Search
Close this search box.

Penyebab dan Konsekuensi Penarikan dari Afganistan

Oleh: Ustaz Hasan Hamdan

Penarikan diri dari Afganistan bukanlah hasil dari pemerintahan Amerika—Joe Biden saat ini—melainkan sudah dibicarakan pada era mantan Presiden Barack Obama. Artikel Vox menyatakan bahwa pemerintahan baru Obama telah membahas sejak 2009, apakah memang harus meningkatkan jumlah pasukan di Afganistan setelah hampir delapan tahun perang yang telah gagal memadamkan kekuatan Taliban yang akan digulingkan.

Biden menyatakan dalam salah satu pertemuan bahwa dia tidak bertanggung jawab untuk menambah lebih banyak pasukan di Afganistan. Dia menambahkan, “Kami hanya memperpanjang periode kegagalan.”

Pada 2015, beberapa politisi Amerika menulis bahwa sesungguhnya Amerika telah kalah perang di Afganistan sejak bertahun-tahun lalu, serta bahwa satu-satunya kepentingan yang tersisa adalah untuk sementara mencegah Afganistan dari kehancuran yang pasti. (Surat Kabar Harian Al-Quds Al-‘Arabie)

Sebelum membahas tentang dampak penarikan diri, perlu diteliti faktor penyebab terpentingnya:

Pertama: Penarikan Amerika dari Afganistan terjadi karena sifat strategi Amerika yang baru setelah strategi konservatif Amerika (intervensi langsung) dalam perang di negara-negara Islam. Terutama karena intervensi ini mengakibatkan pelanggaran besar dalam kemampuan Amerika untuk menindaklanjuti dan bergerak maju di bawah beban krisis dan tantangan besar. Yang paling menonjol di antaranya adalah:

1. Krisis prinsip oleh entitas yang meninggalkan penerapan prinsip secara eksternal. Sehingga, kolonialisme telah menjadi tujuan daripada metode, serta pengenalan sistem perundang-undangan tanpa prinsip secara internal.

2. Krisis kepemimpinan dunia dan awal pembicaraan tentang kemunduran kepemimpinan Amerika di dunia, juga munculnya gagasan multipolaritas dan kekuatan.

3. Krisis persatuan masyarakat di Amerika dan awal dari fragmentasi.

4. Krisis kesatuan keputusan politik dan perbedaan politisi antara lembaga, partai, dan perusahaan Amerika.

5. Tantangan memerangi terorisme secara global, bahkan secara internal (terorisme domestik), seperti yang diakui Biden.

6. Menghadapi kebangkitan besar atau kekuatan baru sebagai akibat dari ketakseimbangan dalam pandangan keberlanjutan kepemimpinan global. Amerika terpaksa menciptakan strategi kepemimpinan dari belakang—setelah intervensi langsung merugikannya—melalui penggunaan alat, klien, dan negara di garis depan konflik, dan perang atas nama Amerika dan melayaninya; serta strategi ulang kerja sama, kemitraan, dan partisipasi setelah jeda pada masa Trump, dan mengaktifkan peran alat dan klien setelah ketakmungkinan teori eksklusivitas global, dan mencoba mengabdikan diri pada kemungkinan bahaya yang akan datang, yaitu munculnya kekuatan internasional lainnya, dan ketakmungkinan penahanan jika ditunda, ditambah keterdiaman atas Amerika bersamaan dengan mundurnya posisi Amerika sebagai hasil dari krisis.

Kedua: Biaya perang. Seperti yang kita ketahui dari berita, Amerika telah menghabiskan lebih dari $2 triliun untuk membiayai perang selama 20 tahun di Afganistan, sejak 11 September 2001. Dokumen Amerika menunjukkan anggaran yang dikeluarkan setiap harinya mencapai $300 juta. Angka-angka pokok ini mencakup $800 miliar untuk biaya pertempuran langsung dan $85 miliar untuk melatih tentara Afganistan.

Perang di Afganistan membuat Amerika kehilangan banyak nyawa. Jumlah pasukan Amerika yang tewas berjumlah sekitar 2.500 tentara dan hampir 4.000 kontraktor sipil Amerika.

Perang di Afganistan juga telah merenggut nyawa sekitar 69.000 polisi militer Afganistan dan 47.000 warga sipil, serta 51.000 pejuang oposisi. Biaya untuk merawat 20.000 korban Amerika sejauh ini telah mencapai $300 miliar.

Peneliti dari Brown University memperkirakan bahwa lebih dari $500 miliar bunga—termasuk dalam jumlah total $2,26 triliun—telah dibayarkan. Para peneliti juga memprediksi bahwa pada 2050, biaya bunga riba atas utang perang Afganistan saja bisa mencapai $6,5 triliun.

Dapat kita simpulkan, Amerika telah gagal secara militer dan mengetahui bahwa bangsa Islam adalah bangsa jihad dan tidak terkalahkan dalam bidangnya—meski sayangnya, masih banyak kelemahan dari segi kesadaran politiknya, karena ditipu dan disesatkan. Hal ini merupakan suatu perkara yang disadari oleh Amerika dan Barat pada umumnya. 

Maka, setelah kekalahannya di bidang militer, Amerika beralih ke bidang negosiasi yang ia kuasai, setelah melakukan beberapa hal di antaranya membunuh semua pemimpin yang menolak jalan negosiasi melalui pembunuhan dan likuidasi, ia menonjolkan kepemimpinan baru yang meyakini negosiasi sebagai metode dan dialog sebagai minhajnya.

Masalah lainnya adalah, Taliban mewarisi kecacatan pemikiran dari madrasah Pakistan yang tidak lain adalah penerimaan gagasan negara teritorial. Bukan hanya itu, bahkan ia juga dikerdilkan dengan gagasan imarah (yang terisolasi), dan ini adalah gagasan yang berbahaya yang mereka lakukan untuk Islam, yang justru pukulan bagi Islam itu sendiri. Sebab, negara dalam Islam tidak dihimpun dalam suatu tempat untuk kemudian terisolasi.

Sehingga, jika kita menerima argumen bahwa itu dilaksanakan dengan baik secara internal, bagaimana mungkin meniadakan dakwah Islam dan pengamalannya secara eksternal? Seperti aturan jihad dan hubungan internasional, aturan perang dan perjanjian, juga aturan dar Islam dan dar kufur?

Apakah Taliban tidak belajar ketika Mullah Omar mengakui kesalahan dengan tidak mendeklarasikan kekhalifahan?

Apakah Taliban tidak belajar dari peran Pakistan serta intelijennya dalam membangun dan menghancurkan demi kepentingan Amerika?

Apakah Anda tidak membaca perannya di Kashmir, hubungannya dengan India, juga pengkhianatannya terhadap Mujahidin Kashmir?

Apakah Anda percaya pada peran Iran yang membuat Anda menderita di wilayah utara? Apakah para pemimpin Iran tidak mengetahui peran mereka dalam menduduki Afganistan dan Irak? Dan bahwa tanpa mereka, Amerika akan tenggelam di sana.

Kemudian kepercayaan Turki yang mana lagi ini? Turki memiliki kekuatan terbesar kedua di Atlantik dan perannya jelas dalam pendudukan. Begitu pula perannya dengan negeri kafir dalam mencoba menetapkan peraturan pesanan, serta tawaran mereka untuk penjagaan bandara.

Hubungan yang bagaimana itu? Hubungan dengan Rusia, sang penjahat yang melakukan berbagai macam perbuatan keji terhadap kalian, serta mendirikan rezim komunis kriminal atas kalian?

Kepercayaan terhadap Amerika yang mana lagi? Padahal, kalian telah berjanji untuk tidak membahayakan emigrasi/eksodus, berjanji untuk mengekspos kepentingan mereka, juga berjanji mengontrol pergerakan mujahidin setelah kalian menjadi ikon jihad.

Sungguh, kalian telah membuat sebuah jalan keluar untuk Amerika dari kekalahan—yang dengan itu Biden membanggakannya, dan kalian telah memprioritaskan kepada mereka penyerahan demi penyerahan!

Kini, telah datang masa bagi kelompok yang ikhlas untuk berada di atas tangan orang-orang yang berjalan dengan jalan negosiasi, dan di sinilah berakhirnya masa bagi orang-orang zalim.

Sebagai penutup, kepada Allahlah urusan yang sebelum dan sesudahnya. Akan datang kemenangan bagi Islam di tangan kelompok yang mengemban Islam sesuai dengan syariat dan sangat memahami politik. Kelompok ini melihat keburukan, kejahatan, dan segala siasat Barat, serta memahami jalan kebenaran dan berpegang teguh dengannya.[]

Diterjemahkan dari Surat Kabar Ar-Rayah edisi 354, terbit pada Rabu, 24 Muharam 1443 H/1 September 2021 M

Klik di sini untuk mengakses sumber

Visits: 0

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram