Search
Close this search box.

Piala Dunia atau Darah yang Suci?

Selasa (29/10/2022), segera setelah syahidnya lima pemuda Palestina dan 20 orang lainnya luka-luka karena eskalasi baru entitas Yahudi di tepi laut barat, otoritas kementerian kesehatan Palestina mengumumkan syahidnya dua bersaudara, Zafir Rimawi (21) dan Jawad Rimawi (22) pagi itu di Desa Kafr Ein, sebelah utara Kota Ramallah.

Demikian pula syahidnya Raed Al-Na’asan (21) di Desa Al-Mughayyir setelah terjadinya sejumlah patroli tentara Yahudi yang menyerbu desa tersebut, syahidnya Mufid Ikhilil karena luka-lukanya, dan syahidnya seorang pemuda lainnya setelah menjalani operasi darurat di dekat Ramallah. Diumumkan pula lebih dari 20 lainnya luka-luka saat fajar hari itu selama bentrokan dengan pasukan penjajah di Kota Beit Ummar, sebelah utara Hebron.

Segera setelah kejahatan orang-orang Yahudi ini, Kantor Media Hizbut Tahrir Palestina dalam komentar pers yang diterbitkan di situs webnya menyebutkan bahwa: Ketika dunia, terutama rezim Arab, sibuk membicarakan Piala Dunia; sudah sampai mana?, siapa yang lolos?, sudah putaran ke berapa? Ketika media global hanya menjadi sejumlah analis olahraga atau hanya melaporkan opini masyarakat tentang pelaksanaan (Piala Dunia) dan siapa yang diharapkan menang.

Ketika tidak ada suara yang lebih keras dari suara komentator pertandingan, dan ketika orang-orang teralihkan perhatiannya di depan layar untuk menonton pertandingan. Sementara di tengah itu semua, darah suci ditumpahkan di Tanah Palestina dengan cara yang biadab. (Pertumpahan darah) terjadi berturut-turut di sepanjang Tepi Barat dan sekitarnya, dalam 24 jam korban meningkat menjadi lima orang yang mati syahid.

Tampaknya akhir-akhir ini entitas Yahudi semakin banyak menumpahkan darah rakyat Palestina, mengingat ketenangannya; karena apa yang terjadi di Palestina tidak lagi berdampak pada hubungannya dengan (pemimpin) negara-negara kaum muslimin.

Bahkan slogan-slogan yang digaungkan oleh sebagian pemimpin kaum muslimin—yang dapat memunculkan sentimen dan tekanan terhadap entitas Yahudi untuk menyurutkan eskalasi—seperti yang dilakukan Erdogan dan pemimpin lain terhadap eskalasi tersebut, malah menjadikan hubungan-hubungan tersebut (antara yahudi dan para pemimpin negeri kaum muslimin) sebagai sesuatu yang sakral dan tak tersentuh, sekalipun harus menumpahkan darah dan menodai kesucian.

Komentar berlanjut: Kejahatan-kejahatan ini benar-benar terjadi, akan tetapi otoritas Palestina, presiden, dan para pemimpinnya malah berpegang teguh pada koordinasi keamanan yang memalukan. Hal itu karena semua kekhawatiran dan ketakutan mereka berasal dari perubahan politik entitas Yahudi;  akankah Yahudi sudah tidak butuh lagi dengan layanan berharga yang mereka berikan?

Oleh karena itu, mereka terus memerhatikan hal tersebut dan menekankan pentingnya peran mereka secara praktis; dengan menyusun rencana-rencana untuk melenyapkan mujahidin dan unit-unit bersenjata, seperti yang terjadi di Nablus, Jenin, dan lainnya. Bahwa semua yang dibutuhkan otoritas palestina untuk mencegah prasangka apa pun terhadap keamanan entitas Yahudi adalah kepercayaan terus-menerus dari orang-orang Yahudi terhadap mereka, dan memastikan adanya atmosfer dukungan bagi mereka di kota-kota di Tepi Barat–Zona aman–, juga hak finansial yang memungkinkan mereka untuk menjalankan institusinya.

Komentar berakhir dengan ungkapan berikut: Sesungguhnya orang-orang Palestina tidak membutuhkan simpati dari mereka yang berada di Qatar, juga tidak membutuhkan pengibaran bendera yang sengaja dibuat oleh penjajah sebagai bentuk solidaritas atas mereka, juga tidak membutuhkan massa yang bersorak untuk mereka dari atas tribun, yang mereka butuhkan adalah tentara-tentara dalam jumlah besar untuk meningkatkan skala dan membebaskan tanah Palestina. Alih-alih para tentara itu hanya duduk di barak untuk menonton Piala Dunia dan mengikuti beritanya.

Adapun, pihak yang mampu menggerakkan tentara-tentara tersebut adalah umat itu sendiri. Yakni, ketika umat mau bergerak menumbangkan rezim pengkhianat, lalu bergabung bersama para tentaranya dalam pertempuran pembebasan Masjidilaqsa dan menyelamatkan rakyat Palestina dari mesin pembunuh dan penghancur. []

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 420, terbit pada Rabu, 13 Jumadilawal 1444 H/07 Desember  2022 M

Klik disini untuk mengakses sumber

Visits: 2

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram