Oleh: Ustadz Ahmad Muaz
Suriah baru-baru ini menyaksikan gerakan politik yang hebat, seiring dengan peringatan revolusi yang telah mencapai tahun kesepuluh, juga upaya dari negara-negara yang ikut campur dalam urusan Suriah untuk memecahkan kebuntuan yang telah ada selama hampir satu tahun. Tentu saja, gerakan ini tidak memiliki pengaruh dari sisi dapat mengubah posisi Revolusi Suriah, tetapi lebih kepada memantik suasana, memperjelas posisi rakyat, serta ujian dan cobaan bagi jiwa dan moral para revolusioner.
Pada awal bulan Maret, beberapa pertemuan politik digelar di beberapa ibu kota, kunjungan Menlu Turki ke Qatar dan pertemuan para pejabat Qatar disertai dengan pernyataan untuk memberikan dukungan material kepada pemerintah secara de facto di bagian Utara yang dibebaskan. Di saat yang sama, Menteri Luar Negeri Rusia mengunjungi Kerajaan Arab Saudi, ia menyarankan upaya Rusia untuk mendukung rezim Suriah, mencabut pengepungan, dan mengembalikannya ke Liga Arab. Berbagai kunjungan dan pertemuan ini, mengeluarkan satu pernyataan, bahwa mereka semua mendukung solusi politik dan implementasi Resolusi PBB 2254, dan hal tersebut sebagai satu-satunya solusi untuk “krisis Suriah.”
Di sisi lain, terdapat gerakan media dan pembicaraan tentang dewan militer, Riyad Farid Hijab, diktator Bashar dan istrinya positif Covid-19 dan bocoran media tentang kepergiannya ke Rusia, juga tentang Eropa yang meributkan peradilan diktator Syam dan pilar-pilar rezimnya.
Semua ini terjadi pada saat wilayah rezim menderita kehidupan yang buruk sebagai akibat dari nilai tukar mata uang Suriah terhadap dolar merosot tajam. Hilangnya bahan-bahan pokok dari pasar, meningkatnya antrian roti dan bahan bakar, listrik yang padam dan terhentinya angkutan umum di beberapa daerah.
Upaya internasional mengeksploitasi peringatan ke sepuluh tahun Revolusi Suriah untuk meloloskan konspirasinya atas rakyat Suriah, berbenturan dengan angin kencang revolusi yang diekspresikan oleh rakyat dengan berdemonstrasi besar-besaran yang kembali menegaskan tuntutan penggulingan rezim. Tuntutan ini tampaknya telah mengakar dalam jiwa rakyat Suriah yang tidak dapat dicabut meski makar negara-negara besar menyerang revolusi dan rakyatnya dengan keras. Hal tersebut mendorong musuh-musuh revolusi untuk kembali ke solusi militer serta mendorong Rusia untuk kembali mengoperasikan mesin kriminalnya dalam rangka menanggapi semangat revolusioner yang terpancar pada peringatan sepuluh tahun revolusi.
Milisi Rusia melakukan pembantaian berdarah yang menargetkan sebuah rumah sakit di kota Atareb di pedesaan Barat Aleppo. Pasukan Rusia juga membombardir kamp pengungsian di kota Qah dengan rudal balistik, selain melancarkan serangan udara di Bab Al-Hawa bagian Utara yang merdeka di pedesaan Utara Idlib. Disertai dengan pembicaraan tentang pembukaan jalur lintas antar wilayah yang rezim dan wilayah merdeka. Hal tersebut mendapat reaksi keras dan penolakan besar dari kalangan revolusioner dan inkubator (diibaratkan inkubator tempat panas yang menetaskan telur/merawat bayi agar tetap hidup; menetaskan dan menjaga pejuang revolusi, peny) masyarakat. Semua hal itu dilakukan untuk menutupi penyebab sebenarnya dari gerakan militer ini, yang merupakan tanggapan terhadap pernyataan revolusi mengenai tujuannya untuk menggulingkan rezim.
Peringatan sepuluh tahun (Revolusi Suriah) telah menyebabkan goncangan di kalangan politikus dan intelijen internasional yang sedang mempersiapkan atmosfer untuk membangun solusi politik dan mengakhiri revolusi. Dalam hal massa yang sangat besar (yang keluar untuk berdemonstrasi) dan jenis tuntutan mereka, bukan hanya itu. Meski berbagai upaya untuk membuka perkara panji revolusi dan menjadikannya sebagai sebuah isu, kemudian menciptakan kekacauan di tengah-tengah revolusi dan kalangan revolusioner, namun hal itu tidak membuahkan hasil. Tuntutan rakyat tidak menuju ke arah yang mereka kehendaki, bahkan semakin mempertegas tuntutan revolusi dan realisasi tujuan-tujuannya terutama penggulingan rezim, yang ternyata merupakan tujuan yang menyatukan semua orang tanpa alternatif lain, demonstrasi besar-besaran merupakan bukti atas keteguhan (masyarakat bertahan dengan tujuan mereka; penggulingan rezim, peny).
Sementara negara-negara menunggu giliran (untuk menjebak) revolusi dan para pelaku revolusi, mereka hendak mendorong para pelaku revolusi untuk menyepakati keputusan internasional, terutama Resolusi 2254 yang menunjukkan bahwa masyarakat telah membongkar kebenarannya dan bahwa (resolusi tersebut) tidak mewujudkan tujuan dari revolusi, melainkan sebuah hadiah penghargaan bagi rezim atas kejahatannya, membebaskannya dari tanggung jawab, bahkan memperkuat kedudukannya dan kroni-kroninya di kursi kekuasaan.
Vitalitas revolusi, terlepas dari segala yang dihadapinya dari semua faksi dan pemerintahan fungsional yang terkait dengan musuh-musuhnya di dalam negeri, dihadapkan dengan kondisi rezim yang memburuk, mendorong Menteri Luar Negeri Amerika untuk memimpin pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk membahas sesuatu yang mereka sebut sebagai situasi kemanusiaan di Suriah. Sebelumnya telah diselenggarakan konferensi di Brussel untuk membahas yang mereka sebut sebagai dukungan rakyat lain bagi masyarakat Suriah.
Meski berbagai pertemuan dan konferensi mengambil format kemanusiaan, pada hakikatnya itu semua berdimensi politik. Terbukti dengan apa yang dinyatakan oleh Ketua Komite Palang Merah Internasional, Peter Marrero beberapa hari sebelumnya dalam pertemuannya dengan Gubernur Kota Hasakah di Suriah Timur, bahwa komitenya akan menuntut Konferensi Brussel untuk mengakhiri pengepungan Suriah, yang dianggap sebagai tali keselamatan baru yang dilemparkan Komite Internasional kepada tiran dan rezimnya yang bengis.
Amerika dan antek-anteknya dari berbagai negara, organisasi dan komite senantiasa bekerja dengan kecepatan tinggi dan koordinasi yang tak tertandingi melalui konspirasi “solusi politik” yang disusun Amerika demi kepentingan dan pengaruhnya di Suriah, sehingga ia dapat merancang akhir dari revolusi ini sesuai dengan kehendak dan keinginannya. Akan tetapi inkubator masyarakat untuk revolusi masih menjadi angka besar yang sulit ditaklukkan, apabila dipersenjatai dengan kesadaran akan ‘alur cerita’ yang dibuat untuk mereka.
Respon umat untuk menghadapi konspirasi-konspirasi tersebut adalah hanya dengan mengadopsi rancangan politik Islam yang dikemukakan oleh pelopor yang tidak berbohong pada umat (Hizbut Tahrir) yang juga telah menerbitkan catatan politik ketiga untuk penduduk Syam terkait pembacaan fakta revolusi; (termasuk) analisis dan solusi. Di dalamnya ditunjukkan tujuan rezim internasional dan para anteknya dalam menghadapi Revolusi Suriah, baik berupa solusi politik, konstitusi baru, pemerintahan transisi, maupun ‘komedi’ pemilu, hanyalah kosmetik yang mempercantik rezim kriminal yang tidak akan pernah berubah, bahkan akan langgeng beserta institusi keamanan dan militer yang dipimpin anak panah (pion) Amerika, dengan judul tetap: “Tatacara Menipu Masyarakat Ketika Urusan Mereka Dikendalikan oleh Pihak Lain.”
#Tidak untuk kejahatan solusi politik, #Ya untuk gulingkan rezim dan dirikan Khilafah.
Diterjemahkan dari Surat Kabar Ar-Rayah edisi 334, terbit pada Rabu, 2 Ramadhan 1442 H/14 April 2021 M
Klik di sini untuk mengakses sumber
Visits: 62