Search
Close this search box.

Ajaran Sesat Macron Terekspos oleh Krisis di Barat dan Prancis

Oleh: Ustadz Bilal Al-Muhajir, Pakistan

Barat, sebagai penguasa, pemikir, sekaligus ekstremis yang terbiasa menghina Islam, kali ini menodai kesuciannya serta kemuliannya. Di sisi lain mereka yakin, perlakuan mereka ini tidak akan pernah dilawan baik oleh para penguasa kaum muslimin ruwaibidhah (pen: orang yang bodoh dan keji, yang bercakap berkaitan perkara umum sedangkan dia bukan ahli dalam perkara tersebut tetapi masih ingin bercakap), atau para tentara yang mereka kekang, ataupun oleh para cendekiawan muslim yang tidak mereka izinkan untuk menghina atasannya. Oleh karena itu, Presiden Prancis, Macron dengan beraninya mengatakan bahwa Islam sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Ia pun memberikan mandat kepada para khatib serta imam masjid agar mengatakan apa yang dia inginkan, dan jangan sampai menentang peradaban ala Macron yang hakikatnya memang rusak.

Jelas, berdasarkan perasaan dan pengamatan, peradaban Barat yang muncul dari Revolusi Prancis telah terbukti gagal di seluruh belahan dunia, khususnya Prancis. Peradaban sekuler sudah sangat membebani seluruh manusia. Peradaban tersebut menciptakan kemiskinan, peperangan, penyakit mematikan, serta perselisihan di antara umat manusia. Semua fakta ini tidak salah lagi. Segala sakit dan derita yang menimpa umat manusia tadi terjadi dalam waktu kurang dari satu abad setelah dominasi sekularisme Barat atas dunia, sejak tidak adanya negara yang adil, yaitu Khilafah, pada tahun 1924 M.

Khususnya Prancis, ia makan dari daging dan kerja keras orang-orang yang mereka jadikan miskin di Afrika. Dengan demikian, Prancis adalah negara parasit yang hidup dari sumber daya negara lain, bukan dari hasil kerja keras tangan serta keringat di dahi sendiri layaknya laki-laki sejati. Mantan Presiden Prancis sendiri, Francois Mitterrand, bersaksi tentang hal ini. Ia berkata pada tahun 1957, sebelum menjabat sebagai presiden, “Tanpa Afrika, Prancis tidak akan mengukir sejarah apa pun di abad ke-21”.

Pada Maret 2008, mantan Presiden Prancis, Jacques Chirac menyatakan, “Tanpa Afrika, Prancis akan merosot ke peringkat negara dunia ketiga.” Padahal nyatanya, harga diri Prancis telah turun bahkan berada di bawah derajat hewan, bukan hanya peringkat “negara dunia ketiga” seperti yang disebut Barat. Homoseksualitas di banyak gereja terjadi, kepolosan anak-anak dinodai, pernikahan sesama jenis pun diamini. Bahkan, lebih dari 60% anak-anaknya lahir dari hasil zina, sampai-sampai mereka harus menghapus istilah “anak haram” karena saking banyaknya warrga negara yang berasal dari hubungan yang tidak sah. Lagi, masyarakat di Prancis tidak ada yang perawan setelah mengalami pubertas, aborsi dilegalkan, pil-pil KB juga dijual kepada para siswi di sekolah-sekolah.

Ketika masyarakat Prancis menyangkal eksistensi Sang Pencipta secara implisit, mereka mendapati krisis spiritual yang menyebabkan ditutupnya lebih dari 200 gereja sebab berkurangnya jumlah politeis yang menghadiri gereja. Mereka terperosok jatuh ke titik yang bahkan lebih rendah daripada derajat kaum musyrik. Selain itu, di Prancis terdapat lebih dari 9 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan. Meskipun mereka hidup layaknya nyamuk di bawah perasan susu sapi perah Afrika, 20% populasi masyarakat di sana tidak bisa memperoleh makan tiga kali sehari.

Contoh-contoh tersebut hanyalah setetes dari luasnya lautan ketidaksempurnaan yang amat banyak. Tulisan ini tidak akan cukup untuk menyebutkan berbagai aspek kebusukan dan krisis sistem Barat, khususnya yang dipimpin oleh Macron, Presiden Prancis. Meskipun berbagai upaya keras telah dilakukan untuk menambal sistem kapitalisme ini, mereka tidak dapat melanjutkan “operasi”nya. Alhasil, kebodohan pun meluas bahkan pada orang yang seharusnya memperbaiki keadaan umat, sehingga kemudian Macron berseru mengatakan bahwa Islam sedang dalam krisis!

Jika saja hati kecil Macron berkehendak mendengarkan perkataan para penasehat, tentu kita membuatnya mendengarkan apa yang dia benci. Andai dia memiliki belas kasih terhadap rakyat dan bangsanya, tentu dia akan membeberkan kebangkrutan peradabannya lantas meminta bantuan kepada pihak yang mampu menyelamatkan. Sebagaimana yang dilakukan raja pertama mereka, Francois I yang memohon bantuan Khalifah Sulaiman Al-Qanuni, pada saat ia menjadi tawanan Kaisar Charles V di Spanyol. Lalu, Khalifah kaum muslimin-lah yang menyelamatkannya dari penahanan.

Sesungguhnya, krisis yang sebenarnya itu ada pada Barat dan peradabannya; begitupula Prancis, beserta kebebasan dan revolusinya; dan bukan pada Islam. Sebab Islam adalah agama yang bersumber dari Sang Pencipta Langit dan Bumi. Di samping itu, Islam juga telah diterapkan di dunia selama hampir tiga belas abad. Oleh karenanya, pada saat itu keamanan dan perdamaian dunia terjalin, begitu pun kemakmuran dan kesejahteraan di setiap negara yang diperintah oleh Islam terjamin.

Peradaban Islam ‘hanya’ mendapatkan tantangan berupa kesyirikan dan kebebalan tentara salib Eropa, beserta kekejaman para rajanya. Hal ini merupakan tantangan serupa yang dihadapi manusia dan umat Islam sekarang. Ditambah lagi dengan Amerika yang juga merupakan perpanjangan tangan kesyirikan dan kebebalan Eropa.

Jika mereka menyangka bahwa saat ini kaum muslimin sedang hidup dalam krisis, maka sejatinya mereka sedang menipu si pendengar. Sebenarnya, krisis yang dialami kaum muslimin ada pada sistem yang dipaksakan oleh Barat. Hal ini disebabkan penjajahan yang Barat lakukan terhadap negara-negara kaum muslimin, juga sebab pemaksaan budaya serta nilai-nilai Barat yang menyimpang, dan ditularkannya fanatisme kebangsaan kepada umat Islam.

Kita menyadari, pernyataan Macron tentang Islam ini adalah sebab perasaannya –dan bahkan pengamatannya–, bahwa fajar Islam akan terbit dalam waktu dekat. Dia tahu dan kita juga tahu bahwa kekosongan peradaban yang diciptakan oleh peradaban Barat tidak dapat diisi oleh ideologi lain buatan manusia. Sebab semuanya telah gagal dalam segala bentuknya. Islam adalah ideologi satu-satunya yang dapat dijadikan kandidat untuk mengisi kekosongan ini, sebab Islam adalah ideologi yang benar dan bersumber dari Sang Pencipta Manusia Yang Maha Mengetahui atas apa-apa yang Ia ciptakan, serta yang Maha Melihat juga Maha Mendengar.

Dunia secara jelas akan melihat realitas krisis yang dihadapi Barat dan ideologi kapitalisme. Ketika Islam kembali diterapkan dalam kehidupan, umat manusia akan berharap jika hari itu datang lebih awal. Karena Islam adalah agama yang fitrah dan benar, agama yang adil dan seimbang, agama yang penyayang dan pemberi petunjuk, agama perdamaian dan ketenangan. Islam juga merupakan agama yang memuaskan akal, sesuai dengan fitrah, dan menenteramkan hati. Ia adalah agama yang tak terbantahkan dan petunjuk yang bersinar.

Sesungguhnya pemimpin Barat itu tidak mampu menghadapi argumen dengan argumen, begitu pula opini dengan opini. Mereka hanya menggunakan kebohongan, penipuan dan distorsi. Kemudian mengambil keuntungan dari platform yang ada di tangan mereka, juga mengambil keuntungan dari tiadanya pelindung dan pendukung agama Islam. Ketahuilah, negara Islam akan segera tegak dalam waktu dekat.

Allah SWT berfirman, “Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Mahaperkasa, Maha Penyayang.” (Q.S. Ar-Rum 4-5)

Diterjemahkan dari Surat Kabar Ar-Rayah edisi 309, terbit pada Rabu, 4 Rabi’ul Awwal 1442 H/21 Oktober 2020 M

Klik di sini untuk mengakses sumber

Visits: 0

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

One Response

  1. Kapitalis kehilangan kendali karena tidak ada hukum yg menyelesaikan persoalan mereka, justru mereka blunder sendiri, saat nya Islam menjadi solusi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram