Oleh: Syekh Isham Amirah, Palestina
Peristiwa yang melanda Jalur Gaza baru-baru ini, serta huru-hara media yang menyertainya secara lokal dan global, patutnya kita renungi dan cermati. Nyala api konflik tersebut bermula dari dua fokus: Masjid Al-Aqsa dan komplek pemukiman Sheikh Jarrah; sebab keutamaan dan statusnya sebagai termometer bagi rakyat Palestina dan seluruh umat Islam.
Apa yang terjadi di dalamnya akan bergema di semua negara Islam. Apa yang terjadi di sana memiliki efek yang mendalam pada jiwa masyarakat umum serta pada individunya. Begitu pula apa yang terjadi di sana akan menambah kerinduan para perwira dan tentara untuk bergabung menjadi pasukan umat Islam demi pembebasan Masjid Al-Aqsa, demi mendirikan shalat di dalamnya, bahkan demi pembebasan Palestina secara keseluruhan dan pembebasan negeri-negeri kaum muslimin yang dijajah lainnya.
Kejadian ini –terlepas dari berbagai cobaan dan kesengsaraan yang menyertainya, membuka luka dan pilu dalam hati atas hilangnya banyak korban nyawa dan terluka. Namun, di samping hancurnya harta benda, teror, kekurangan makanan dan obat-obatan, pemadaman listrik, serta ketidakpedulian tetangga yang dekat ataupun jauh; kejadian ini juga membawa banyak ‘anugerah’ yang meringankan dampak cobaan itu terhadap jiwa penduduk Palestina khususnya, dan jiwa umat Islam pada umumnya.
Kejadian ini memberikan harapan baru bagi orang-orang yang berupaya untuk menolong Islam dan kaum muslimin, juga memotivasi mereka untuk melanjutkan jalan kebangkitan untuk umat yang mulia ini sampai mencapai kemenangan yang nyata atas musuh-musuhnya dan musuh-musuh Islam, dengan izin Allah.
Selain itu, kejadian ini menyatukan posisi penduduk Palestina, terlepas dari perbedaan ras, warna kulit, dan etnis mereka. Mereka mempersembahkan pengorbanan yang luar biasa selama peristiwa tersebut, yang dipimpin oleh Brigade Gaza Al-Izzah, meskipun (dikungkung oleh) pengepungan yang sewenang-wenang.
Anugerah lainnya, masalah Palestina ini kembali menjadi masalah umat Islam. Yang mana sebelumnya hanya dianggap sebagai masalah bangsa Arab, atau malah masalah Palestina saja, dan terus diperkecil menjadi masalah sebagian rakyat Palestina yang kembali lagi ke Palestina (setelah bermigrasi ke negara lain) di bawah kondisi persengketaan oleh para perampas (Israel), sebelum Palestina kembali pada pemiliknya yang sah.
Anugerah berikutnya, kejadian ini menelanjangi kerapuhan Israel, yang sama sekali tidak pantas dianggap sebagai tentara yang tiada tandingannya. Di sisi lain, bila diperhatikan, tentara kaum muslimin itu mampu mengalahkan mereka, meskipun hingga sekarang belum terwujud.
Kemudian, anugerah lainnya, kejadian ini menggerakkan perasaan umat Islam di seluruh dunia, baik yang dekat maupun yang jauh, hingga umat Islam yang berada di negara-negara Barat (Amerika dan Eropa) dan umat Islam di negara-negara lainnya. Reaksi umat Islam bervariasi, tergantung dengan lokasi geografis mereka. Mereka yang tinggal berdekatan dengan Palestina cukup merangkak menuju perbatasan, seperti Mesir, Yordania, Irak, Lebanon. Sedang mereka yang jauh dari Palestina akan turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi mengecam agresi atas Gaza dan Al-Aqsa. Mereka juga bersumpah untuk membalas dendam atas imbas Perjanjian Sykes-Picot serta bendera-bendera negara mininya yang buta.
Anugerah selanjutnya, pertumpahan darah yang terjadi di kalangan militer dapat menggerakkan panglima dan tentara muslim di Pakistan, Turki, dan negara lainnya. Sebagian dari mereka mengirimkan pesawat guna melindungi langit kebanggaan Gaza sebagai wujud ancaman nyata kepada para penguasa.
Selain itu, hal tersebut juga memobilisasi kalangan negarawan dan tokoh masyarakat di Majelis Umat (parlemen). Di atas mimbarnya, mereka mencela militer yang sama sekali tidak memberi pertolongan pada Al-Aqsa dan Gaza, juga tidak menghalangi serangan Israel dengan kekuatan militer. Mereka pun mengecam pemerintahan yang lemah dan berkhianat. Mereka mengkritik tindakan-tindakan yang diambil untuk mencegah para demonstran tiba di Al-Aqsa
Seandainya kita ingin mencari lebih banyak anugerah yang tersimpan dalam musibah ini, maka hal itu tidak akan bisa cukup kita tuangkan dalam satu tulisan ini. Namun kita cukup memfokuskan pada anugerah terpenting, yaitu terungkapnya sebuah kelompok ganjil di kalangan umat Islam yang menjadi sebab terhalangnya para tentara bergerak untuk melakukan pertolongan terhadap pasukan Gaza yang dikepung. Kelompok itu gagal menolong para penduduk Palestina khususnya dan kaum muslimin yang lemah umumnya.
Kelompok ganjil yang sesat dan menyesatkan itulah yang dijadikan sebagai penguasa bagi negara kaum muslimin setelah runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah oleh kafir penjajah. Olehnya, kelompok itu juga dijadikan pedang yang memenggal leher umat guna menghambat kemajuan umat, menghentikan pertumbuhannya serta melumpuhkan gerak tubuh umat. Kebusukan mereka telah terungkap baik dari jauh maupun dekat. Umat juga sudah yakin bahwa merekalah sebab nyata kefakiran, kebodohan, kehinaan yang menimpa kaum muslimin sejak mereka berkuasa.
Anugerah ini akan membuat para pemilik kekuatan dan kekuasaan bergegas melaksanakan ‘operasi pembedahan’ yang diperlukan untuk menghilangkan benda asing ini dari jasad umat Islam. Yakni, dengan menolong para penyeru yang bersungguh-sungguh dan memiliki tujuan untuk menegakkan Daulah Khilafah Islamiyah kedua sesuai dengan metode kenabian, di atas puing-puing tahta para penguasa tersebut.
Hanya dengan melakukan aktivitas ini, kita akan mampu untuk mengakhiri lembaran hina, luka dan duka yang telah menimpa kaum muslimin sejak seratus tahun lamanya. Kemudian kita membuka lembaran baru yang putih nan bersih. Di sanalah Islam diterapkan dengan penerapan yang didasarkan pada petunjuk yang benar. Khilafah akan berjalan dengan gerak yang cepat untuk menduduki singgasana negara terkuat di dunia.
Atas izin Allah Swt., ia akan mampu untuk membebaskan Baitul Maqdis dan memperoleh kembali tanah Islam yang telah dirampas oleh kaum kafir. Setelah itu, maka (Khilafah) akan berjalan menuju pembebasan kota Roma serta negeri-negeri kufur yang lainnya dengan mengemban risalah yang merupakan petunjuk serta pelindung pada level setinggi-tingginya, hanya untuk mengharap ridha Allah Ta’ala semata, juga merealisasikan sabda Rasulullah saw., yaitu:
“Agama Islam ini akan menjangkau semua wilayah yang terjangkau oleh siang dan malam. Tidaklah Allah membiarkan satu rumah pun di kota ataupun desa, kecuali Allah memasukkan agama ini dengan kemuliaan yang menjadikan mulia atau dengan kehinaan yang menjadikan hina. Dengan kemuliaan Allah memuliakan Islam dan dengan kehinaan Allah menghinakan kekufuran.”
Tamim Ad-Dari berkata, “Saya telah mengetahui itu telah terjadi pada keluargaku, orang yang telah masuk Islam mendapatkan kebaikan dan kemuliaan. Sedangkan orang yang kafir telah mendapatkan kehinaan, kerendahan dan harus membayar jizyah.”
Hadits ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik membencinya.” (TQS. At Taubah: 33)
Hingga pada masa itu, kami memohon kepada Allah Ta’ala bagi para syuhada Gaza yang mulia juga yang lainnya, agar senantiasa dilimpahkan rahmat serta ampunan-Nya. Juga bagi para korban luka agar dapat segera sembuh dengan kesembuhan yang tidak lagi menyisakan sakit. Juga bagi para tawanan dan para korban yang tertembak/tertangkap agar segera terbebas dan terlepas dari ikatan borgol.
Kemudian kita bersegara untuk melakukan aktivitas bersama para pejuang yang menginginkan kemuliaan agama ini, dengan menegakkan Daulah Khilafah yang telah dijanjikan dan telah dikabarkan oleh Rasulullah saw.
Lalu mereka berkata, “Kapan hal itu terjadi?” Katakanlah, “Mudah-mudahan terjadinya dalam waktu dekat.”
Diterjemahkan dari Surat Kabar Ar-Rayah edisi 343, terbit pada Rabu, 5 Zulkaidah 1442 H/16 Juni 2021 M
Klik di sini untuk mengakses sumber
Visits: 0