Oleh: Dr. Abdullah Badziib
Pada Senin (22/03), Kerajaan Arab Saudi mengumumkan inisiatif perdamaian di Yaman. Menurutnya, gencatan senjata akan dilakukan dari semua sisi, blokade Bandara Internasional Sana’a dan Pelabuhan Hodeidah dicabut untuk mendukung kelompok Houthi, dan negosiasi perdamaian dimulai. Tetapi Houthi menolak untuk menerima inisiatif itu. Juru bicara resmi mereka, Muhammad Abdul Salam berkata, “Tidak ada pengajuan hal baru”. Utusan Amerika Serikat untuk Yaman, Martin Luther King telah bertemu dengan Houthi di Muscat dan mengumumkan tentang indikasi-indikasi hampir tercapainya kesepakatan damai yang mengakhiri perang di Yaman, sebagai pelaksanaan dari janji pemilihan Joe Biden yang mengumumkan bahwa pada hari kedua aksesi kekuasaannya, dia akan berusaha untuk menghentikan perang di Yaman.
Namun, mengapa Houthi menolak inisiatif Kerajaan Arab Saudi, meskipun ada sambutan dan penerimaan internasional oleh Pemerintah Yaman?
Ini bukanlah hal baru ketika kami katakan bahwa keputusan Houthi berkaitan dengan keputusan Iran untuk menerima atau menolak inisiatif tersebut. Iranlah yang mendukung Houthi secara militer dan politik. Oleh karena itu, penolakan Houthi terhadap inisiatif tersebut sama saja dengan penolakan Iran terhadap inisiatif tersebut.
Kenapa Iran menolak inisiatif Saudi?
Tidak diragukan lagi bahwa akhir-akhir ini telah terbuka jalan untuk memulai kembali negosiasi tentang nuklir Iran, dan Amerika telah menunjukkan fleksibilitas dalam menerima dimulainya negosiasi dokumen nuklir Iran dengan Tehran. Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, ia tidak mengharapkan negosiasi akan dimulai minggu depan (Al-Jazeera). Artinya, negosiasi semakin dekat. Menteri Luar Negeri Saudi, Faisal bin Farhan Al-Saud mengatakan, negaranya perlu berpartisipasi dalam negosiasi dokumen nuklir Iran. Ia mengatakan pada CNN Amerika bahwa ada peluang untuk mengadakan dialog antara Kerajaan Saudi dan Iran, juga adanya kemungkinan berkembangnya hubungan mereka ke tingkat kemitraan.
Ini berarti Amerika ingin melibatkan Saudi dalam negosiasi dokumen nuklir Iran dan resiko regionalnya. Tampaknya Saudi akan melakukan dialog langsung dengan Iran tentang detail khusus ini, dan Perang Yaman akan dibahas di sana. Dengan kata lain, Amerika mempercayakan dialog langsung untuk menyelesaikan krisis Yaman dalam negosiasi dokumen Iran kepada agen-agennya dalam kawasan.
Kesepakatan telah dicapai dan diberlakukan pada pemerintahan Abdrabbuh Mansur Hadi berdasarkan kontrol Iran atas Yaman Utara, dan kepentingan Saudi di selatannya. Dengan demikian, memungkinkan Amerika untuk memaksakan Houthi dalam solusi berikutnya di Yaman, setelah Arab Saudi mengamankan perbatasan selatannya dengan perjanjian damai dengan mereka.
Meskipun Houthi meningkatkan serangan mereka lebih dalam terhadap Saudi dengan pesawat tanpa awak serta rudal balistik, hal itu masih dapat dipahami dalam konteks untuk menaikkan saham Houthi pada negosiasi yang akan datang. Begitu juga hal yang sama berlaku untuk eskalasi militer di Ma’rib dan keputusasaan pemerintah Yaman untuk tidak melepaskannya.
Konklusinya, dokumen pemberhentian perang di Yaman tidak terpisah dengan negosiasi tentang dokumen nuklir Iran, atau setidaknya memang itulah yang diinginkan Iran, yaitu untuk mendapat keuntungan dalam negosiasi dengan Amerika dan Eropa atas dokumen nuklirnya.
Sesungguhnya kafir Barat –yang dipimpin oleh Amerika– memiliki kepentingan vital di negeri-negeri kita, yang ia belum siap untuk menyerah darinya. Oleh sebab itu, baik secara langsung atau dengan menggerakkan antek-anteknya, ia akan mengamankan kepentingannya tersebut dengan campur tangan dalam pembentukan pemerintahan yang merupakan penjaga setia atas kepentingannya tersebut, sementara banyak orang menderita, berjuang mencari sesuap nasi!
Sesungguhnya Islam tidak ridha umatnya berada dalam kerendahan dan penghinaan ini. Sebaliknya, Allah menginginkan umatnya menjadi umat yang mulia, terhormat, serta bermartabat. Allah berfirman:
﴿..وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ..﴾
“..Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin…” (Q.S. Al-Munafiqun: 8)
Oleh karena itulah umat Islam harus menangguhkan perjanjian-perjanjian ini dan bekerja sama dengan umat Islam yang ikhlas untuk menyelesaikan permasalahan umat; dengan menjamin pengusiran orang kafir penjajah dan pengaruh mereka, hegemoni kekayaan mereka atas negeri kaum muslimin, juga menghentikan pertumpahan darah kaum muslimin.
Sebelum itu, haruslah ada penerapan hukum syara’ dalam menyelesaikan permasalahan negara dan mengibarkan tinggi bendera Islam agar kita mendapatkan ridha dari Sang Pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan ini. Allah berfirman:
﴿..الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ..﴾
“…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian untuk kalian, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagi kalian, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama kalian…” (Q.S. Al-Maidah: 4)
Diterjemahkan dari Surat Kabar Ar-Rayah edisi 333, terbit pada Rabu, 25 Sya’ban 1442 H/7 April 2021 M
Klik di sini untuk mengakses sumber
Visits: 3