Search
Close this search box.

Revolusi Syam dan Tipuan ‘Solusi Amerika’

Oleh: Ustaz Mar’iy Al-Hasan, Suriah

Suatu kaidah mengatakan, “Jika penyebabnya diketahui, maka hilanglah rasa takjub itu.” Dari pernyataan ini, perlu adanya pendahuluan yang darinya kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Selama berabad-abad, negara-negara saling melawan satu sama lain demi mendapatkan posisi negara nomor satu di dunia, karena hal tersebut dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk menguasai hubungan internasional. Yang kami maksud (di sini) bukanlah hubungan yang mengikat antara negara tersebut dengan negara selainnya saja, tapi juga menguasai hubungan antar negara-negara lain, sekalipun negara nomor satu tadi tidak menjadi pihak di dalammya.

Berbagai negara silih berganti menempati kedudukan ini, seperti Romawi, Persia, dan jauh sebelum keduanya ada bangsa Firaun, Babilonia, dan lainnya.

Ketika Islam datang, negaranya menduduki puncak piramida internasional sampai akhirnya Barat berhasil meruntuhkan Daulah Khilafah Utsmaniyah sehingga muncullah Inggris sebagai negara superpower di dunia. Ketika Inggris mendirikan Liga Bangsa-bangsa tahun 1919, ia membentuk konstitusi internasional sesuai kehendaknya.

Akan tetapi Perang Dunia kedua segera pecah. Di antara hasil pentingnya adalah munculnya Amerika sebagai satu-satunya pemenang tanpa kerugian sehingga menghantarkannya menjadi negara superpower, serta munculnya Uni Soviet sebagai pemilik kekuatan yang besar.

Bersamaan dengan perubahan ini, terjadi perubahan pada konstitusi internasional sehingga Liga Bangsa-bangsa dihapuskan. Amerika kemudian merekonstruksi konstitusi internasional melalui Badan PBB tahun 1945. Baik PBB, dewan-dewan, dan organisasi-organisasi di bawahnya menjadi alat yang digunakan Amerika untuk mengendalikan berbagai hubungan internasional. Dari sini Amerika mulai menarik ‘permadani’—atau yang akrab disebut penjajahan gaya lama—dari kaki Eropa. Kemudian dimulailah masa penjajahan modern (neoimperalisme) melalui rezim antek milik Amerika dengan cara kudeta, bukan melalui pendudukan militer secara langsung.

Di Suriah, kudeta militer silih berganti seiring dengan pergantian agen-agen negara Barat seperti Prancis, Inggris, dan Amerika. Kudeta militer tersebut tidak akan pernah terjadi sampai Hafez al-Assad menyetujui pengubahan loyalitas Partai Ba’ath Sosialis Arab dari yang sebelumnya bekerja kepada Inggris, menjadi bekerja kepada Amerika, yang dikenal sebagai “Gerakan Perbaikan”. Ia menangkap agen-agen Inggris yang menyelisihinya.

Oleh karena itu, meskipun revolusi Syam adalah revolusi untuk menggulingkan Bashar Assad, yang terjadi sebenarnya adalah revolusi itu bertujuan menggulingkan Amerika secara langsung. Dengan kata lain, itu adalah revolusi melawan kepentingan Amerika di daerah, bahkan di seluruh dunia karena Suriah memilki posisi strategis di peta geopolitik.

Darinya kita dapat mengetahui penyebab keengganan Amerika dalam intervensi militer menggulingkan kepala rezim, bertolak belakang dengan yang dilakukan Amerika terhadap Khadafi sebagai agen Inggris di Libia. Melalui militer, Amerika berupaya keras mencegah jatuhnya Assad agar Suriah tidak lepas dari cengkeramannya. Ia memberi Suriah tenggat waktu melalui Liga Arab dan Dewan Keamanan—salah satu alat kontrol Amerika atas konstitusi internasional—, kemudian ia memberi lampu hijau kepada Rusia untuk ikut andil dan mendukung Assad setelah pertemuan antara Obama dengan Putin pada 30 September 2015, sehingga muncullah intervensi Rusia, setelah gagalnya Iran beserta partai Lebanonnya dalam menghentikan revolusi Syam.

Itulah sebabnya Amerika selalu mendeklarasikan bahwa solusi politik adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri krisis Suriah, padahal kenyataannya solusi politik tersebut adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri krisis Amerika di Suriah. Yang dimaksud dengan keberhasilan sebuah revolusi menggulingkan rezim adalah berdirinya Negara Islam yang akan kembali ke posisi internasionalnya sebagai negara pertama di dunia. Dengan kata lain, bukan hanya sekadar keluarnya Suriah dari hegemoni Amerika, melainkan berakhirnya pengaruh Amerika di dunia.

Sebuah pandangan yang cermat pada butir-butir solusi politik Amerika menunjukkan bahwa solusi tersebut adalah solusi untuk menjaga hegemoni Amerika, dan tidak dapat mewujudkan sesuatu yang diinginkan oleh pejuang revolusi. Padahal mereka telah menyerahkan berbagai pengorbanan sepanjang lebih dari satu dekade di jalan ini.

Komite perundang-undangan: Komite ini telah dibentuk dengan presentase satu pertiga, sepertiga di antaranya dipilih oleh rezim yang zalim, sepertiga oleh PBB, dan sepertiga sisanya dipilih oleh Koalisi Nasional bentukan Amerika.

Ini menjelaskan bahwa Amerika hanya berdiskusi dengan dirinya sendiri. Selanjutnya, segala yang akan dikeluarkan/dihasilkan oleh komite ini mencerminkan apa yang Amerika rencanakan untuk kita (warga Syam) dengan tangan berlumur dosa. Amerika hendak merancang undang-undang buatan manusia yang menentukan segala aspek kehidupan untuk kita, agar kita melakukannya sesuai dengan apa yang mereka izinkan, dan bukan sesuai dengan yang kita inginkan atau kita ridai.

Badan Pemerintahan Transisi: Kebijakan apa yang kita harapkan darinya? Jika pembentukan Dewan Nasional di Doha dilakukan di bawah pengawasan dan dihadiri langsung oleh Duta Besar AS, Robert Ford dan koalisi nasional setelahnya—yang dibentuk oleh kedutaan besar negara-negara yang mendikte parpol-parpol berikut anggotanya—, maka Badan Pemerintahan Transisi bukanlah perkara baru dibanding pendahulunya, tetapi badan ini akan ditentukan oleh keputusan Amerika, PBB, beserta perangkatnya—yang berasal dari negara-negara pelaku revolusi—.

Pemilu dengan pengawasan PBB: Melalui pemilu ini, kelas politik yang berkuasa akan dipilih, kelas politik yang akan mendatangi kita melalui pintu gerbang solusi politik Amerika, persis seperti kelas politik yang berkuasa di Irak datang dengan tank Amerika. Dampak yang penduduk Irak rasakan dari penguasanya tersebut tidak berbeda dengan dampak yang akan kita rasakan dari penguasa kita. Jangan mengira bahwa pengawasan PBB terhadap pemilu-pemilu adalah untuk menjamin kemurnian pemilu, melainkan untuk memperkuat cengkeraman mereka terhadapnya (kelas politik berkuasa/para pemimpin). Bagaimanapun kondisinya, hasil pemilu akan sesuai dengan keinginan mereka.

Tindakan membangun kepercayaan yang wajib dilakukan selama tahap sebelumnya:  Tidak perlu menjelaskan seberapa besar kepercayaan terhadap suntuk sistem dan sejauh mana keterikatannya dengan tindakan yang diperlukan, karena hal itu telah diperjelas oleh hubungan rezim tersebut dengan wilayah yang dikembalikan padanya oleh dua penjamin, yaitu Turki dan Rusia.

Maka kami bisa melihat definisi kepercayaan pada sistem kafir yang tidak bermoral, ia menangkap para pemuda perdamaian, mereka dipaksa untuk memerangi keluarga mereka di Idlib sebagai bentuk kebencian pada mereka—bertentangan dengan perjanjian yang diklaim—. Dan kami mendapati kepercayaan dalam hubungannya dengan pasukan kita di Daraa, Homs, Ghouta, dan Khon Sheikhoun

Jika seperti ini bentuk hubungannya, sedangkan revolusi masih berlangsung di sisa kawasan yang merdeka dan kita masih memiliki senjata, maka bagaimana bisa mereka berhubungan dengan kita jika sebelumnya menerima solusi Amerika dan perkara kita berakhir di bawah kekuasaan pembalasannya?!

Hal yang paling berbahaya pada solusi politik Amerika adalah pemeliharaan atas penerapan sekularisme negara. Karena sebagaimana sekularisme memberikan manusia wewenang untuk membuat undang-undang, ia juga memberikan wewenang untuk mengubah undang-undang. Kita semua mengetahui bagaimana undang-undang ini berubah-ubah dari satu waktu ke waktu yang lain, sesuai dengan kondisi dan kekuatan yang mempengaruhi. Apa yang telah ditetapkan oleh dewan bentukan Amerika untuk kita pada hari ini—dalam rangka menyulut kemarahan rakyat dan menenangkan mereka dari kebijakan-kebijakan semisal penentuan batas periode kepemimpinan presiden dan membatasi wewenangnya di bawah pengawasan—akan direvisi suatu saat nanti setelah meredanya kemarahan rakyat, dan kekuasaan dipegang oleh sosok yang dipilih Amerika sebagai pemimpin bagi kita.

Setelah itu akan muncul pula revisi konstitusional dan perundang-undangan untuk memberikannya berbagai wewenang atas nama undang-undang darurat yang menangguhkan efisiensi undang-undang sesuai pandangannya.  

Oleh karena itu, sistem pemerintahan sekularis ini merupakan pabrik pencetak diktator. Kita tidak akan dapat menghentikan mereka kecuali dengan menghancurkannya. Barangsiapa yang tidak mampu melihat dampak dari solusi politik sekuler Amerika di Syam—karena belum diterapkan—, maka hendaklah ia melihat pencapaian sistem sekularis di Mesir, di mana perumusan undang-undang dibuat dalam rangka meredam ledakan (amarah) rakyat, kemudian berbagai revisi pun terjadi agar dapat mencetak pemimpin tiran yang baru dengan nama yang lain. Atau hendaklah ia melihat Irak dan apa yang menimpa rakyatnya disana sebagai dampak dari solusi Amerika.

Adapun strategi-strategi yang rezim sekuler tunduk padanya dengan rendah hati di hadapan tuan mereka, membawa kita semua dalam kesempitan hidup: Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa Amerika menggunakan organisasi internasional sebagai alat untuk memaksakan kehendaknya kepada negara-negara yang penguasanya—dengan senang hati—sepakat untuk tunduk dan loyal dalam permainan demokrasi.

Oleh karena itu perekonomian akan bergantung pada keputusan IMF dan Bank Dunia. Kemudian kekayaan dan pertumbuhan ekonomi kita akan terbatas pada remah-remah yang mereka sisihkan dari barang jarahan untuk kita. Sistem sosial bagi ibu dan anak akan sesuai dikte UNICEF dan perjanjian CEDAW yang memiliki misi untuk menghancurkan keluarga muslim dan merekonstruksi ulang sesuai dengan standar Barat.

Sedangkan pendidikan yang ditujukan untuk membentuk generasi kita, akan disetir oleh UNESCO. Sehingga kurikulum dan pemikiran kita diisi dengan pemikiran-pemikiran Barat, maka ditunjukkanlah pada kita perbuatan amoral sebagai bentuk kebebasan, riba sebagai bentuk memajukan ekonomi, murtad dari Islam sebagai kebebasan berkeyakinan, serta memperlihatkan pada kita hukum-hukum kisas dan hudud sebagai sebuah kekejaman.

Singkatnya, akan terbentuk generasi-generasi yang pemikirannya sudah terdistorsi, dan identitas umat ini telah lepas darinya di masa lalu dan masa kini, sehingga kelak di masa depan bergerak mengikuti Barat sekehendaknya. Adapun mengenai kedaulatan luar negeri, kita pun akan tunduk kepada mereka melalui Dewan Keamanan dan kebijakan-kebijakannya yang hanya berlaku bagi negara-negara rendah saja.

Dalam hal ini terdapat cukup penjelasan bagi para pendukung solusi politik dan bagi mereka yang tertipu olehnya, yang menginginkan kebebasan dan kedudukan darinya. Tidak ada yang bisa dilakukan bagi para pelaku revolusi yang ikhlas dan sadar di Syam kecuali menentang resolusi Barat, dan menyeret tangan para anteknya, serta sepenuhnya menyadari bahwa satu-satunya solusi yang benar adalah dengan berpegang kuat pada tali agama Allah. Sehingga mereka mencari pertolongan dari-Nya dengan aktivitas yang diridai untuk meninggikan kalimat-Nya, serta untuk mendirikan hukum Islam dalam naungan Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan metode kenabian.

Diterjemahkan dari Surat Kabar Ar-Rayah edisi 356, terbit pada Rabu, 8 Safar 1443 H/15 September 2021 M

Klik di sini untuk mengakses sumber

Visits: 10

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram