Search
Close this search box.

Kebakaran RS Ibn Khatib akan Terulang selama Komplotan Koruptor Memimpin Irak

Oleh: Ustadz Mazin Ad-Dibagh, Irak

Menurut Kementerian Dalam Negeri Irak, tragedi terbakarnya Rumah Sakit Ibn Khatib di Baghdad—RS khusus perawatan Covid-19 yang mengakibatkan 82 orang tewas dan 110 orang terluka—bukanlah tragedi yang pertama dan tidak akan jadi yang terakhir. Peristiwa ini dan banyak kejadian serupa akan senantiasa terulang di Irak yang memiliki SDA berlimpah, tapi dipimpin oleh rezim komplotan koruptor yang tidak tahu-menahu kewajiban pelayanan masyarakat. Institusi negara, khususnya lembaga pelayanan menyaksikan kebakaran besar yang menelan puluhan korban dari waktu ke waktu. Padahal belum lama tragedi kebakaran di Shorja terjadi. Seringnya, kebakaran ini diklaim akibat korsleting listrik tanpa ada penyelidikan lebih lanjut.

Sejauh ini, rakyat Irak belum pernah menyaksikan satu pun koruptor diadili. Lebih buruk lagi, pasalnya musibah ini digiring guna kepentingan pribadi. Hati para koruptor itu sekeras batu, bahkan lebih keras dari itu. Kalian akan melihat bagaimana mereka bergegas lagi berebut guna mengambil keuntungan dari rasa sakit dan kucuran darah rakyat. Begitu banyak di antara mereka yang memanfaatkan musibah ini demi suara di pemilu nanti serta saling menjatuhkan lawan satu sama lain, tanpa peduli rasa sakit dan derita rakyat.

Semenjak runtuhnya Khilafah pada tahun 1924, sistem dan rezim korup yang rusak telah menguasai negara Irak ini. Sepanjang sejarah Irak, tidak ada yang lebih rusak dan lebih kriminal daripada rezim yang mencekik rakyatnya sejak tahun 2003 sampai sekarang. Rezim semakin menggila, mereka membunuh rakyatnya, pun memaksa rakyat hidup dalam kelaparan dan ketakutan.

Semua orang ketakutan dengan rezim kriminal yang rakus. Rezim yang memonopoli arsip ekonomi dan keamanan dengan tameng politik. Dana-dana dijarah, sedangkan rakyat dibiarkan lapar, kemiskinan merajalela, pengangguran meningkat, dan seluruh lembaga pelayanan hancur; tidak ada sekolah, rumah sakit, jalan, serta lembaga pelayanan.

Hari ini, negara Irak dilanda wabah yang juga sedang melanda dunia. Seluruh rakyat waspada. Kalian dapat melihat, di negara Irak yang kaya akan SDA ini, pasien lebih memilih merawat diri dan menikmati oksigen tabung di rumah sendiri dibandingkan harus pergi ke rumah sakit yang tidak memadai.

Oleh karena itu, rezim Irak akan dimintai pertanggungjawaban penuh di hadapan Allah dan rakyatnya atas seluruh musibah ini. Dari Abdullah bin Umar ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Masing-masing dari kalian adalah pemimpin dan masing-masing dari kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang rakyatnya.’” (Muttafaq ‘alaih)

Ketika memahami sabda Rasulullah ini, Abu Bakar ra. menancapkan hal tersebut dalam benaknya. Abu Bakar ra. biasa pergi ke pinggir kota Madinah setelah shalat shubuh. Dia berjalan melalui sebuah gubuk kecil dan memasukinya selama beberapa saat. Baru kemudian beliau pulang ke rumahnya. Tatkala Umar bin Khattab mengetahui bahwa penghuni gubuk tersebut adalah seorang wanita tua yang lumpuh dan buta kedua matanya, sementara Abu Bakar sebagai Khalifah kaum muslimin datang setiap pagi untuk membersihkan dan menyapu rumahnya, juga mempersiapkan makanan untuk wanita tersebut; Umar pun menyatakan perkataannya yang masyhur, “Sungguh kamu telah membuat lelah seluruh khalifah setelahmu, duhai Abu Bakar.”

Kemudian Umar bin Khattab ra. menjadi Khalifah setelah Abu Bakar ra., dia pun menjalankan tugas berpatroli (berkeliling malam) yang dilakukannya sendiri karena ia menyadari bahwasanya Allah akan meminta pertanggungjawaban darinya atas rakyatnya.

Ath-Thabari telah meriwayatkan dalam kitab Tarikh Ath-Thabari, dari Thariq bin Wahab, ia berkata, “Abdurahman bin Zaid meriwayatkan kepada kami dari bapaknya, dari kakeknya, bahwasanya Umar bin Khattab ra. berpidato di hadapan rakyat, ‘Demi Zat yang mengutus Muhammad dengan kebenaran, jika seekor unta mati di tepi Sungai Eufrat, aku takut Allah bertanya kepadaku tentang hal itu.’”

Beginilah gambaran Khulafaur Rasyidin. Mereka manusia biasa seperti kita. Mereka bukan malaikat dan bukan pula para nabi. Akan tetapi mereka takut Allah meminta pertanggungjawaban atas rakyat mereka. Mereka itulah figur bagi para pemimpin setelahnya.

Rasulullah SAW telah menjelaskan kondisi pemimpin kaum muslimin. Dari Auf bin Malik, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Sebaik-baik pemimpin adalah sosok yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian. Seburuk-buruk pemimpin adalah sosok yang kalian murkai dan mereka murkai kalian, kalian mengutuk mereka dan mereka mengutuk kalian.” (HR Muslim)

Dari Aisyah ra. dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW mengucapkan di rumahku ini, ‘Ya Allah barang siapa yang menjadi pemimpin umatku, lalu ia menyulitkan mereka, maka sulitkanlah ia. Lalu barang siapa yang menjadi pemimpin umatku, lalu ia bersikap lemah lembut dengan mereka, maka kasihilah ia.’” (HR Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seorang hamba yang diamanahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk surga.” (Muttafaq ‘alaih)

Semua nas dan peringatan ini diabaikan oleh pemimpin kita hari ini. Teriakan orang-orang yang tertindas tidak menghalangi tindak-tanduk mereka. Rasa takut pada Allah pun tidak mencegah mereka. Karena pada hakikatnya mereka adalah orang yang terisolir dari umat dan tidak mempunyai hubungan dengan umat. Para pemimpin itu—sebagaimana yang telah disebutkan oleh Rasulullah SAW—adalah orang-orang yang tidak dibimbing oleh tuntunan-Nya dan tidak berjalan mengikuti sunahnya. Mereka bak sosok berhati setan, berwujud manusia.

Wahai kaum muslimin di Irak. Sesungguhnya solusi bagi setiap penderitaan kalian adalah dengan mengobati sebab penyakitnya, bukan dengan mengobati gejala-gejalanya saja. Solusinya adalah dengan menghilangkan kontradiksi antara keyakinan kalian sebagai umat Islam, dengan peraturan kalian dalam kehidupan. Maka haruslah ada aktivitas untuk mengembalikan dasar kekuatan umat dan keberadaan negara yang dibangun atas dasar akidahnya. Perubahan yang dilakukan juga haruslah perubahan yang mengakar.

Berbagi upaya reformasi yang dilakukan berulang-ulang oleh pemerintah atau rakyat seperti upaya untuk mengembuskan jiwa ke dalam mayat yang membusuk, upaya untuk menciptakan rezim yang terbelenggu, bukan untuk umat dan negara. Hal ini juga ibarat sebuah upaya untuk memperindah bayi yang baru lahir dengan cacat tanpa bijak.

Maka umat wajib mengubur bayi yang baru lahir ini, guna melahirkan kembali bayi dari rahim Umat. Di mana kelak akan umat jaga dengan penuh kasih sayang, akan umat bela sebagaimana kaum Anshar membela Rasul, yang menjadikan kemenangan semata bagi Islam. Hanya dengan begitulah, hak-hak umat terpenuhi, kehidupannya tentram, hartanya terpelihara dan kehormatannya terjaga.

Kami memohon kepada Allah untuk memberikan jalan keluar, pertolongan dan kekuatan untuk mewujudkan kembali Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan manhaj kenabian.

Diterjemahkan dari Surat Kabar Ar-Rayah edisi 337, terbit pada Rabu, 23 Ramadhan Al-Mubarak 1442 H/5 Mei 2021 M

Klik di sini untuk mengakses sumber

Visits: 0

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram