Search
Close this search box.

Politik Amerika di Negeri Kaum Muslimin Hari Ini

Oleh: Hasan Hamdan

Politik Amerika dicirikan sebagai politik kolektif yang memiliki sebuah dimensi, pertimbangan, dan penanganan masalah sebelum terjadi. Oleh karena itu, politik kolektif tersebut tidak akan berubah dengan kehadiran mereka yang berkuasa, kecuali terbatas pada aspek sarana dan hal teknis.

Politik tersebut merupakan politik secara global terkait posisinya sebagai negara adidaya di dunia. Demikianlah gambaran singkat tentang politik Amerika secara umum. Adapun politik Amerika di negeri kaum muslimin dicirikan oleh dua hal:

Pertama, Amerika menganggap wilayah ini memiliki dimensi yang berbahaya, karena merupakan wilayah dengan bahaya ideologis dan strategis. Bagaimana tidak? Wilayah ini merupakan negara yang membawa Islam—yang merupakan satu-satunya ideologi yang benar—, yang telah memimpin dunia secara ideologi dan politik selama berabad-abad, dan merupakan wilayah dengan lokasi yang strategis.

Sadar akan hal itu, Amerika menginginkan wilayah ini menjadi miliknya sendiri. Karena mengaggapnya sebagai wilayah kepentingan khusus Amerika, serta dapat mencegah Uni Soviet untuk sampai kesana. Dari bab ini, Amerika memutuskan untuk mengusir penjajah lama, yaitu Inggris dan Prancis dari wilayah kaum muslimin. Hal ini tidak berubah dalam politik Amerika sampai sekarang. Sejak saat itu, konflik dimulai antarkubu Barat.

Konflik paling dahsyat terjadi selama tahun 50 dan 60-an antara Amerika dan Inggris. Tampaknya, keadaan telah menjurus kepada Amerika secara masif, setelah penjajahannya atas Irak dan kedatangan antek-anteknya ke tampuk kekuasaan di Arab Saudi dan Turki. Hal lain yang pasti dalam politik Amerika adalah memerangi Islam sebagai sebuah ideologi.

Telah diketahui bahwa penjajahan adalah thariqah (metode) ideologi kapitalis. Penjajahan ini terkadang melemah sehingga hanya menjadi tujuan, dan kadang kala menguat sehingga menjadi sebuah thariqah. Terdapat perbedaan yang besar antara penjajahan sebagai tujuan—di mana tujuan penjajahan sejak awal hingga akhir hanya untuk menjarah kekayaan tanpa menyebarkan ideologi—, dan penjajahan sebagai thariqah. Sehingga tujuannya adalah penyebaran ideologi dan memerangi Islam. Hal ini merupakan hal pasti yang dilakukan Amerika terhadap negeri kaum muslimin.

Ini terlihat ketika Amerika memerangi Islam dan mengganti syiar Islam dengan bahaya komunis setelah jatuhnya Pakta Warsawa, serta upayanya untuk menjinakkan Islam melalui sebagian pergerakan yang dinamai Harakah Islam. Baik pergerakan moderat, maupun ekstrimis—menurut klarifikasi mereka—untuk membelokkan Islam dari kebenaran, serta mendistrosi pemikiran-pemikiran dan hukum-hukum dari rakyatnya. Kemudian, masuklah peperangan fisik melawan Islam dan rakyatnya.

Keberadaan Amerika di wilayah ini memiliki skala besar. Terlebih setelah upaya umat untuk memisahkan diri dari Barat dengan mewalan realitas yang ada, mengangkat syiar-syiar islami dan membawa panji Rasulullah saw. Dengan itu, Amerika segera menyatakan bahwa mereka memerangi Islam secara terang-terangan dan kotor.

Hizbut Tahrir telah menjelaskan hal ini dalam bukunya, Konsepsi Politik, yang di dalamnya disebutkan mengenai masalah Timur Tengah. Hal ini merupakan masalah yang terkait dengan Islam dan bahayanya pada Barat. Terkait lokasi strategis dan dominasinya atas trasportasi Eropa, Afrika, dan Asia. Sedangkan entitas Yahudi menjadi garis pertahanan Barat untuk kepentingan mereka. Ini terkait pula dengan penjajahan serta keuntungan materielnya, terutama minyak.

Maka, masalah Timur Tengah adalah masalah yang berkaitan dengan Islam, lokasi strategis, negara Yahudi, kolonialisme, dan minyak. Tidak diragukan lagi, masalah ini sangatlah penting. Bukan hanya bagi penduduk Timur Tengah dan kaum muslimin saja, melainkan bagi seluruh dunia.

Adapun Islam, telah dan senantiasa menjadi bahaya terbesar bagi Amerika dan Barat. Kawasan Timur Tengah dianggap sebagai titik tolak yang alami untuk dakwah Islam ke dunia. Oleh karena itu, tak heran jika Amerika mengaggap Islam sebagai musuh utama satu-satunya setelah runtuhnya sosialisme. Amerika menggunakan slogan-slogan terorisme, ekstrimisme agama (radikal), serta fundamentalisme sebagai kedok kampanye ketika melawan Islam dan kaum muslimin di kawasan ini.

Amerika berusaha—dengan segala kekuatan yang dimilikinya—untuk menyingkirkan gerakan pollitik Islam dari kekuasaan melalui metode represi, penindasan, penyalahgunaan, dan penahanan yang dijalankan oleh pemerintah bonekanya di wilayah tersebut.

George Bush telah mendeklarasikan perang salib baru untuk melawan kaum muslimin secara terang-terangan. John Ashcroft, jaksa Agung AS, berkata, “Terus terang, terorisme terletak pada Islam itu sendiri, dan tidak hanya pada beberapa orang yang menganutnya.” Ia mengatakan bahwa Allah mendorong terorisme dalam Al-Qur’an, berdasarkan klaimnya.

Lebih dari itu, negara-negara di dunia menuntut kepada negara-negara Islam untuk mengubah hukum-hukum yang berkaitan dengan keluarga; serta mengubah pasal yang berkaitan dengan alasan meringankan hak pembunuh, demi kehormatan dan kemuliaannya; juga menuntut komitmen penuh terhadap perjanjian pidana CEDAW dengan segala pasalnya.

Kemudian dilanjutkan dengan proses penghancuran keluarga, merusak kehormatan, dan mengubah pandangan perempuan dari fitrahnya sebagai ibu rumah tangga berserta kehormatan yang harus dijaga, menjadi barang murahan. Hal itu mendorong antek-antek Barat, mulai dari penguasa, partai, dan organisasi Barat, untuk menjalankan hal ini dengan agresif tanpa kompromi.

Dalam buku Konsepsi Politik karya Hizbut Tahrir disebutkan, “Dalam bidang sosial, Amerika memusatkan perhatian pada perempuan agar menjauhkan mereka dari nilai-nilai Islam. Amerika mengalokasikan dana, menekan berbagai pemerintahan untuk mengadakan konferensi-konferensi bagi perempuan, menekan untuk mengikutsertakan perempuan dalam pemerintahan dan parlemen, serta menyebarkan gagasan feminisme dengan bentuk-bentuk dan istilah baru.

Di bidang pemikiran dan budaya, Amerika telah memobilisasi pusat-pusat pemikiran, demokrasi, dan pluralisme. Mereka juga mendirikan organisasi-oranisasi HAM untuk mempropagandakan berbagai gagasan kebebasan dengan konsep-konsep Barat dan metode Amerika.

Mereka juga mendukung berbagai organisasi dan pusat-pusatnya dengan sejumlah film Hollywood dan produk artistik berteknologi maju, yang mendominasi penyiaran sebagian besar saluran televisi Arab dan non-Arab”.

Kolonialisme sebagai metode di negeri kita adalah perkara asasi dalam politik Amerika, dengan memerangi Islam secara pemikiran, aturan, metode, dan melawan gagasan kembalinya Islam sebagai sistem kehidupan. Menjajah negeri-negeri kaum muslimin, menyebarkan perselisihan, konflik, sektarianisme, dan memecah-belahnya. Hal ini adalah tahap pertama dari langkah-langkah Amerika. Selanjutnya adalah upaya menyingkirkan wilayah tersebut dari konflik internasional, dan menjadikannya wilayah yang loyal terhadap Amerika.

Kesimpulannya adalah bahwa Amerika bukanlah sebuah takdir, tetapi sebuah penjajahan. Mereka bukanlah sebuah model, tetapi sebuah petaka. Mereka bukanlah sebuah belas kasihan, melainkan sebuah bencana. Perpecahan meluas antara entitas partai dan spasialnya. Benih pemisahan dan keretakan masyarakat tumbuh di dalamnya. Kelemahan muncul di dalam dirinya, sehingga ia mulai berusaha mempertahankan posisinya tanpa maju.

Amerika telah sampai di tahap akhir menuju jurang, dan kesudahannya menjadi lebih buruk daripada negara-negara dan peradaban rusak yang pernah ada. Ini bukan sebagai terkaan terhadap hal gaib, melainkan pengakuan oleh sebagian pemikir dan politikusnya. Hancurnya Amerika akan segera terjadi di tangan negara Islam, dengan izin Allah. (AN/SR)

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 452, terbit pada Rabu, 1 Muharam 1445 H/ 19 Juli 2023 M

Klik di sini untuk mengakses sumber

 

Visits: 17

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram