Search
Close this search box.

Perang Lebanon Adalah Buah Provokasi Yahudi

Mengingat berlanjutnya pembantaian oleh entitas kriminal Yahudi terhadap Gaza dan rakyatnya, serta berlanjutnya ketegangan di front utara Palestina yang berbatasan dengan Lebanon Selatan, akhirnya pada Selasa, 16-1-2024 Yahudi mengatakan, “Pasukan khusus telah menyusup ke Lebanon Selatan dan menyingkirkan ranjau di desa Ayta Ash-Shab.” Padahal, Hizbullah sendiri membantah terjadinya penyusupan tersebut.

 

Diketahui bahwa telah terjadi perselisihan antara Yahudi di satu sisi, dan partai Iran serta beberapa faksi Palestina di Lebanon Selatan di sisi lain, khususnya Hamas dan Jihad. Perselisihan ini digambarkan dalam serangan roket yang dilakukan oleh partai dan faksi-faksi Palestina di wilayah militer perbatasan Yahudi. 

Yahudi pun membalas dengan cara yang sama, bahkan lebih parah. Mereka membunuh tokoh-tokoh terkemuka di partai dan faksi-faksi Palestina di Lebanon. Hal ini mendorong partai tersebut dalam eskalasi konflik dan menargetkan anggota tentara Yahudi.

Mengenai peristiwa penyangkalan dan penegasan kabar pasukan darat Yahudi yang berhasil melewati perbatasan Lebanon, hal tersebut bukanlah suatu prioritas untuk dibahas. Yang terpenting adalah sikap politik terkait pemberitaan tersebut. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Yahudi dan disangkal oleh partai Iran di Lebanon.

Entitas Yahudi dengan jelas menyatakan bahwa mereka sedang berusaha memperluas medan perang dengan beberapa tujuan. Pertama, untuk keluar dari rawa Gaza di mana mereka tenggelam tanpa menghasilkan apa pun. 

Kedua, untuk mencoba mengalihkan tekanan Solusi Dua Negara terhadap mereka yang direncanakan oleh Amerika. Sehingga, topiknya akan beralih pada perundingan perang yang lebih luas. Tidak terbatas pada permasalahan yang berhubungan dengan Palestina dan Solusi Dua Negara. Terutama karena entitas Yahudi menyadari bahwa Barat pada umumnya tidak akan membiarkan mereka mengakhiri perang besar ini jika Solusi Dua Negara itu terjadi, karena entitas Yahudi adalah anak kandung yang dilahirkan dari rahim Eropa dan anak tiri Amerika yang terdistorsi.

Namun, jelaslah bahwa Amerika bersiap-siap untuk melancarkan perang besar-besaran dengan Lebanon. Bukan demi mata dan darah kaum muslimin di Lebanon. Akan tetapi, karena beberapa alasan. Pertama, perang tersebut merupakan bahaya besar terhadap situasi politik di Lebanon. Karena hal ini mungkin akan membalikkan keadaan Amerika pada keberhasilan orang-orang yang ikhlas membangun negara yang dipimpin oleh Hizbut Tahrir dalam mengambil alih kekuasaan. Terutama ada perasaan mendidih pada pasukan dan umat.

Kedua, adanya bahaya terhadap proyek ekonomi Amerika di kawasan ini yang mempunyai masa depan cerah dalam produksi gas dan minyak. Namun, hal yang lebih dikhawatirkan Amerika adalah dampaknya dapat menghancurkan Yahudi, mengakhiri keberadaannya, dan menyerang salah satu alat militer terpenting Barat di dunia Islam.

Sebaliknya, Amerika menunjukkan dukungan militernya terhadap orang-orang Yahudi, dan dukungannya terhadap anak tirinya—meskipun ada perselisihan politik antara pemerintahan Biden dan Netanyahu—dengan tujuan untuk menarik sumbu perang di sekitar Palestina. 

Mereka menciptakan pertempuran tiruan yang jauh dari sekitar Palestina, yaitu di Lebanon, Mesir, dan Yordania serta menyerang pangkalan Houthi di Yaman. Inggris yang patuh melakukan serangan ini namun tidak berhasil menyeret Prancis. Amerika juga mengumumkan tujuan militer dan operasinya beberapa minggu yang lalu dengan dalih mengamankan jalur pelayaran internasional, yang mana realitanya Amerika tidak terlalu dirugikan, namun justru merugikan Eropa. Pengumuman Amerika ini memungkinkan Houthi untuk mengamankan posisi mereka di wilayah tersebut dan menarik mundur sampai batas waktu tertentu.

Tak lama kemudian, Houthi melakukan serangan dengan sekali pukulan hingga Inggris mengumumkan penghentian partisipasi mereka. Kemudian Amerika mengubah strateginya menjadi strategi defensif dalam menghadapi Houthi. Serangan yang ada terus berlanjut lagi sesuai dengan kemaslahatan Amerika dan juga rekannya, Inggris, seperti biasanya. 

Karena seandainya Amerika ingin memberikan bantuan khusus kepada Yahudi dalam perang ini, maka partai Iran akan ikut terkena serangan. Inilah yang secara alami tidak diinginkan oleh seorang muslim yang sadar akan keadaan kaum muslimin lainnya. Serangan ini juga akan memperluas front dengan Lebanon. Yang mana hal ini jauh lebih kejam, lebih keras, dan lebih berbahaya bagi entitas Yahudi dibandingkan Yaman.

Hal ini merupakan indikasi bahwa tidak ada keinginan—setidaknya saat ini—dari pihak Amerika untuk memperluas front ke Lebanon atau wilayah sekitar Palestina. Sebaliknya, Amerika berupaya untuk menyelesaikan masalah secara politik dengan Lebanon, begitupula Netanyahu dan entitasnya melanjutkan tindakan kriminal mereka di Palestina. Bersamaan dengan usaha Amerika agar isu-isu tersebut tetap hangat, diperlukan juga pergolakan politik untuk terus berlangsung.

Sementara, tidak adanya bukti-bukti yang lebih jelas mengenai keinginan Amerika selain dari pernyataan Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, mengenai hubungangan kedamaian di Lebanon dan tercetusnya solusi politik di sekitar perbatasan darat dengan gencatan senjata di Gaza, yang menunjukkan keinginan Amerika.

Itu dari satu sisi. Di sisi lain, peran partai Iran yang cepat merespon untuk menolak operasi penyerangan darat menunjukkan ketidakinginan partai tersebut untuk menampakkan bahwa keadaan semakin memburuk karena adanya serangan dari Yahudi terhadap Kedaulatan Lebanon. Di mana pasukan darat masuk dan keluar dengan selamat, ini menunjukkan peningkatan kelemahan posisi partai yang terlihat ketika tidak adanya eskalasi dan perlindungan terhadap aturan keterlibatan (rules of engagement) yang telah berulang kali dilanggar oleh orang-orang Yahudi melalui pembunuhan di Pedalaman Lebanon dan para partisian.

Di Pedalaman Lebanon, telah terjadi pembunuhan Syekh Saleh Al-Arour yang berada di dalam kubu partai di pinggiran Selatan. Partisian yang dibunuh adalah para pemimpin partai terkemuka, seperti Husein Yazbek yang dikenal juga sebagai penghubung wilayah Naqoura; Wissam Al-Tawil yang tinggal di desa Khirbet Selm, dikatakan bahwa ia penanggung jawab atas drone tempur; dan Insinyur Ali Muhammad Hadraj yang kematiannya mendapat ucapan duka cita dari Brigade Al-Qassam, hal yang tidak terjadi dengan pemimpin lainnya. Mengklaim sebagaimana dinyatakan dalam pernyataan duka cita Al-Qassam, “Peran dan kontribusinya dalam mendukung perlawanan Palestina di Jalur Gaza.”

Kemudian, masuknya partai tersebut ke dalam perang semacam ini berkaitan kuat dengan arahan, tuntutan, dan keinginan Iran yang jelas-jelas tidak akan memerangi Yahudi untuk melenyapkannya, seperti klaim mereka selama bertahun-tahun. Pihak berwenang di sana mulai memberikan tamparan, pukulan, dan tendangan langsung kepada Iran dengan membunuh para pemimpin tertinggi. Mereka menganggap itu adalah “rudal pada waktu dan tempat yang tepat”.

Sebaliknya, dilaporkan oleh saluran berita Iran AlAlam, bahwa Pemimpin Revolusi, Ali Khamenei mengatakan, “Pandangan Iran bukanlah membuang orang-orang Yahudi ke laut, melainkan untuk mengadakan referendum bagi seluruh penduduk asli Palestina. Muslim, Kristen, dan Yahudi. Di mana penentuan nasib mereka akan tercapai” dan juga, “Membentuk dana internasional dengan bantuan anggota komunitas internasional untuk mempromosikan dan mendukung rencana ini!” 

Tidak mengherankan pernyataan ini dapat keluar dari negara yang mengorbit pada Amerika dan menjadikan dirinya polisi di Irak, Yaman, Suriah, Lebanon, dan Teluk.

Oleh karena itu, setidaknya untuk saat ini, Amerika tidak ingin hal ini menjadi perang berskala besar. Begitupula negara yang berada di bawah orbitnya, yaitu Iran dan partai Iran di Lebanon juga tidak menginginkannya.  Mereka ingin membatasi provokasi dan bentrokan yang menggunakan kartu dan bukan senjata pada tempat yang tepat.  Namun mereka seharusnya menyadari firman Allah swt, “Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Tetapi orang-orang yang kafir itu, justru merekalah yang terkena tipu daya.” (QS. At-Tur: 42) [RY/AE]

Ditulis oleh: Ir. Majdi Ali

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 480, terbit pada Rabu, 19 Rajab 1445 H/31 Januari 2024 M

Klik di sini untuk mengakses sumber

Visits: 13

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram