Oleh: Prof. Abu Al-Mu’tazz Billah Al-Asyqar
Baru-baru ini, setelah pemilu di kalangan entitas Yahudi (Israel), juga sebelumnya, dikabarkan bahwa kemenangan ekstrem kanan pimpinan Netanyahu akan menghancurkan seluruh proses perdamaian, serta menjadi bencana bagi negara-negara tetangga dan otoritas Palestina. Seolah-olah pendahulunya—Lapid atau Bennett—telah memenangkan kepemimpinan kiri dan membentuk pemerintahan, mereka akan memberikan apa pun kepada orang-orang Palestina. Di hadapan kebodohan politik rezim dan pihak-pihak di belakang mereka, kami menegaskan sejumlah konsep berikut ini.
Pertama: Al-Qur’an telah mengecap orang-orang Yahudi dengan cap yang lebih dekat dengan jejak kritik. Al-Qur’an juga menyerang mereka dengan sifat-sifat yang tidak dapat mereka hindari atau singkirkan. Dari situ, kehinaan akan tetap ada pada mereka, bahkan jika mereka bangkit sekali atau dua kali. Memang telah muncul kekuatan dan tanda-tanda dominasi pada mereka, tetapi hal itu tidak akan terjadi, kecuali pada situasi darurat yang akan segera hilang dari mereka.
Demikian pula, Allah Taala pun mengecap mereka dengan sifat pelit dan kikir. Allah Taala berfirman tentang mereka, “Ataukah mereka mempunyai bagian dari kerajaan (kekuasaan), meskipun mereka tidak akan memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia.” (TQS An-Nisa: 53).
Oleh karenanya, Anda dapat melihat mereka bernegosiasi dengan musuh mereka dan tidak ingin memberikan apa pun dari tanah tersebut, meski satu inci sekali pun.
Kedua: Sesungguhnya pada pemilu terakhir dan pemunculan fundamentalisme agama ke kancah politik—yang mereka sebut “ekstrem kanan” (Partai Likud dan kelompok agama ekstremis)—bersaksi bahwa orang-orang Yahudi akan senantiasa dalam keadaan memusuhi kaum muslimin, mulai dari Bani Khaibar, Bani Qainuqa, Bani Quraizhah, hingga Partai Likud, Buruh, dan Meretz. Pada entitas Yahudi, baik moderat maupun ekstremis, kiri maupun kanan, mereka semua adalah penjahat yang bersaing untuk membunuh umat Islam. Mereka menganggap semua itu adalah kartu pemilihan suara. Tidak ada bukti atas hal itu bahwa Perdana Menteri Lapid (dari ekstrem kiri moderat), tepat sebelum pemilu terakhir, telah menembus darah rakyat kita di Nablus, Jenin, dan lainnya. Puluhan dan ratusan orang telah terbunuh dan tertangkap, yang mungkin saja mereka tidak termasuk ekstrem kanan yang dipimpin oleh Partai Likud yang dapat membentuk pemerintahan.
Ketiga: Orang-orang Yahudi, sampai hari ini, adalah kaum lemah di Madinah, tidak memiliki perjanjian ataupun perlindungan. Orang-orang Yahudi Bani Quraizhah melanggar perjanjian mereka dengan Nabi saw. dalam Perang Ahzab setelah mereka berjanji dan setuju untuk tidak mendukung kaum musyrik, setelah mereka mengira bahwa kemenangan akan menjadi [milik] sekutu Quraisy.
Keempat: Konspirasi terhadap isu Palestina dimulai pada akhir abad ke-19 dengan munculnya gerakan Zionis yang berkoordinasi dengan penguasa zalim yang melibatkan semua negara di dunia. Setelah itu, Rusia, Inggris, dan Amerika membela, mendukung, merangkul, mempersenjatai, dan membantu sekelompok antek dalam hal itu. Perencanaan dilakukan sejak awal dan Inggris sebagai otak di belakangnya. Kemudian, konspirasi memuncak pada Perjanjian Sykes-Picot dan Deklarasi Balfour, dan itu tidak akan berhasil jika bukan karena segelintir antek yang membantunya untuk mendapatkan keinginan mereka. Jadilah, sebagian besar tanah Palestina diserahkan kepada orang-orang Yahudi.
Kelima: Pendirian Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan gerakan Fatah pada pertengahan 1960-an yang muncul sebagai kelompok internasional untuk menghabisi apa yang tersisa dari tanah Palestina. Kemudian, pada pertengahan 1970-an, muncul pengakuan dari PLO sebagai perwakilan tunggal yang sah dari bangsa Palestina dan juru bicaranya, hingga apabila kemudian diserahkan kepada orang-orang Yahudi, akan dikatakan bahwa merekalah yang melepaskan Palestina dan mereka adalah masalah bagi penduduk aslinya, meskipun mereka yang mendirikannya menyadari bahwa Palestina bukanlah dagangan atau barang sewaan.
Keenam: Konspirasi masih berlangsung untuk melawan Palestina dan rakyatnya. Rekonsiliasi beberapa minggu lalu di Aljazair antara Hamas dan Fatah, juga embusan spirit di dalam PLO setelah hampir mati, adalah buktinya.
Ketujuh: Entitas Yahudi merasa tidak memiliki kesamaan dengan negeri-negeri muslim. Jadi, mereka bertindak seolah-olah sebagai wasiat tunggal sejak Ben-Gurion, Abba Eban, dan Rothschild. Mereka juga memutuskan bahwa tidak wajib menyerahkan sejengkal pun tanah yang mereka rampas. Mereka tidak melihat ada ancaman terhadap eksistensi mereka ataupun berpikir untuk melawan mereka. Ini karena rezim di negeri-negeri muslim bekerja untuk membantu mereka bertahan hidup.
Kedelapan: Kebodohan sistematis yang membuat sebagian orang takut akan kemenangan pihak kanan dan mendukung pihak kiri adalah ketidaktahuan tentang politik dan sengaja membelokkan arah kompas dari jalan yang benar. Orang-orang Yahudi menguasai permainan pemilu dengan sangat cerdas. Setiap kali salah satu dari mereka membuat perjanjian, mereka akan menolaknya dari belakang dengan dalih pemerintahan yang mereka bentuk adalah pemerintahan koalisi berbagai partai, kelompok, dan blok. Jadi, Anda dapat melihat setiap kali mereka ditekan, mereka akan membubarkan pemerintahan dan menyerukan pemilihan baru, sebagaimana pemerintahan terakhir dari entitas mereka yang akan dibentuk oleh Netanyahu.
Penulis sayap kanan, jurnalis, dan partai-partai mulai bersaing dalam narasi yang menyerukan untuk mengusir, membunuh, dan melecehkan orang-orang Palestina, hingga di wilayah 48. Beginilah calon menteri di Pemerintahan Netanyahu, dibincangkan dari mulut ke mulut bahwa Ben-Gurion (Perdana Menteri pertama mereka) telah membuat kesalahan ketika ia menahan orang-orang Palestina, bahkan menolak istrinya melahirkan di samping seorang wanita Palestina di rumah sakit yang sama. Juga Goldstein, si pelaku pembantaian Hebron pada awal 1990-an, seperti inilah mereka dan panutan mereka.
Kesembilan: Masalah Palestina, Irak, Yaman, Afganistan, dan seluruh negeri muslim, tidaklah memiliki solusi, kecuali kaum muslimin kembali menjadi penguasa dunia, membebaskan seluruh tanah yang musuh rampas, dan menyatukan negeri-negeri muslim di bawah negara besar, yaitu Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan metode kenabian.
Khilafah akan memimpin bala tentara (rahimakumullah) untuk mengangkat beban dan belenggu orang-orang yang diciptakan oleh sistem kapitalisme sehingga rahmat akan kembali menyebar ke seluruh bumi. Mereka melihat yang demikian itu jauh, tetapi sesungguhnya kami melihat (kemenangan) tersebut telah dekat.[]
Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 419, terbit pada Rabu, 06 Jumadilawal 1444 H/30 November 2022 M
Klik disini untuk mengakses sumber
Visits: 2