yang lemah seperti Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman, U.E.A, Yordania, Mesir, dan Irak untuk membangun pangkalan militer di dalamnya. Ini adalah jenis kolonialisme baru sebagai ajang persaingan atau lebih tepatnya untuk merusak pengaruh negara-negara Eropa pada umumnya, dan Inggris khususnya. Hal inilah yang terjadi dan masih terjadi hingga kini. Amerika Serikat menggunakan Iran dan partainya (AS) di Lebanon untuk mendukung rezim Assad di Suriah. Perang ini telah menyebabkan kerugian yang besar pada pihak Iran dalam segi finansial dan militer, terlebih untuk membongkar kedok dan kebohongan para oposisi.


Tatkala perang Iran hampir berakhir, sikap AS terhadap Iran semakin berubah. Realitanya, AS mulai berubah sejak presiden Trump berkuasa dan mulai tampak jelas permusuhannya saat AS membatalkan perjanjian nuklir Iran, dimana AS memberikan sanksi keras kepada Iran dan akan memberikannya sanksi yang lebih pedih lagi karena niat AS pada keadaan ini adalah membujuk masyarakat Iran untuk bangkit dan memberontak melawan rezim. Inilah yang diharapkan segera terjadi dalam waktu dekat. Sanksi-sanksi ini telah menyebabkan pelarian modal uang ke luar negeri yang berdampak pada inflasi mata uang Iran. Inflasi secara signifikan dalam nilai toman (mata uang Iran) terhadap dolar pada periode akhir. Pemerintah mengerahkan segala upaya untuk melawannya dengan mempertahankan nilai mata uangnya terhadap dolar sebesar 4.200 tomans. Sedangkan di pasar gelap saat ini, lebih dari 7.000 tomans per dolar. Ini adalah bentuk tekanan yang sangat besar terhadap pemerintah dan telah menyebabkan pelarian lebih dari 200 miliar dolar disamping dana lain dengan sepengetahuan pengawal revolusi (AS). Pemerintah berusaha berlepas diri dalam standardisasi dolar ke mata uangnya tapi gagal dan mencukupkan diri menggunakan standar mata uang Eropa (euro) dalam bursa dan transaksi pemerintah. Namun, kerusakan sosial yang ditinggalkan oleh rezim selama periode itu sangat memperburuk situasi internal.


Detik-detik jatuhnya rezim (wilayah al-faqih) di Iran sangatlah jelas bagi setiap orang, akan tetapi sulit memprediksi waktu dan bentuk jatuhnya, apakah akan menjadi pemberontakan besar-besaran? Ataukah perubahan terjadi di jalan revolusi yang halus? Atau seperti pola revolusi Arab Saudi? Jelaslah bahwa Amerika sedang berusaha memecah belah Timur Tengah dan ia tidak suka jika Timur Tengah menjadi negara besar. Semua ini dilakukan untuk melayani kepentingannya mendatang. Hari ini, telah datang kesempatan untuk memilih peran bagi Iran, Arab Saudi dan Mesir, tidak penting ia berperan sebagai protagonis atau antagonis, yang terpenting adalah semua berada di bawah kendali Amerika dan tidak ada pemeran lain selain pilihan AS di panggung pementasan secara mutlak. Begitupula dalam pembagian dalam bentuk sektarianisme yang bermandikan darah dan kebencian.

Sayangnya, pembagian ini akan menjadi ide praktis untuk menumpahkan darah dan menyelesaikan permasalahan. Dalam konteks ini telah diajukan beberapa proyek yang membahas permasalahan tersebut, misalnya:
Proyek Bernard Lewis untuk memecah negara Timur Tengah Raya yang ia tulis setelah pernyataannya pada penasihat keamanan nasional AS, Brzezinski, ia mengatakan, “sesungguhnya dilema yang akan dihadapi AS adalah bagaimana mengaktifkan perang teluk kedua setelah perang teluk pertama agar AS bisa memperbaiki perbatasan Sykes-Piscot.” Hal itu telah diadopsi Amerika pada tahun 1983.
Proyek Ralph Peter yang muncul setelah proyek Bernard Lewis, dilaksanakan untuk mendukung pemisahan berdasarkan ketentuan darah. Hal tersebut diterbitkan pada majalah angkatan bersenjata tahun 2006, yang berisi pembagian wilayah Timur Tengah dan wilayah Islam.


Ada banyak pembicaraan mengenai proyek-proyek yang mengungkap niat AS untuk memecah belah wilayah berdasarkan garis etnis dan madzahib (etnis, sekte, kelompok, dan golongan) dalam rangka mengamankan kepentingannya secara permanen serta bersesuaian dengan ambisi baru AS. Terlepas dari kelayakan pelaksanaan proyek-proyek ini atau niat AS untuk membagi bagi wilayah termasuk rencana strategis terpadu, tingkat keberhasilan atau kegagalan hal itu bergantung kepada penguasaan AS terhadap masyarakat di wilayah tersebut sebagai rencana strategis komperhensif yang sesuai dengan rencananya. Oleh karena itu, kita mengatakan bahwa setiap tindakan dekonstruksi tanpa kemampuan untuk membangun entitas Islam yang bersatu dalam visi ideologi yang tetap tidak lain hanya akan melanggengkan kepentingan AS. Karena itu, wajib bagi orang yang beraktivitas tanpa pandangan yang menyeluruh dan jelas dan tidak memiliki tujuan nyata yang mendasar serta spesifik haruslah meninjau kembali perhitungan mereka, karena mereka hanyalah melayani Barat yang merupakan musuh kaum muslimin dan mereka menyangka apa yang mereka lakukan adalah kebaikan.


Setiap orang harus menentang seluruh proyek separatis walaupun terlihat sebagai solusi sementara, hal ini akan menyebabkan hilangnya entitas dan hegemoni yang akan memperbesar masalah dan kita akan berada di posisi yang lebih lemah dari saat ini. Hasilnya, apa yang tidak kita sepakati kemarin akan kita sepakati besok karena sangat lemahnya kedudukan dan ketidakmampuan kita untuk menghadapi masalah tersebut. Oleh karenanya, wajib bagi setiap masyarakat yang bergolak untuk menyadari bagi solusi partisi (pembagian negara) bagaikan paku di peti mati bagi wilayah ini. Merupakan sebuah keharusan bagi setiap rakyat yang senantiasa menanti kemuliaan dan kembalinya kejayaan yang telah lalu untuk melihat persektif syara’ yang dibangun atas kesadaran politik yang terpancar dari akidah Islam.

Sesungguhnya konflik yang terjadi di tengah-tengah umat yang satu telah ada solusinya di dalam syara’ dan syara’ akan menyelesaikannya. Akan tetapi wajib bagi setiap umat Islam untuk memutuskan setiap persekongkolan pemerintah yang menguasai diri mereka dan menulikan telinganya dari media yang menyesatkan dan mengarahkan kita kepada sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kita dan agama. Ketahuilah, kepentingan Barat yang paling utama adalah meniadakan kembalinya kekuatan Islam dalam bentuk apapun pada panggung perpolitikan internasional. Hal itu terjadi karena Barat sangat menyadari bahwa Islam memiliki peradaban yang independen terlepas dari peradaban-peradaban lainnya dan sejarah telah mengukir peradaban Islam yang agung. Sesungguhnya Islam sangat layak membuat aturan dunia yang baru tanpa perlu bergantung pada salah satu pilar Barat atau yang lainnya. Kami kaum muslimin memiliki akidah yang kuat seperti kokohnya gunung terlepas dari seluruh permainan Barat selama paling sedikit 100 tahun. Dan kegagalan total adalah hasil dari kerja keras Barat selama ini!


Sesungguhnya dunia Islam bagaikan raksasa yang tertidur. Akan datang hari dimana ia terbangun dari tidurnya. In syaa Allah umat ini akan sadar bahwa mereka adalah asas kekuataan dan para penguasa mereka tidak lain hanyalah boneka dari musuh-musuh mereka. Karena itu, wajib bagi setiap mukmin untuk memiliki ghirah syahadat ‘laa ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah’ melawan dengan kekuatan dalam rangka merealisasikan proyek umat melawan makar Barat. Tidak ada satupun proyek yang bertujuan untuk mewujudkan kembalinya kehidupan Islam kecuali proyek Hizbut Tahrir yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah. Hizbut Tahrir telah bergerak selama 65 tahun. Ia telah membangun kelompok yang sangat besar dengan bantuan Allah. Ia selalu mengikuti berbagai konflik internasional serta perubahan di area internal dan eksternal. Ia memiliki kemampuan untuk memimpin umat dengan keserasian. Semoga Allah memberikan pertolongan dan keamanan.


Wahai masyarakat Iran, sesungguhnya solusi itu bukan berasal dari para pengkhianat dan penguasa anteknya. Bukan pula resolusi dari kekuatan negara besar, namun solusinya terdapat dalam inti akidah kita yaitu dengan melaksanakan hukum syara’ dan berpegang teguh pada hukum Allah. Hal itu hanya dapat diwujudkan melalui Daulah Khilafah Rasyidah yang telah Rasulullah janjikan kepada kita. Khilafah-lah yang akan menjaga kita dari larangan Allah dan pertumpahan darah, menghilangkan kezaliman, membenarkan yang haq, dan menyalahkan yang batil.


Wahai para tentara kaum muslimin di seluruh penjuru negeri, lakukakan segala upaya untuk menolong agama ini dan menjaga darah kaum muslimin. Raihlah kemenangan dengan kemuliaan di dunia dan di akhirat. Janganlah kalian menjadi salah satu alat kejahatan yang berada di tangan para penindas dan antek penghianat. Ketahuilah, hal itu adalah hal yang dibenci oleh Allah Al-Aziz Al-Jabbar.


Allah berfirman, “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang diantara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatupun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55)
“…Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.” (Al-Hajj : 40)

Abdul Karim Abu Mush’ab
(Sumber: Al-Wa’ie)

Visits: 8

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram