Search
Close this search box.

Rusia: Antara Penahanan Politik dan Emansipasi yang Membahayakan Dunia (Episode Pertama)

Oleh: Prof. Hamad Tabib

Rusia merupakan penerus Uni Soviet yang telah mati. Artinya, Rusia adalah pewaris kubu sosialis dan pakta warsawa—atau kutub global kedua—yang berdiri sejak tahun 1955 hingga 1991. Rusia juga menjadi pesaing Barat dari segi pemikiran, ideologi kapitalis, dan kebijakan luar negerinya. Sebelum kehancurannya, Uni Soviet menguasai 15% daratan dunia yang diperkirakan setara dengan benua Amerika Utara.

Uni Soviet berbatasan dengan 12 negara dan dikelilingi oleh lautan yang tersambung dengan tiga samudra. Di tahun 1991, populasi penduduknya mencapai sekitar 293 juta. Ia juga menempati peringkat pertama di sektor perminyakan—yang setara dengan 20% minyak dunia—, peringkat ketiga dalam produksi batu bara, dan peringkat kedua—setelah Amerika—dalam produksi gas. Negara ini menghasilkan 17,5% dari pendapatan global dan memiliki gudang senjata nuklir terbesar di dunia.

Memang benar, bahwa kamp timur telah berjuang selama tahun-tahun pertama dari sejak mereka berdiri di tahun 1917 hingga kemenangannya tahun 1922; yaitu setelah perlawanan selama lima tahun dan mendapatkan kemenangan atas pemerintahan Rusia dalam perang berdarah yang menewaskan ribuan orang. Setelah kondisinya stabil dan mengalami kemajuan, menjadi negara adidaya secara global—terutama setelah masa Perang Dunia II tahun 1945—, Rusia berjuang secara militer untuk menginvasi banyak negara Eropa Timur dan merebutnya. Tidak sampai di situ, ia juga berencana untuk melakukan perluasan terhadap Eropa Barat dan Amerika, yaitu semua negara di kubu Barat.

Faktanya, partai-partai sosialis memang telah menyebar ke Eropa dan Amerika. Bahkan berhasil menyapu Eropa, menang di beberapa negara, dan mencapai kekuasaan selama tahun 70-an dan 80-an pada abad terakhir di Spanyol, Italia, Prancis, dan negara-negara lain. Akan tetapi Amerika, ia mengadopsi kebijakan ketat terhadap pemikiran sosialis. Sehingga dapat mencegah partai sosialis untuk berkerja di Amerika. Amerika menjatuhkan hukuman berat, termasuk hukuman mati bagi setiap afiliasi Partai Sosialis.

Sebenarnya, jika bukan karena kerusakan Ideologi Sosialis dalam persepsi, aturan, maupun cara hidupnya, ia dapat menggulingkan semua negara Eropa dalam beberapa tahun. Namun yang terjadi, rakyat—terlepas dari penderitaan mereka akibat korupsi kapitalisme, serta dominasinya atas pendapatan dan kedudukannya untuk mendukung kelas (elit) yang sempit—mulai menolak pemikiran sosialis. Sebuah pemikiran yang merupakan hasil dari persepsi imajiner yang tidak layak dijalankan, serta dihasilkan dari kebijakan rusak dan munafik yang dilakukan oleh para penguasa Uni Soviet terhadap Barat. Sebagaimana hubungan antara Rusia dengan Amerika yang dikenal sebagai kebijakan rekonsiliasi internasional dan pembagian pengaruh di dunia menjadi dua bagian di tahun 1961.

Ketika Uni Soviet telah hancur, Gorbachev meninggalkan pemikiran sosialis, membubarkan Partai Komunis pada tahun 1991, dan membiarkan negara-negara di dalamnya merdeka. Hal itu terjadi karena situasi ekonomi yang memburuk, seperti yang telah ia upayakan dalam kebijakan Prostrica (restrukturisasi dan reformasi ekonomi), untuk menyelamatkan segala sesuatu yang tersisa dari krisis ekonomi, dan meninggalkan pemikiran sosialis demi kebebasan pasar. Adapun Yeltsin, Presiden Rusia, mendukung Gorbachev dalam kebijakan ini sebelum mengumumkan pengunduran dirinya dari kursi kepresidenan federasi pada tahun 1991. Dengan demikian, era yang berlangsung sekitar 70 tahun penerapan Ideologi sosialis itu telah berakhir!

Saat ini, Rusia berada dalam posisi yang sama seperti Uni Soviet. Di mana keduanya memiliki kekuatan di posisi internasional dan menjadi saingan Barat. Sebuah negara yang sangat diperhitungkan oleh dunia dan memiliki pengaruh di lembaga internasional. Setelah tahun 1991, keseimbangan dunia mulai berubah. Amerika muncul sebagai negara semi-tak terbantahkan dalam politik internasional, yang kemudian menjadi pengendali dunia. Politiknya adalah sebagaimana yang dikatakan presiden George Bush selama invasinya terhadap Irak dan Afghanistan setelah peristiwa 11 September: “Semua negara yang tidak bersama kami adalah lawan kami.”

Dengan perubahan ini, pandangan Amerika terhadap Rusia pun berubah. Amerika terlihat mulai menahan Rusia secara politik, ekonomi, dan militer melalui berbagai langkah dan tindakan, antara lain:

1. Berusaha membatasi Rusia untuk tidak ikut campur dalam politik luar wilayahnya. Baik di negara-negara yang lemah atau di negara-negara yang berada di luar ruang lingkup sistem Rusia, dan tidak memberinya kesempatan untuk melakukan hal itu. Terutama melalui lembaga internasional, aliansi, atau tindakan lainnya. Kebijakan ini muncul segera setelah pembubaran Uni Soviet dalam kasus Irak dan blokadenya; kemudian invasi dan perampasan.

2. Memprovokasi masalah regional dan internasional Rusia untuk menyibukkan Rusia dengan permasalahan pribadinya, sehingga Rusia tidak lagi memikirkan masalah internasional dari satu sisi, dan meminta bantuan dari Amerika untuk menyelesaikan masalahnya dari sisi yang lain. Terutama konflik regional, seperti yang terjadi dalam perang di Azerbaijan, Serbia, dan di wilayah Rusia yang berpengaruh lainnya.

3. Menjauhkan Rusia dari Cina dan menghalangi negara mana pun yang ingin mendekatinya. Hal ini terlihat jelas dalam permusuhan Amerika terhadap aliansi strategis yang menghubungkan Cina dengan Rusia, yang diperbarui tahun 2022. Di mana Amerika memperingatkan Cina melalui ucapan para pejabat, tentang bahayanya kerjasama militer antara Cina dan Rusia ketika terjadi konflik di Ukraina.

4. Berusaha meruntuhkan Rusia dari segi ekonomi, terutama dalam lingkupan pasar asing untuk energi dan industri. Amerika sangat menginginkan turunnya harga energi—walaupun akan terpengaruh oleh hal tersebut—demi memutus sumber daya utama dan perekonomian Rusia.

Pasalnya, Rusia telah bangkit secara ekonomi selama periode kenaikan harga minyak. Mereka mampu memperkuat serta mendukung berjalannya pengembangan senjata strategis. Selain itu, pemulihan ekonominya juga bisa membantu mereka untuk mengintervensi negara-negara tetangganya dengan cara membangun aliansi dan organisasi ekonomi bersama.

5. Memasukan Rusia ke dalam perlombaan senjata, yaitu dengan menandatangani kesepakatan tertentu seputar senjata nuklir dan pangkalan militer asing. Hal ini terjadi karena Amerika tidak menghentikan programnya untuk mengembangkan senjata, maka hal ini mendorong Rusia untuk mengimbanginya sebagaimana dilakukan di era uni Soviet sampai batas tertentu. Dengan demikian, Rusia akan menanggung biaya yang sangat tinggi dan menghabiskan sebagian besar uang dan kekayaannya pada saat mereka sangat membutuhkannya.

6. Berusaha menghalangi pangkalan militer luar negeri Rusia dan membongkar persenjataan nuklirnya. Amerika telah melakukan beberapa tindakan terhadap persenjataan nuklir Rusia, antara lain merakit, mengukur/skala, dan membongkar sebagian darinya. Beberapa perjanjian telah ditandatangani Rusia, antara lain; perjanjian START 1 (Pengurangan Senjata Strategis) 1991-1994 yang mengakibatkan penghapusan sekitar 80% persenjataan hingga tahun 2001, dan Perjanjian START 2 yang ditandatangani pada tahun 2010.

7. Berusaha untuk mengkooptasi beberapa negara ke dalam sistem lama Rusia dan mendirikan pangkalan militer di dalamnya. Hal ini dianggap sebagai gangguan terang-terangan di jantung Rusia, dan penentangan besar-besaran. Pada tahun 2023, Menteri Luar Negeri AS Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Kazakhstan, Uzbekistan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Turkmenistan. Ia menawarkan bantuan dan dukungan kepada mereka untuk mengurangi ketergantungan mereka pada Rusia, dan memberikan 25 juta dollar untuk membantu negara-negara tersebut dalam hal pembangunan. Di mana sebelumnya Amerika telah mendirikan pangkalan militer pertama di Bandara Khanabad di Uzbekistan setelah serangan 11 September 2001.

Kemudian mengirim garda depan pasukannya ke Kirgistan dengan pasukan dari NATO, mengerahkan personel militer di ibu kota Georgia Tbilisi pada tahun 2004, dan terus berusaha mengintervensi melalui tipu muslihat memerangi terorisme dan bantuan ekonomi ke negara-negara tersebut.

8. Memasukkan Rusia ke dalam perang yang merusak dan berjangka panjang, seperti perang Ukraina pada tahun 2022. Ini terjadi dalam rangka menekannya, agar menundukkan kebijakan luar negerinya yang sesuai dengan pandangan barunya untuk membentuk dunia, yaitu untuk menahannya dan membuatnya seperti negara-negara Eropa lainnya. Begitu juga untuk menekannya agar menjauh dari Cina. Bukan rahasia lagi bahwa perang di Ukraina menjadi penyebab krisis internal di Rusia dalam bidang ekonomi dan keamanan.

Amerika telah mencapai keberhasilan yang besar dalam politiknya ini untuk menahan Rusia selama bertahun-tahun ke belakang, baik sebelum Putin berkuasa ataupun saat ia berkuasa. Apakah keberhasilannya akan bertambah melalui upayanya untuk menahan Rusia secara sempurna dan tepat? Ataukah di tahun-tahun yang akan datang situasi menjadi terbalik dan Amerika menghadapi kegagalan dalam politiknya ini, terutama karena deklarasi perang yang terang-terangan terhadap Rusia di Ukraina untuk memaksanya sampai bertekuk lutut? [RZ/SR]

Bersambung.

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 448, terbit pada Rabu, 3 Zulhijah 1444 H/ 21 Juni 2023 M

Klik di sini untuk mengakses sumber 

Visits: 30

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram