Search
Close this search box.

Rusia: Antara Penahanan Politik dan Emansipasi yang Membahayakan Dunia (Episode Kelima dan Terakhir)

Oleh: Prof. Hamad Tabib

Kami telah menyebutkan di episode sebelumnya bahwa konflik yang terjadi hari ini, yakni antara aliansi internasional, mirip dengan suasana sebelum Perang Dunia I, dan itu bergulir dari hari ke hari. Apabila hal itu bergejolak, ia dapat menimbulkan bahaya yang mengancam kemanusiaan. Lalu apa risiko yang mungkin muncul dari konflik yang makin meluap-luap ini?

Faktanya, banyak risiko yang mungkin muncul dari konflik internasional ini, baik di bidang politik, ekonomi, maupun militernya. Di antara risiko-risiko tersebut adalah sebagai berikut.

1- Kegelisahan negara-negara Eropa untuk keluar dari aliansi ini karena tingginya biaya perang telah menimbulkan kerugian besar. Pasar-pasar menjadi lemah dan harga energi menjadi tinggi. Kian hari, konflik ini juga telah merugikan jutaan dolar bagi Barat. Berbagai kerusuhan terjadi—seperti yang telah kami sebutkan—di Prancis dan Jerman, mereka menyerukan untuk mencari solusi politik dari konflik ini. Selama kunjungan Presiden Prancis Macron ke Cina, ia mendukung inisiatif Cina untuk mencari solusinya, serta memperingatkan tentang konsekuensi membuka front melawan Cina di Taiwan. Jerman juga  mengikuti pandangan ini.

Prancis dan Jerman adalah negara Eropa terbesar dan paling efektif di Uni Eropa. Oleh karena itu, Amerika berinisiatif untuk segera menolak usulan tersebut dan menyebut pendudukan Ukraina sebagai tipuan. Perang yang berkepanjangan juga memengaruhi partai-partai politik di Eropa, yaitu dalam hal bangkitnya ekstrem kanan dalam pemilu di lebih dari satu negara; juga turut memengaruhi dua partai besar di Amerika dalam hal menaikkan pagu utang publik—yang hari ini diperdebatkan di lembaga-lembaga politik.

Selain itu, di antara bahayanya adalah ancaman ekonomi di negara-negara tersebut, yaitu krisis ekonomi baru, khususnya karena Barat belum pulih dari krisis ekonomi 2008. Biaya perang dan kerugian yang diakibatkannya dapat memperburuk krisis global baru dengan dampak yang lebih besar dari itu.

2- Terdapat bahaya besar yang mengancam keruntuhan Rusia jika keadaan makin intensif. Dampaknya pun akan lebih besar jika Cina meninggalkan Rusia, ataupun jika Barat menjatuhkan sanksi padanya, seperti halnya Rusia. Sanksi yang dikenakan pada Rusia adalah yang terparah sepanjang sejarah, dan terus meningkat seiring berlalunya masa peperangan.

Ada kerugian besar pada ekonomi Rusia yang berdampak resesi di semua aspek kehidupan. Selain blokade, ada biaya harian perang yang mencapai jutaan dolar per hari. Rusia bukanlah negara yang makmur secara ekonomi. Ia juga hanya bisa bertahan lama dengan bantuan Cina.

Mungkin ini bisa menjelaskan kekukuhan Rusia selama ini dalam menghadapi blokade internasional yang begitu parah. Bahaya dalam hal ini adalah bahwa mendekatnya Rusia ke jurang maut akan membuatnya memikirkan metode baru untuk bertahan hidup, seperti pepatah, “(Kalau bukan) saya, maka musuh-musuh saya.” Inilah yang berkali-kali diperingatkan oleh politisi Rusia, seperti presiden, menteri luar negerinya, maupun wakil kepala keamanan nasionalnya.

3- Adapun Cina, ia telah memperingatkan melalui lebih dari satu pejabatnya bahwa ia akan menggunakan kekuatan militer jika terjadi eskalasi intervensi Amerika dalam masalah Taiwan. Sun Li, juru bicara Kongres ke-20 Partai Komunis Cina yang berkuasa, mengatakan, “Negaranya tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah Taiwan jika Taiwan memutuskan untuk memisahkan diri atau jika ada campur tangan asing di dalamnya.”

Ia juga menyatakan dalam konferensi pers sebelum dimulainya kongres, “Kami tidak berjanji untuk mengabaikan penggunaan kekuatan. Kami memiliki kemungkinan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan terhadap campur tangan kekuatan eksternal, juga melawan kekuatan yang sangat kecil (sekalipun), yaitu pasukan separatis pro kemerdekaan Taiwan dan aktivitas separatis mereka.”

Pada Selasa (7-4–2023), Menteri Luar Negeri Cina mengirim pesan ancaman ke Amerika dengan memberikan dukungan militer pada masa mendatang dari Beijing ke Rusia di Ukraina. Cina menekankan bahwa hal ini sebagai tanggapan atas transaksi senjata Amerika ke Taiwan.

Menteri Luar Negeri Qin Jang bertanya selama konferensi pers, “Mengapa Amerika Serikat meminta Cina untuk tidak memasok senjata ke Rusia, sedangkan mereka terus menjual senjata ke Taiwan?” Akibatnya, ada ancaman untuk memberlakukan blokade terhadap Cina dan menyeretnya ke dalam konflik militer di Taiwan, seperti yang terjadi dengan Rusia di Ukraina.

4- Dampak ekonomi pada dunia pada umumnya, dan negara-negara miskin pada khususnya. Amerika merasa tertarik terhadap konflik ini hingga menghabiskan miliaran dolar untuk itu. Oleh karenanya, ia berusaha mengurangi bantuan luar negeri, terutama ke negara-negara miskin. Di sisi lain, perang yang berkecamuk di Ukraina telah mengancam stagnasi pasar global, bahkan resesi di beberapa negara. Penyebabnya adalah tingginya inflasi, resesi pasar, dan tingginya harga-harga, terutama bahan makanan, termasuk biji-bijian. Ini karena blokade di penyeberangan Ukraina dan penurunan hasil pertanian di wilayah yang luas.

Sesungguhnya, suasana dunia saat ini adalah suasana perang dan permusuhan antara negara-negara besar, sebagaimana suasana yang menyeruak sebelum Perang Dunia I dan II. Tidak ada kata mundur bagi Amerika terhadap kebijakan jahat ini karena ia berupaya menjaga eksklusivitas internasional. Hal ini (mundurnya Amerika, ed.) tidak akan terjadi dan terus berlanjut dengan cara menindas lawan dan mengancam mereka dengan konflik saudara, teror, maupun metode kekuatan lain yang dapat digunakan untuk mengimplementasikannya.

Diamnya Amerika berarti bangkitnya Rusia dan Cina—dan mungkin Eropa akan menyusul mereka. Ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan Amerika. Tidak ada secercah harapan untuk mengakhiri konflik diplomatik ini. Yang ada di pikiran Amerika adalah kekuasaan, kontrol, dan penghancuran lawan demi mempertahankan hegemoninya atas dunia.

Selain semua itu, maka berarti bangkitnya negara lain di hadapan Amerika. Akibatnya, ia akan jatuh dari posisinya dan akan mengarah pada intervensi Aliansi Kedua pada masa mendatang dalam isu-isu sensitif, seperti hegemoni dolar, juga pengaktifan kembali PBB secara tepat, atau partisipasi yang adil dalam mengelola dunia. Ini merupakan pukulan yang hampir fatal bagi Amerika sebab rahasia kelangsungan hidupnya saat ini adalah kelangsungan dominasinya.

Terakhir, kami mengatakan bahwa sesungguhnya konflik yang bergejolak saat ini—yang terus meningkat dan makin cepat—menyingkap sifat negara-negara ini dan sifat konflik global, serta mengingatkan tentang apa yang dihasilkan dari Perang Dunia I dan II maupun perang lain di Korea, Vietnam, dan sebagainya.

Konflik ini juga menyingkap karakteristik ideologi yang diterapkan saat ini, menunjukkan betapa sakit dan lemahnya ideologi tersebut dalam hal memecahkan masalah dunia, menyebarkan perdamaian dunia, ataupun meluaskan keadilan ekonomi di seluruh dunia.

Tindakan dan kebijakan negara-negara ini telah melucuti sepenuhnya kelayakan mereka untuk merawat kemanusiaan, dan mengekspos prinsip kapitalistik mereka. Selain itu, hal ini juga mengetuk pikiran umat manusia di seluruh dunia bahwa dunia harus memiliki sistem baru yang mengubah muka bumi, bukan sistem baru dengan aliansi baru dan tipe yang sama dengan negara-negara yang ada, dengan prinsip-prinsip mereka yang telah jatuh.

Konflik ini sejatinya mengingatkan umat akan amanah besar yang dipercayakan pada mereka. Allah Swt. berfirman, “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ‘umat pertengahan’ agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS Al-Baqarah: 143).

Kesaksiannya bagi umat manusia adalah untuk menyelamatkannya dari apa yang ada di dalamnya. Tidak ada yang bisa menyelamatkan manusia dari bencana ini, kecuali agama Allah Swt. yang membuat manusia berlomba-lomba untuk kebaikan, bukan berjuang untuk kejahatan. Juga membuat manusia saling mencintai, bukannya malah saling membenci.

Kita juga tengah menghadapi era global baru—setelah kecacatan berbagai prinsip dasar ini terungkap. Kita menghadapi tatanan dunia baru, yakni bangkitnya bangsa Islam mengemban amanah dan misinya, serta memiliki pemimpin berkualitas pengayom dan pengurus urusan umat manusia.

“Dan pada hari (kemenangan Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman. (Itulah) janji Allah. Allah Yang Maha Pengasih tidak akan mengingkari janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS Ar-Rum: 4-6).

Kami mohon kepada Allah Swt. untuk mempercepat kehancuran semua jenis kejahatan, kehancuran negara mereka, serta mengangkat bangsa Islam ke posisi yang selayaknya. Aamiin allahumma aamiin.[GZ/RA]

 

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 453, terbit pada Rabu, 8 Muharram 1445 H/26 Juli 2023 M

Klik di sini untuk mengakses sumber

Visits: 16

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram