Search
Close this search box.

Mengapa Amerika Mensponsori Jenderal Militer di Sudan?

Oleh: Prof. Muhammad Jami’a (Abu Ayman)  Asisten Juru Bicara Hizbut Tahrir Sudan

Setiap orang yang memiliki akal dan memantau peristiwa dengan cermat akan mengetahui dengan pasti bahwa Amerika adalah negara penjajah yang berperang serta berjuang untuk mencapai kepentingannya di dunia. Negara penjajah mana pun tidak akan pernah bisa menerapkan politiknya dengan baik, kecuali jika negara tersebut menemukan seseorang dari negara jajahannya yang akan membantunya untuk merealisasikan agenda-agendanya dan menjaga kepentingannya; yakni seseorang yang bisa menjadi agen negara penjajah terutama ketika mengambil alih kekuasaan.

Agen-agen yang paling berbahaya adalah mereka yang bersembunyi di balik lembaga resmi pemerintah, yakni mereka yang mendapatkan kehormatan serta kepercayaan dan penghargaan dari masyarakat seperti halnya tentara di negara-negara di dunia.

Amerika dalam perjuangan dan penjajahan kunonya selalu berusaha menyusup ke negara-negara kaum muslimin melalui kudeta militer, serta mendapatkan loyalitas dari sebagian jenderal melalui harta kekayaan dan godaan jabatan, baik jenderal yang telah dilatih di luar negeri ataupun yang dibuat oleh kedutaan AS di negara tertentu.

Negara-negara barat penjajah telah menyadari bahwa negeri-negeri kaum muslimin tidak boleh diberikan hak untuk memilih; siapa yang akan memerintah mereka atau sistem apa yang akan mereka terapkan dalam hidup mereka. Karena jika tidak, mereka pasti akan memilih Islam. Oleh karena itu, harus dibentuk para penguasa yang tiran, kejam, dan diktator yang memerintah rakyatnya dengan undang-undang yang kejam serta kekuatan militer, yakni para penguasa yang menjalankan perpolitikan penjajah dengan besi dan api.

Pada dasarnya, mereka juga menyadari bahwa pemikiran mereka yang gagal—baik secara logika ataupun hukum—yakni demokrasi sekuler dan kebebasan mutlak itu bertentangan dengan keyakinan (akidah) rakyat negara jajahan dan berbenturan dengan aturan serta pemikiran Islam. Sehingga, harus ada penguasa yang dapat menjamin bahwa negara-negara jajahan ini tidak akan keluar dari kotak penjajah dan jebakannya.

Selain itu, mereka juga menyadari bahwa tidak ada yang lebih baik daripada penguasa militer yang ketika diberikan instruksi dia menerapkannya, sementara dia dan rakyatnya hanya memahami bahasa kekuatan dan senjata. Sehingga dia mengira bahwa dia sedang berperang melawan rakyatnya, alih-alih berperang melawan musuh mereka, yakni negara-negara yang menduduki dan menjajah, merusak dan tidak memberikan perbaikan!

Di Sudan, Amerika berhasil merebut kekuasaan dari warga sipil yang tunduk kepada Inggris sebagai pemilik sejarah hitam di Sudan karena membentuk agen dan menyebarkan perselisihan kesukuan dan rasisme, serta pemilik gagasan dialog yang berbahaya dan hukum wilayah yang tertutup dll.

Adapun agen militer Amerika lebih berani dalam melaksanakan kepentingannya, seperti halnya Gaafar Nimeiry yang memasukkan negara itu (Sudan) ke dalam IMF dan memindahkan Yahudi Falasha (Ethiopia) ke entitas Yahudi. Selain itu, ia juga melegitimasi masalah pemisahan Sudan melalui Perjanjian Addis Ababa dan seterusnya.

Adapun Umar Al-basyir memecah Sudan dengan perselisihan kesukuan hingga terjadi pemisahan Sudan bagian selatan. Selain menjerumuskan negara dalam hutang riba pada institusi penjajah para agen juga munafik dalam menerapkan hukum syariah. Mereka menyimpangkan citra syariah di mata generasi yang menyaksikan pemerintahannya, menghancurkan pendidikan, mengendalikan ekonomi dengan menjarah uang publik dll.

Adapun, Abdul Fattah Al-Burhan adalah teman dari Jeffrey Fleetman, utusan Amerika yang merekayasa kudeta 25 Oktober. Dimana Al-Burhan mengadakan pertemuan dengan Jeffrey beberapa kali pada malam kudeta, bersamaan dengan kunjungan permanen Molly Phee—Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk urusan Afrika—kepada Al-Burhan. Semua yang Molly Phee diktekan akan menjadi pidato Al-Burhan setelah pertemuan tersebut.

Selain itu, Amerika terus menguatkan pemerintahan Al-Burhan lebih dari itu. Dia menunjuk John Godfrey—setelah absen selama 25 tahun—menjadi duta besar untuk Sudan, terlepas dari kekacauan yang melanda negara itu. Amerika juga mengizinkan Al-Burhan untuk berpidato di PBB, membunuh para demonstran, dan membubarkan aksi duduk dll.

Saat ini Duta Besar AS seakan-akan menjadi pemimpin de facto bagi Sudan. Dia mengelilingi Sudan dan bertemu dengan siapapun yang ia inginkan dari kalangan orang-orang resmi yang berpengaruh. Para gubernur, tokoh masyarakat, syekh aliran sufi, karyawan, wanita, anak-anak, orang-orang di kamp pengungsian, dan imigran. Dalam rangka mengatur, memberi keputusan, memberi kabar gembira, dan mengancam.

Sementara itu Al-Burhan melihat dan mendengar hal tersebut tanpa mengambil posisi apapun sebagai penguasa negara! Sehingga menjadi jelas bagi publik bahwa apa yang dilakukan duta besar AS telah melampaui misi diplomatiknya, di mana pada dasarnya gedung kedutaan tidak boleh dilampaui untuk ikut campur dalam urusan pemerintahan dan politik!

Situasi yang dialami negara kita ini adalah situasi yang tidak normal. Karena situasi yang normal adalah ketika kita memiliki kemuliaan dan kedaulatan di tanah kita, serta negara yang menerapkan keyakinan kita sebagai muslim; yang memandang masalah menurut keyakinan kita, dan mencegah kafir penjajah untuk mengendalikan hidup kita atau menjadikan anak-anak kita agen yang merealisasikan tujuan-tujuannya.

Sesungguhnya apa yang terjadi di Sudan saat ini; dalam hal kekacauan politik dan kekosongan militer (keamanan) dan sejenisnya hanya bisa dihentikan oleh Khilafah Rasyidah kedua yang sesuai dengan metode kenabian. Maka haruslah bagi pemilik kekuatan dan kekuasaan dari para jenderal militer untuk bertakwa pada Allah Swt., memandang rendah (menahan diri) dari jatuh ke dalam nafsu harta dan kehormatan, dan mencari keridhaan Allah. Sehingga mereka akan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang berjuang menegakkan Khilafah untuk melaksanakan agama serta menegakkan hukum dan peraturannya.

Demi Allah dan demi kemuliaan dunia dan akhirat, hendaklah mereka menjadi penolong seperti pemimpin kaum Anshar yang mulia Saad bin Mu’adz, yang mengguncang singgasana Allah Swt. tatkala kematiannya; sebagai kehormatan baginya dan karena pengorbanannya yang besar dalam menolong Islam dan umat Islam. []

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 421, terbit pada Rabu, 20 Jumadilawal 1444 H/14 Desember 2022 M

Klik di sini untuk mengakses sumber

Visits: 1

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram