Oleh: Prof. Muhammad Jami’ (Abu Aiman)
Pengaruh “Jumlah” dalam Mewujudkan Kemenangan
Terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang memuji “golongan kecil”, yaitu orang beriman yang melaksanakan perintah Allah Swt.; terdapat juga ayat-ayat yang mencela “golongan besar”, yaitu orang yang melakukan kebatilan dan “diam” terhadapnya. Orang-orang yang “diam” terhadap kebatilan itu, tidak mengambil sikap untuk berdiri dan melindungi jalan yang hak. Bahkan dalam anggapan terburuk, mereka tidak melakukan kebenaran, dan tidak pula menolong para pengemban kebenaran.
Allah Swt. berfirman, “Wahai Nabi (Muhammad)! Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti. Sekarang Allah telah meringankan kamu karena Dia mengetahui bahwa ada kelemahan padamu. Maka jika di antara kamu ada seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh); dan jika di antara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Allah beserta orang-orang yang sabar.” (TQS Al-Anfal:65-66).
Dalam ayat lain Allah berfirman, “Maka ketika Talut membawa bala tentaranya, dia berkata, ‘Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai. Maka barang siapa meminum (airnya), dia bukanlah pengikutku. Dan barang siapa tidak meminumnya, maka dia adalah pengikutku kecuali menciduknya seciduk tangan.’ Akan tetapi mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, ‘Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.’ Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, ‘Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.’ Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (TQS Al-Baqarah:249).
Allah Swt. mengatakan bahwa hanya sedikit orang yang melaksanakan perintah-Nya. Adapun mayoritas orang, mereka melaksanakan perintah Allah, akan tetapi mereka merasa sulit untuk menjalankannya, di mana mereka membutuhkan usaha yang besar dan jerih payah. Allah Swt. berfirman dalam surat An-Nisa’, “Dan sesungguhnya jika Kami perintahkan kepada mereka, ‘Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu.’ Maka niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya jika mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka). Dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami. Dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus. Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (TQS An-Nisa’:66-69).
Allah menegaskan bahwa orang mukmin yang bersama Nabi saw. di Makkah—sebelum negara Islam berdiri di Madinah—tidaklah banyak, justru jumlah mereka sedikit sekali. Kendati demikian, Allah telah menjanjikan kemenangan untuk mereka. Allah juga menolong mereka dengan tentara serta taufik-Nya, sehingga Islam pun tersebar di muka bumi ini. Hal tersebut menegaskan bahwa sebab kemenangan umat Islam hanyalah pertolongan Allah, tidak peduli sekuat apa pun dan sebanyak apa pun jumlah mereka.
Allah Swt. berfirman, “Dan ingatlah ketika kamu (para Muhajirin) masih (berjumlah) sedikit, lagi tertindas di bumi (Makkah), dan kamu takut orang-orang (Makkah) akan menculik kamu, maka Dia memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki yang baik agar kamu bersyukur.” (TQS Al-Anfal:26).
Allah Swt. berfiman tentang Nabi-Nya, Nuh as., “Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman, ‘Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang yang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.’ Dan tidaklah beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.” (TQS Hud:40).
Allah juga menjelaskan pada hamba-Nya, Daud as., bahwa orang-orang yang bersyukur dari kalangan manusia itu sedikit sekali. Kebanyakan manusia bukanlah orang yang taat dan bukan pula orang yang banyak bersyukur. Serta kebenaran tidak harus disertai oleh banyak orang, Allah Swt. berfirman, “Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.” (TQS Saba’:13).
Para pengemban kebenaran tidak boleh menganggap remeh ketika jumlah mereka sedikit, dan tidak boleh tergiur ketika jumlah mereka banyak, karena “jumlah” bukanlah sebab kemenangan. Para pengemban dakwah tidak boleh memikirkan jumlah masyarakat yang membersamai dan mendukung mereka, berapa pun jumlah mereka. Yang harus mereka pikirkan adalah perbuatan dan usaha apa yang sudah mereka berikan. Allah Swt. berfirman, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).” (TQS An-Najm:39-40).
Allah Swt. memerintahkan seluruh hamba-Nya untuk terus berusaha, serta mengerahkan segala upaya demi memperbaharui amalan dan memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan-nya. Allah juga memerintahkan mereka untuk memperkuat dakwah, meneguhkan jiwa, serta meningkatkan keyakinan atas dakwah mereka—di mana dakwah merupakan hal krusial yang dapat mempertaruhkan nyawa dan harta—. Dakwah adalah perkara menegakkan Islam di muka bumi melalui Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan metode kenabian. Barang siapa yang melakukan perintah Allah semata-mata karena melihat “jumlah” orang yang taat, maka sungguh Rasulullah saw. telah bersabda, “Barang siapa yang mati sedangkan di lehernya tidak ada ikatan baiat, maka ia mati dalam keadaan jahiliah.” (HR Muslim).
Orang-orang yang mukhlis harus mengerahkan seluruh tenaga dan usaha mereka, agar dapat melihat kebaikan yang telah Allah berikan pada diri mereka. Dengan demikian, orang-orang yang mukhlis tersebut dapat memperkuat agama ini dengan mendirikan Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan metode kenabian. Allah Swt. berfirman, “Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu, bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (TQS Ar-Rum:4-5).
Bersambung.
Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 418, terbit pada Rabu, 29 Rabiulakhir 1444 H/23 November 2022 M
Klik di sini untuk mengakses sumber
Visits: 2