Search
Close this search box.

Perang Gaza dan Dampaknya Terhadap Amerika Serikat (Episode Satu)

Aksi perang di Gaza melukiskan gambaran kebrutalan yang belum pernah disaksikan dalam sejarah umat manusia kecuali pada masa lampau, seperti Perang Salib dan Perang Mongol¹, perang dahsyat yang terjadi pada awal dan pertengahan abad yang lalu (yaitu Perang Dunia I dan II), Perang Bosnia-Herzegovina, Perang Irak, Perang Afganistan, dan perang dahsyat lainnya yang telah disaksikan dunia, baik dahulu maupun masa kini.

Sebelum kita berbicara tentang posisi Amerika Serikat beserta dampaknya terhadap reputasi internasional dan regional, nilai moral, serta prinsip-prinsip secara umum dalam Perang Gaza, kita harus mengingat dua fakta penting mengenai hal ini.

Pertama, kuasi-ekslusivitas dan hegemoni Amerika dalam dunia politik hari ini, serta tidak adanya pesaing atau rekan kuat yang dapat mempengaruhi hegemoni dan kekuasaan Amerika. 

Kedua, upaya putus asa Amerika untuk mempertahankan posisinya dalam diplomasi dan perang militer, serta menjaga dominasinya atas negara-negara dunia secara politik, ekonomi, dan militer dengan menggunakan metode kotor dan rendahan lainnya. Hal itu terus menerus terjadi di dunia sejak tahun 1990 sampai tahun 2023, di seluruh peperangan yang dilakukan Amerika terhadap negara-negara lain. Seperti perang terhadap Irak di tahun 1991, yang kemudian dilanjutkan dengan memerangi Afganistan dan Irak pada tahun 2003.

Eksklusivitas dan kontrol ekonomi melalui dolar merupakan upaya dominasi global Amerika terhadap mata uang negara-negara lain, dan kendalinya terhadap lembaga-lembaga internasional yang efektif, seperti IMF dan Bank Dunia. Begitu pula dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Dewan Keamanan PBB. Tidak ada pesaing efektif yang benar-benar mampu mempengaruhi tindakan Amerika dan keberhasilannya dalam sebagian besar tingkahnya. 

Bahkan negara besar yang berpengaruh sekalipun, tidak mampu menghentikan arogansi, tirani, kesombongan, dan pesta pora internasional. Hingga kini, Amerikalah yang mengendalikan keputusan politik di negara-negara besar, dan sistem internasional seperti Uni Eropa. Hal ini terjadi sebagaimana ketika Eropa terseret Amerika pada Perang Ukraina, walaupun kubu Amerikalah yang paling dirugikan akibat perang ini.

Semua ini menunjukan bahwasanya hari ini Amerika mengendalikan dunia dengan tongkat besarnya. Mereka mengontrol politik, ekonomi, serta nasib masyarakat dalam keadaan perang maupun damai. Satu sisi, hal tersebut dilakukan demi melayani kepentingan kolonialnya, dan demi keberlangsungan hegemoninya. Namun, di sisi lain jelas sekali bahwa perang destruktif yang terjadi di Gaza yang mulia, citra brutalnya, tujuan, dan kebijakan politiknya berkaitan langsung dengan Amerika. 

Lagi-lagi semua itu demi keberlangsungan hegemoni dan kolonial Amerika, dan agar dunia selalu menjadi lahan pertanian yang bisa dikontrol sesuka hati mereka. Tidak ada bukti yang lebih kuat dari fakta bahwa presiden Amerika dan seluruh kader politiknya mengawasi kebijakan politik Yahudi, serta mendukung Yahudi secara finansial, moral, media, dan pada seluruh bidang. Juga fakta bahwa Amerika menundukkan negara-negara anteknya dengan melarang mereka untuk membantu penduduk Gaza, walaupun dengan air minum atau sepotong roti kecuali dengan izin Amerika dan Yahudi. Lalu berkoordinasi melalui lembaga-lembaga internasional dan regional setelah mendapat izin. Amerika juga mencegah dikeluarkannya resolusi internasional pada Dewan Keamanan untuk menghentikan perang, atau menghukum Yahudi atas kejahatan yang mereka lakukan.

Di awal perang pada Selasa (10-7-2023), Presiden AS, Joe Biden menyatakan, “Dukungan negaranya untuk Israel sangatlah kuat seperti batu, dan tidak akan tergoyahkan setelah serangan yang dilancarkan Hamas. Saat ini rakyat Israel sedang diserang oleh sebuah organisasi teroris, yaitu Hamas. Di saat yang tragis ini, saya ingin mengatakan kepada Hamas, dunia, dan para teroris di mana pun, bahwa Amerika Serikat berdiri bersama Israel. Kami tidak akan pernah mundur mendukung mereka.” 

Adapun pada Jumat (3-11-2023), Menteri Luar Negerinya, Blinken menyatakan, “Penting sekali membantu tentara Israel untuk mengalahkan gerakan perlawanan Islam oleh Hamas di Gaza, dengan menekankan hak Israel agar mempertahankan diri.” 

Pada Senin (23-10-2023), Penasehat Keamanan Nasional AS, John Kirby mengatakan, “Bantuan keamanan Amerika untuk Israel terus mengalir setiap hari. Ini menunjukkan bahwa Angkatan Laut Amerika terus menguatkan penyebarannya di wilayah tersebut guna mengirimkan sinyal pencegahan yang kuat kepada siapa pun untuk memperluas konflik,” dan menambahkan, “Kami saat ini fokus untuk memastikan bahwa Israel memiliki apa yang dibutuhkan untuk melanjutkan operasinya melawan Hamas dan teroris, yang melakukan kekejaman pada tanggal 7 Oktober, termasuk memberikan bantuan keamanan.”

Sesungguhnya, apa yang terjadi di Gaza yang mulia berupa pembunuhan, penghancuran, perusakan, pemindahan, pengusiran, dan pembunuhan pasien di rumah sakit—termasuk bayi dan tenaga medis—tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, karena ada beberapa hal yang belum terungkap dan dunia belum melihatnya.

Sebagian dari mereka menyeragamkannya dengan mengatakan, “Itu seperti bom nuklir yang dijatuhkan di Gaza!” Padahal, yang paling parah dari itu semua adalah isolasi mencekik dari segala penjuru, hingga pada titik perampasan hak asasi manusia yang paling mendasar, seperti makanan, minuman, tempat tinggal, dan obat-obatan. Ini adalah tiga kebutuhan dasar yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan mempertahankan diri. Tidak peduli seberapa banyak kami menjelaskan dan berbicara, tidak akan cukup menggambarkannya dengan adil. Karena fakta-fakta masih terus terungkap setiap jamnya, tentang sejauh mana kejahatan mereka terhadap kemanusiaan ini.

Sesungguhnya tanggung jawab Amerika secara langsung terhadap perang ini bukan lagi suatu hal yang gaib bagi dunia, baik yang jauh maupun yang dekat. Peran Amerika dalam perang sangat kentara, bahkan bagi internalnya sendiri dan internal entitas Yahudi, melalui sebagian tokoh politik, partai, dan organisasi masyarakat sipil di dalamnya.

Cornel West, calon presiden independen Amerika, menyatakan secara terbuka dalam sebuah acara televisi, bahwa sikap pemerintah Amerika yang mendukung entitas Israel dan standar ganda yang dilakukan oleh media Amerika terhadap korban kejahatan perang adalah hal yang tidak beradab.

Pada Kamis (9-11-2023), majalah Amerika, Politico, mengungkapkan bahwa pegawai kementerian luar negeri Amerika telah mengarahkan kritik tajam terhadap cara pemerintahan Biden dalam menangani perang yang dilancarkan oleh Israel di Gaza. Dalam memorandum protes, pegawai tersebut menuntut bahwa kepemimpinan Biden seharusnya dapat mengkritik Israel secara terbuka dan di dalam entitas Yahudi. 

Hingga pada Senin (13-11-2023), Times of Israel menerbitkan sebuah artikel yang ditulis oleh Yossi Klein Halevi, dengan mengutip apa yang dialami Yahudi di tangan Nazi yang dikenal dengan istilah Holocaust. Ia mengatakan, “Israel menderita karena terpisahnya moral dari komunitas internasional saat ia mencoba mengatasi cobaan berat pada 7 Oktober lalu, ‘ia menghadapi gelombang anti-semitisme’ mengembalikan ketakutan yang membawa guncangan isolasi ke tempat kejadian secara paksa.” 

Bersambung. 

Oleh: Prof. Hamad Tabib, Yerusalem

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 471, terbit pada Rabu, 15 Jumadilawal 1445/29 November 2023

Klik di sini untuk mengakses sumber 


¹ Perlawanan negeri-negeri Timur Islam dan Andalusia terhadap tindakan pembakaran, penghancuran, pembunuhan, dan penyiksaan yang dilakukan oleh Tentara Salib dan Mongol pada masa itu.

 

Visits: 59

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram