Search
Close this search box.

Ramadan: Kabar Gembira Umat Islam dan Ketakutan Barat serta Yahudi

Oleh: Rodhiya Abdullah

Bulan Ramadan tahun ini telah menjumpai kita. Umat Islam—sama seperti setiap tahunnya—bergembira atas pertolongan Allah Swt., bagaimana tidak ketika sejarah Islam selalu mereka baca. Mereka mengetahui bahwa peperangan dan penaklukan-penaklukan yang pernah dilalui umat Islam terjadi di bulan yang agung ini, puncak seluruh bulan.

Pada bulan ini, umat Islam bertolak keluar negara Islam hingga mencapai pusat Eropa. Pada bulan ini pula, Yahudi merasakan pahitnya kekalahan dalam Perang Yom Kippur atau Perang 6 Oktober tahun 1973, hari di mana umat Islam menghancurkan benteng-benteng Bar Lev—yang terletak di sepanjang pesisir timur Terusan Suez—setelah berdiri kokoh enam tahun sejak pembangunannya, yang desas-desusnya mengatakan bahwa benteng tersebut mustahil dihancurkan kecuali dengan bom nuklir. Maka, perang ini mematahkan stigma tentara Yahudi tak terkalahkan.

Bulan yang mulia ini telah datang menjumpai kita, namun penderitaan dan malapetaka yang menimpa umat Islam terus meningkat dengan bentuk dan sarana yang beragam serta modern. Darah kaum muslimin mengalir deras di Suriah, Irak, Yaman, Libya, Kashmir, Burma, India, juga Palestina—tanah yang diberkati—negeri terjajah yang dipenuhi oleh kebengisan Yahudi dengan konspirasi Barat dan penguasa-penguasa negeri muslim. Alih-alih membebaskan Palestina, mereka justru mengadakan perjanjian-perjanjian damai dengan para penjajah—sang perampas—, mereka saling mengadakan kunjungan bersama serta menjamu pemimpinnya dengan sepenuh hati.

Mereka tidak merasa cukup dengan melakukan normalisasi hubungan bersama sebagian penguasa negeri muslim, seperti normalisasi hubungan antara para penguasa Negara Teluk dengan Yahudi. Akan tetapi, mereka juga berusaha membuat pemerintah muslim menoleransi kunjungan mereka ke negeri-negeri suci tersebut yang di dalamnya para ulama penuh keikhlasan justru dipenjarakan agar kemungkaran dan kekejian dapat dengan mudah mereka sebarkan, dan ayat-ayat al-Qur’an dihapuskan dari kurikulum pengajaran, seperti saat mereka membuka jalan bagi gerakan feminisme untuk menghancurkan keluarga muslim dengan Perjanjian Cedaw terlaknat dan hal semisalnya.

Dalam diri umat Islam terdapat gelora semangat, ia tidak akan tinggal diam melihat kemungkaran. Semangat dan rasa ingin membela tanah air serta kehormatan menjadi motor penggerak mereka. Hal tersebut nampak ketika umat Islam mengetahui negara-negara Barat yang saling memperebutkan wilayah atas dasar nasionalisme telah terpecah-belah dan posisinya di mata dunia sudah melemah serta militernya tidak dapat lagi membendung tekad dan kekuatan kaum muslimin. Sebagaimana yang terjadi pada tentara AS ketika mundur dari Afganistan juga Yahudi yang tidak dapat menahan serangan faksi-faksi bersenjata Palestina di Jalur Gaza tahun lalu. Nampak pula ketika serangan balasan tidak hanya berasal dari Tepi Barat dan Gaza, namun semua warga tanah terjajah ini juga ikut andil pada tahun ‘48, begitu pula ketika kelompok umat Islam di negara-negara Islam merangsek menuju perbatasan mengajukan permintaan dibukanya jalur perbatasan di hadapan para pejuang Islam.

Ketika Barat dan Israel menyadari bahwa umat Islam mulai menampakkan tanda-tanda adanya kesadaran, AS mulai menggerakkan para agennya dengan terus menerus mengadakan berbagai pertemuan; seperti pertemuan Sharm El-Sheikh antara penguasa Mesir Sisi, agen Inggris di UEA Mohammed bin Zayed, dan perdana menteri Israel. Setelah itu bergabunglah para menteri luar negeri dari negara-negara boneka; UEA, Bahrain, Maroko, dan Mesir untuk menghadiri KTT Negev dengan menteri luar negeri Israel dan Amerika, di tengah ketidakhadiran menteri luar negeri Yordania dan Otoritas Palestina. Selanjutnya diputuskanlah kebijakan untuk mengubah pertemuan tersebut menjadi forum permanen yang mencerminkan kristalisasi badan keamanan regional untuk menghadapi berbagai tantangan.

Akan tetapi rakyat Palestina menentang semua gerakan pengkhianatan tersebut. Sekelompok pemuda melakukan beberapa kali penyerangan terhadap Yahudi di Bersyeba, Hadera, dan sekitar Tel Aviv hingga berhasil memupuskan rasa aman dalam diri mereka. Semua itu membuat Kepala Shin Bet (badan keamanan Israel) Ronin Bar memperingatkan kemungkinan memanasnya situasi keamanan selama bulan Ramadan. Kemudian, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid bergegas menemui Raja Yordania Abdullah II untuk memperbaiki situasi, terutama bersamaan dengan hari raya Yahudi tahun ini, salah satunya hari Paskah yang membuat banyak masyarakat mengunjungi Masjid Al-Aqsa.

Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken mengunjungi Israel dan Palestina, disusul kunjungan-kunjungan lainnya, yaitu pertemuan raja Yordania dengan kepala Otoritas Palestina yang melandasi kunjungan menteri pertahanan Israel ke Oman, disusul presiden Israel di hari berikutnya untuk tujuan yang sama. Adapun Erdogan, ia menunjukan belasungkawa dan berharap kesembuhan bagi korban luka-luka serta mengutuk para penyerang dan melabelinya sebagai teroris. Presiden Israel Isaac Herzog, telah mengimbau untuk tidak melarang rakyat Palestina memasuki Masjid Al-Aqsa selama bulan Ramadan dengan harapan bulan yang suci dan hari Paskah ini bisa berjalan dengan damai sebagai bentuk perayaan bagi Yahudi di hari raya mereka.

Siapapun yang mengira bahwa kunjungan-kunjungan masif tersebut dilakukan karena ketakutan mereka akan ibadah kaum muslimin di Masjid Al-Aqsa dan di tanah perbatasan mereka, maka ia bodoh atau pura-pura bodoh terhadap tujuan sejati mereka untuk menjaga keberadaan Israel dan keamanannya, juga karena takut dengan lemahnya tahta mereka.

Menghadapi kenyataan baru ini, Israel memobilisasi pasukannya untuk menyerang kamp pengungsi Jenin tanpa adanya aparat keamanan Mahmoud Abbas. Akibatnya, dua orang tewas dan tiga lainnya luka-luka. Kemudian seorang teroris Yahudi menyerbu Masjid Al-Aqsa. Begitulah kemudian situasi di Palestina mulai memanas bahkan sebelum dimulainya bulan Ramadan yang penuh berkah.

Peristiwa ini terjadi, padahal telah diumumkan sebelumnya terkait perkembangan aliansi pertahanan regional yang belum pernah terjadi, gabungan antara tentara Israel dan tentara negara-negara Arab moderat di Timur Tengah, dipimpin oleh Angkatan Udara di Israel, Komandan Angkatan Udara Israel Amikam Norkin, dan dukungan dari kedudukan politik.

Wahai kaum muslimin, kalian adalah saksi Allah di muka bumi! Kalian tidak boleh berdiam diri pada orang-orang yang menzalimi kalian juga pada pengikut mereka yang tenggelam dalam kesesatan. Mereka mengira bahwa mereka akan abadi di dunia ini, padahal kalian akan ditanyai kelak di hari kiamat atas sikap kalian. Maka hendaklah kalian menolong agama Allah, pasti Allah akan menolong dan mengokohkan pijakan kalian.

Wahai orang-orang yang memiliki kekuatan dan tak mudah terkalahkan, di bahu kalian terdapat tugas menolong agama Allah dan umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan menggulingkan rezim boneka tersebut. Maka, manfaatkan bulan mulia ini dan bergabunglah kalian bersama Hizbut Tahrir dan berikanlah pertolongan padanya untuk mendirikan Khilafah kedua berdasarkan metode kenabian dan membebaskan negeri-negeri dari antek-antek serta membebaskan Palestina dan Masjid Al-Aqsa dari perbuatan keji pihak yang menodai dan merusak kesuciannya.

Diterjemahkan dari Surat Kabar Ar-Rayah edisi 385, terbit pada Rabu, 5 Ramadan 1443 H/6 April 2022 M

Klik di sini untuk mengakses sumber 

 

Visits: 18

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram