Search
Close this search box.

Liputan Aksi Kampanye Muslimah Tunisia: Tipu Daya Sekularisme Terhadap Anak-Anak Kita dan Keselamatan Mereka di Tangan Kita

Oleh: Prof. Hajir, Tunisia

Berdasarkan topik ini, muslimah Hizbut Tahrir Tunisia meluncurkan kampanye yang menyoroti tantangan ideologis, intelektual, dan moral yang dihadapi oleh generasi muda dan orang tua di dalam sistem sekuler. Tidak hanya menghasilkan hambatan dalam metode mendidik anak, sistem ini bahkan menyebabkan kehancuran generasi orang tua sebagai sarana penjajahan, serta mencegah kebangkitan umat menggunakan kekuasaannya dalam sistem politik yang lemah, goyah, dan menjual umat dan agamanya. Mereka juga memanfaatkan lembaga media, pendidikan, serta aparat negara modern yang diklaim berada di bawah kekuasaan perlindungan legislatif dan berasal dari perjanjian internasional yang berbahaya.

Aktivitas kampanye ini berlangsung selama sebulan, termasuk aktivitas lapangan dan intelektual yang dilakukan oleh para muslimah Hizbut Tahrir. Adapun topik terpenting dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

Topik pertama: Pendidikan sekuler adalah akar penyakit dan penyebab keruntuhan moral di negara ini.

Topik kedua: Islam adalah obat bagi bangsa, terutama bagi generasi muda.

Kampanye diakhiri dengan simposium intelektual yang diadakan pada Sabtu (10/06/23) dengan judul “Bagaimana Kita Membebaskan Anak-Anak Kita dari Cengkeraman Sekularisme?” yang bertempat di ruang seminar kantor Hizbut Tahrir Aryana, Tunisia. Termasuk di dalamnya ada orasi dari sekelompok muslimah pengemban dakwah tentang realita membesarkan generasi muda di Tunisia dan cara menyikapinya. Isi orasi tersebut adalah sebagai berikut:

Orasi pertama dari Ustazah Faten Al-Shaari yang berjudul “Metode Sekuler dalam Menghancurkan Pendidikan Generasi Muda di Negeri Kaum Muslimin”. Beliau menyatakan, “Kolonialisme telah memperingatkan sejak awal, bahwa memperketat kekuasaannya pada kita merupakan satu-satunya cara untuk mengontrol pendidikan pikiran kita, serta pikiran generasi anak-anak yang datang setelah kita. Oleh karenanya, mereka ikut campur dalam detail terkecil kehidupan kita. Mereka meracuni suasana intelektual masyarakat dengan menanamkan sistem pemerintahan yang memisahkan agama dari kehidupan, dengan menggantungkan pada sarana-sarana yang kami batasi pada tiga sumbu utama:

Pertama, keluarga dan undang-undang yang mengaturnya. Kedua, kebijakan pendidikan. Ketiga, media dan budaya. Dengan menguasai ketiga hal tersebut, penjajah ingin menyebarkan racunnya untuk memerangi umat secara menyeluruh, dengan melenyapkan masa depan umat yang akan diwakili oleh generasi berikutnya. Namun, kita semua yakin bahwa umat ini tidak akan rela menjadi sandera kolonialisme beserta ide-idenya yang destruktif (merusak).”

Adapun orasi kedua disampaikan oleh saudari Reem Hurry, dengan judul “Perumpamaan Sekolah dan Keluarga dalam Mendidik Generasi dalam Islam itu Seperti Tubuh. Jika Ada Anggota yang Merasa Sakit, Maka Anggota Tubuh yang Lain Menanggapinya dengan Sulit Tidur dan Demam”. Beliau menyatakan, “Sesungguhnya solusi-solusi Islam tidak dapat diterapkan di dalam sistem bobrok yang justru merusak anak, serta memisahkan mereka dari agamanya untuk menciptakan generasi tanpa identitas. Oleh karena itu, yang kita perlukan adalah mewujudkan negara yang mencetak generasi pemimpin, yaitu Khilafah Rasyidah.

Jika kita melihat fakta kita hari ini, kita akan menemukan bahwa cara pandang dan tsaqafah yang mengatur negara sekuler dan mengurusi urusan kita hari ini, merupakan tsaqafah yang bertentangan dengan ajaran Islam. Ajaran yang telah diemban oleh keluarga dan pendidik muslim di lembaga pendidikan. Maka, tsaqafah bangsa mana pun bisa menjadi tulang punggung keberadaan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Berlandaskan tsaqafah ini, sebuah peradaban dibangun; tujuan dan gaya hidupnya pun ditentukan. Dengan tsaqafah ini, individu-individunya melebur menjadi satu wadah.

Kemudian, Islam datang sebagai sistem kehidupan yang komprehensif dan mampu mengurusi semua detail kehidupan kita secara efisien. Sebuah masyarakat bukan hanya kumpulan individu yang hubungannya dibangun atas dasar persamaan dan kebebasan, melainkan sebuah kelompok yang terdiri dari individu, hubungan, perasaan, dan peraturan di mana semuanya harus tunduk pada satu perspektif, yaitu aturan Allah dan larangan-Nya.

Perspektif tersebut menciptakan orang tua, guru, dan generasi muda yang dipenuhi Islam dan tsaqafahnya, serta membangun hubungan antarmereka dan membangkitkan perasaan mereka berdasarkan Islam. Di atas segalanya, mereka semua diatur oleh sistem Islam yang diawasi oleh negara. Negara ini tidak lain ialah Khilafah yang sesuai dengan metode kenabian seperti yang Allah Swt. inginkan.”

Adapun orasi ketiga disampaikan oleh saudari Mona Belhaj, yang berjudul “Bagaimana Wujud Tanggung Jawab Negara Khilafah dalam Membangun dan Menyelenggarakan Kurikulum Pendidikan Berbasis Islam, sehingga Umat Bisa Menjaga Anak-Anaknya?”. Beliau menyatakan, “Sesungguhnya kurikulum sekularisme dalam pendidikan bersandar pada kurikulum-kurikulum yang memutus hubungan antara muslim dan akidah Islam. Hal tersebut dilakukan dengan mengedepankan konsep-konsep sekularisme, demokrasi, kebebasan, pendidikan seks, dan konsep-konsep lain yang memaksakan dominasi peradaban musuh kita, yaitu peradaban Barat.

Di tengah masalah yang serius ini, kami menemukan bahwa Hizbut Tahrir telah mempelajari masalah ini dengan hati-hati. Mereka juga menjadikan tsaqafah kaum muslimin sebagai tulang punggung keberadaan dan kelangsungan hidup mereka, karena peradaban umat Islam dibangun di atasnya. Hizbut Tahir telah menetapkan hal tersebut di dalam rencana-rencana dan undang-undang politik kebangkitannya, dengan terperinci dan bersandar pada rancangan konstitusi yang disertai dengan alasan positifnya. Lebih dari itu, Hizbut Tahrir juga telah menjelaskan semuanya secara detail dalam buku “Dasar-dasar Pendidikan Berkurikulum” yang akan segera diterapkan di negara Khilafah Rasyidah.

Negara Khilafah kelak akan mampu dan layak untuk memajukan kurikulum pendidikan dari rawa berbahaya yang telah dimasukinya, untuk membawanya ke tempat tinggi yang dicari oleh Islam yang agung.”

Adapun orasi penutup disampaikan oleh Ibu Hanan Al-Khamiri, juru bicara resmi muslimah di Kantor Media Hizbut Tahrir Tunisia. Beliau menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita membebaskan anak-anak kita dari cengkeraman sekularisme?” sebagai berikut:

Di akhir simposium yang memahkotai kampanye kami ini, kami muslimah Hizbut Tahrir menyatakan kepada para penjajah dan antek-anteknya, bahwa kami tidak akan berhenti sampai Anda mengangkat tangan Anda dari anak-anak kami. Sampai nafas terakhir kami, kami akan terus menolak perjanjian mencurigakan Anda yang menargetkan kami dan yang menghancurkan keluarga Anda sebelumnya karena prinsip-prinsip Anda sendiri.

Lalu, bagaimana dengan undang-undang yang bertentangan dengan akidah kita? Bagaimana kita menyikapinya?

Kita akan mengatakan kepada para pemilik sistem sekuler:

Anak-anak kami adalah zona merah (zona terlarang); suara kami akan tetap nyaring untuk menuntut perubahan realitas mereka dan realitas seluruh keluarga. Kami menuntut hak mereka atas pendidikan yang sehat dalam program-program yang sesuai dengan keyakinan dan agama mereka tanpa keterasingan atau ide-ide rusak yang menghancurkan generasi.

Oleh karena itu, kami telah, sedang, dan akan terus berjuang untuk membangun sebuah sistem yang benar-benar bertujuan untuk merealisasikan kepentingan perempuan dan keluarganya dalam kerangka undang-undang yang tidak memaksa mereka menelantarkan anak-anaknya dengan dalih kesetaraan, pemberdayaan ekonomi, dan eksistensi dirinya sendiri; untuk membangun negara yang bertanggung jawab menjaga anak-anak kita dan berpegang pada sistem pemerintahan yang memantapkan akidah Islam dan mencetak pribadi-pribadi yang handal.

Sebuah sistem pemerintahan yang adil terhadap semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, serta mengembalikan posisi masing-masing dalam keluarga dan masyarakat. Sebuah sistem pemerintahan yang mempererat hubungan anak-anak dengan keluarganya, dan membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi yang mampu membenahi umat, serta membuat konsep pendidikan dan informasi untuk mencapai kebangkitan dan kemajuan.

Karena itu, kami telah dan akan terus berjuang untuk menegakkan negara Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan metode kenabian. Kami mengingatkan Anda dengan firman Allah swt.,

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, ‘Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri).’” [RZ/SR]

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 448, terbit pada Rabu, 3 Zulhijah 1444 H/21 Juni 2023 M

Klik di sini untuk mengakses sumber 

 

Visits: 18

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram