Search
Close this search box.

Bersama Kita Hancurkan Pilar-pilar Sekularisme dan Gurita Iblisnya

Oleh: Prof. Khadijah binti Ahmidah, Tunisia

Umat Islam hari ini sedang menghadapi masa-masa terburuk dalam kehidupannya, di mana ketidakadaan Daulah sekarang membuatnya rendah dan terhina. Pemikiran-pemikiran sekularisme dan orang-orang jahat yang menjadi antek mereka telah mengendalikan umat. Sebab dari semua ini adalah jauhnya umat dari hukum-hukum Allah yang diturunkan kepada kita sebagai hidayah, petunjuk, dan jalan keluar dari kegelapan menuju cahaya.

Sebab jauhnya umat dari hukum-hukum Allah pada awalnya hanya karena runtuhnya Daulah Islam. Akan tetapi keadaannya semakin memburuk sampai masuk ke rumah-rumah kita, dan menimpa keluarga serta anak-anak kita secara akal dan jiwa; yang menyebabkan perceraian tanpa adanya jalan kembali ke sumber hidayah dan ketakwaan. Oleh karena itu, kami, Divisi Keperempuanan Hizbut Tahrir Tunisia mengadakan kampanye berjudul “Tipu Daya Sekularisme Terhadap Anak-anak Kita dan Keselamatan Mereka di Tangan Kita”.

Benar, sekularisme telah memperdaya dengan tipuan yang tidak dapat ditoleransi umat Islam, dan keselamatan dari sekuler sejatinya ada pada tangan kita, dengan keyakinan bahwasanya Allah tidak mengubah kondisi suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Allahlah yang akan menghancurkan seluruh tipu daya dan makar mereka.

Padahal, negara Islam sebelum era ini tidak mengenal sekularisme, dikarenakan ciri masyarakat Islam memang tidak sama dengan masyarakat Barat yang realitasnya memaksakan munculnya bencana ini pada negara dan rakyat.

Sekularisme masuk pertama kali di Afrika Utara, tepatnya di Aljazair. Hukum Islam dihapuskan setelah pendudukan Prancis pada tahun 1830 M. Kemudian di Mesir, disusul Tunisia ketika hukum Prancis diperkenalkan pada tahun 1906 M, dan di Maroko pada tahun 1913 M—tanpa melupakan masuknya ke sebagian besar Afrika, India, Turki, Irak, Syam, dan Indonesia. Begitu juga tersebarnya partai-partai sekuler; kecenderungan sektarian; partai kebangkitan; partai-partai nasionalis; perselisihan antara kelompok Firaun, Turania, dan Berber; serta lain sebagainya.

Tidak ada keraguan bahwa sekularisme membuka jalan bagi pengenalan hukum-hukumnnya ke negara kita, ketika ia menarik orang-orang yang ditundukkan oleh Barat; orang-orang yang berjiwa lemah; juga orang-orang yang imannya goyah dengan godaan uang, posisi, dan wanita yang bersifat duniawi. Ia juga mengangkat promotor untuk dididik dalam asuhannya yang berada di negeri-negeri Barat, kemudian memberi mereka gelar ilmiah seperti gelar doktoral atau jabatan profesor dan pakar.

Propaganda yang intens diadakan untuk orang-orang ini, lewat media yang dikendalikan oleh kaum sekuler untuk menunjukkan kepada mereka dalam kedok para sarjana, pemikir, dan orang-orang dengan pengalaman luas dan elit. Sehingga kata-kata mereka dapat diterima oleh masyarakat kebanyakan. Dengan demikian, mereka akan mampu menipu banyak orang serta mempraktekkan distorsi dan pemalsuan Islam di hati kaum terpelajar secara besar-besaran, juga mengulangi klaim sekularisme di telinga anak-anak kita.

Hari ini, kita melihat terompet sekularisme dan keberaniannya melawan aturan agama; banyak menentang beberapa sub-masalah dan menyibukkan anak muda dengan itu. Ia juga terlibat dalam pertempuran imajiner atas masalah ini, agar mengalihkan perhatian anak-anak kita serta mengalihkan mereka dari memainkan peran nyata untuk kebangkitan.

Berapa banyak podium yang menggambarkan kepada kita perpecahan para syekh, ulama, penuntut ilmu, dan dai di berbagai media masa, audio, dan visual. Mereka digambarkan sebagai orang-orang yang menyimpang secara moral, bahwa mereka dekat dengan uang, kedudukan, dan wanita, sehingga para pemuda tidak mendengarkan mereka dan tidak mempercayai perkataan mereka. Yang dengan demikian ada arena kosong bagi kaum sekuler untuk menyebarkan dakwah mereka.

Berapa banyak orang-orang yang fokus terhadap wacana mereka tentang permasalahan khilafiah dan memperbesar hal itu, sehingga para pemuda menduga bahwa agama seluruhnya adalah perselisihan dan perbedaan; bahwa tidak ada kesepakatan tentang apa pun—sekalipun itu di kalangan ulama—, sehingga diri mereka menganggap bahwa tidak ada ketentuan dan kepastian dalam agama, yang berarti lebih baik bagi mereka untuk meninggalkan segala sesuatu yang berasal darinya.

Berapa banyak sekolahan, universitas, pusat budaya, klub, dan universitas asing yang didirikan di negeri Islam—yang semua itu di bawah pantauan negeri sekuler. Mereka berusaha maksimal untuk merapuhkan hubungan pemuda Islam dengan agamanya. Di waktu yang bersamaan, mereka juga menyebarkan pemikiran sekuler dalam skala luas, terutama dalam studi sosial, filsafat, dan psikologis.

Berapa sering mereka bersandar pada penyesatan dan penyelewengan sebagian kaidah hukum syara’, dengan menggunakannya tidak pada tempatnya untuk menyebarkan pemikiran sekularisme, seperti kaidah “Mengerjakan mudarat yang paling ringan di antara dua mudarat, dan menanggung kerusakan yang paling ringan di antara dua kerusakan.” Juga kaidah “Keadaan darurat mengizinkan kita untuk melakukan perkara yang dilarang.” Mereka mengambil dua kaidah ini atau yang semisalnya untuk memisahkan Islam dari diri pemuda Islam, serta memecahkan dan melelehkan Islam dalam diri pemuda Islam.

Berapa banyak mereka mengambil peraturan dalam bidang pendidikan; mereka mentransfer dan membebek dalam bidang ekonomi dan politik yang berlaku dalam dunia kufur ke negeri muslimin, tanpa menyadari bahaya akan hal ini.

Dalam kondisi yang sangat buruk ini, di mana anak-anak kita dibesarkan dan dididik, menjadi suatu kewajiban besar dan keharusan untuk ayah dan ibu dalam berusaha merobohkan pemikiran dan mengubah kenyataan yang menyakitkan ini, yang hampir menyimpangkan bangsa seluruhnya untuk jauh dari Islam.

Para ibu seluruhnya pada hari ini dituntut untuk mengerahkan segala usaha; mengorbankan waktu, jiwa, dan upaya untuk merealisasikan ini. Walau sesungguhnya hal tersebut merupakan kewajiban bagi para ulama, pelajar, pendakwah, militer, dan penguasa. Karena hakikatnya mereka adalah pemimpin, dan di antara mereka adalah pewaris para nabi—yang semua orang mengikuti mereka.

Tidak ada jalan keluar bagi umat Islam dari realitas yang menyakitkan ini kecuali dengan pemikiran yang diikuti dengan tindakan, demi tujuan akhir dalam suasana kolektif. Karena pemikiran dan ilmu yang tidak diikuti dengan tindakan tidak mengubah realitas apa pun.

Bekerja tanpa pemikiran, wawasan, dan kelompok akan merusak lebih dari yang diperbaiki. Aksi kolektif menjadi dasar dari persatuan, perlindungan, dan keselamatan, setelah kita mengetahui bahaya sekularisme yang mengancam dan mengintai kaum muda.

Sebagai kesimpulan, kami mengingatkan kembali besarnya tragedi yang dialami oleh umat Islam pada umumnya dan masyarakat Tunisia pada khususnya. Kesulitan, penderitaan, perlawanan sebagian orang, tekanan, dan serangan dari para penguasa, antek, serta agen sekularisme tidak akan menghalangi kami untuk menjalankan peran ini.

Karena itu, perlu untuk memperjuangkan agama ini demi agama ini sendiri, dan menghilangkan debu untuk menjaga anak-anak kita dengan sesuatu yang Allah dan Rasul-Nya cintai berupa perkataan dan perbuatan. Begitu pula wajib bagi kita untuk menanggung konsekuensi dalam hal tersebut, serta mendeklarasikan pertempuran intelektual untuk melawan setiap orang yang memerangi Tuhan dan Rasul-Nya. Sehingga tidak akan ada hasutan, dan agama sepenuhnya untuk Tuhan.

Saya tidak menganggap bahwa dengan demikian saya telah berbicara tentang kewajiban wanita muslimah, akan tetapi cukuplah muslimah menjadi ibu rumah tangga sebagaimana mestinya, sebagai peringatan untuk keselamatan bagi kita semua. Semoga Allah memberi manfaat kepada kita.

Semoga risalah ini akan mendatangkan pengaruh dalam mencerahkan perempuan muslimah pada umumnya, juga para ibu khususnya, tentang realitas kampanye ini, sebagai seruan dalam mengklarifikasi bahaya sekularisme dan efeknya yang beracun dan mematikan bagi pendidikan anak-anak kita.

Hendaknya kita bersegera untuk melindungi diri darinya, menolaknya, dan membongkar seruan serta progandanya, sehingga kita Kembali menjadi umat terbaik bagi manusia dengan izin Allah Swt., dan kehormatan kembali lagi pada kita seperti sebelumnya. Kami memohon kepada Allah pertolongan berupa taufik, petunjuk, dan jalan keluar. Segala puji bagi Allah di dunia dan di akhirat. [KZ/GA]

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 450, terbit pada Rabu, 17 Zulhijah 1444 H/5 Juli 2023 M
Klik di sini untuk mengakses sumber 

Visits: 15

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram