Search
Close this search box.

Kapan Rezim Kriminal Syam Runtuh?

Oleh: Prof. Ahmad Haj Muhammad

Berbagai peristiwa datang silih berganti; begitu juga berbagai kabar yang beredar, sedang potret kehidupan pejuang revolusi Syam masih sama dan tidak berubah. Hal ini karena Amerika mencoba untuk mengulur waktu, dan memanjangkan umur antek juga rezimnya di Suriah. Ia berharap agar semua berjalan sesuai dengan apa yang ia rancang di konvensi Jenewa dan resolusi PBB nomor 2254. Di mana Amerika menggunakan banyak cara otor, yang sebagiannya dapat terlihat pada peristiwa baru-baru ini, di antaranya adalah:

  1. Menghambat usaha para pejuang revolusi, seperti membangun pos-pos pengamatan militer, menerapkan patroli gabungan Rusia-Turki, dan menyulut api perang dari waktu ke waktu;
  2. Melindungi rezim kriminal dari serangan para pejuang yang ikhlas, dan membunuh siapa saja yang menolak konspirasi rezim Turki beserta antek-anteknya;
  3. Membatasi mata pencaharian rakyat; serta
  4. Upaya membuka pos perbatasan sebagai langkah praktis untuk menerima perdamaian.

Fakta peristiwa ini bukanlah hal yang baru. Bahkan api konflik masih terus menyala dan bergejolak. Seperti halnya para pejuang revolusi yang terus bergerak menuju tujuannya untuk menggulingkan rezim, begitu pula Amerika yang tidak mampu untuk membelokkan tujuan revolusi ini. Banyak pernyataan Amerika—yang ditujukan untuk kepentingan anteknya—yang menunjukkan ketidakmampuannya untuk memberikan solusi terhadap revolusi tersebut. Buktinya adalah pernyataan yang disampaikan oleh utusan khusus PBB untuk SuriahGeir Pedersen beberapa waktu yang lalu, “Solusi politik yang sempurna untuk Suriah tidak akan segera terjadi.”

Terdapat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh banyak orang, seperti “Kapan revolusi Syam kembali mendapatkan hak keputusan? Kapan anak-anak kita dapat menghidupkan kembali komitmen mereka dengan pencipta; melepaskan diri dari ikatan Amerika, rezim Turki yang berkonspirasi, serta antek-anteknya sehingga makar yang dibuat akan berbalik ke dada-dada mereka?”

Adapun menggantungkan urusan politik kepada Amerika; berada di kubu Turki dan masyarakat internasional, semua itu merupakan sumber masalah dan malapetaka. Kesalahan terbesar adalah menggantungkan tujuan dan revolusi kita kepada pihak yang lain.

Bahkan merupakan sebuah kelemahan ketika seseorang menunggu takdir yang akan mengubah keadaan; menunggu Imam Mahdi untuk menegakkan Islam; serta menunggu faksi yang akan menggulingkan rezim. Pemikiran yang lemah inilah yang akan menambah sifat buruk dan tidak bermoral dari masyarakat internasional.

Seharusnya kita bertanya, “Siapa yang akan mengibarkan panji kebenaran? Siapa yang percaya nasihat kami dari awal revolusi sampai sekarang? Siapa yang memiliki pendirian yang teguh dan konsisten—yakni tidak berubah dan tidak berganti—, sehingga kita dapat berjalan bersamanya untuk menghancurkan proyek-proyek kekafiran, kemudian membangun proyek besar untuk Islam?”

Semua tadi adalah pertanyaan yang tepat, karena Rasulullah saw. mengajari kita untuk bersegera dan melarang kita untuk menunggu, “Bersegeralah kalian untuk mengerjakan amal sebelum datang tujuh perkara. Apakah kalian menanti kefakiran yang dapat melupakan; kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan; sakit yang dapat merusak; tua renta yang melemahkan; dan kematian yang mengakhiri segalanya? Apakah kalian menunggu datangnya dajal, sedangkan ia adalah seburuk-buruk sesuatu yang ditunggu? Atau bahkan kalian menunggu datangnya hari Kiamat, sedangkan Kiamat adalah sesuatu yang amat berat dan amat menakutkan?” (HR Imam Tirmidzi).

Bersegera menuju kebaikan merupakan sifat seorang mukmin, sedangkan sifat lemah dan penantian (menunggu tanpa usaha) itu berkaitan erat dengan keputusasaan. Allah Swt. berfirman, “Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf:87).

Rasulullah saw. telah bersegera untuk mengubah Jazirah Arab dari kekufuran menjadi Islam; Abu Bakar Ash-Shiddiq bersegera untuk menjaga warisan Nabi (risalah dan Daulah); juga Umar bin Khattab—yang dijuluki Al-Faruq—berhasil meruntuhkan dua imperium terbesar, yaitu Persia dan Romawi. Begitupun Salahuddin Al-Ayyubi yang membebaskan Masjidilaqsa; Abu Ayyub Al-Anshari yang bersegera untuk perang, lalu ia syahid di tembok Konstantinopel; serta Muhammad Al-Fatih yang bergegas untuk menaklukkan Konstantinopel. Sedangkan saat ini, penduduk Syam bersegera untuk mengguncang singgasana tiran melalui revolusi.

Saat ini, adakah yang bersegera untuk membebaskan para tahanan dan tawanan? Siapa yang bersegera untuk menggulingkan rezim kriminal dan mempertahankan perjuangan ini? Siapa yang bersegera untuk memperbaiki jalan revolusi; mengembalikan hak keputusan; berpegang teguh pada pilar-pilar; dan terus bergerak untuk mencapai tujuan?

Kapan para pemuka Syam bersegera untuk mengambil peran, dengan merangkul para pengemban dakwah, pejuang revolusi, dan para mujahid yang ikhlas? Kapankah orang-orang yang jujur bersegera untuk menyerahkan surat perjanjian untuk bersandar kepada Allah Swt., bertawakal pada-Nya, bergantung pada tali-Nya, dan bergerak untuk menggulingkan rezim kriminal di Damaskus?

Kapankah para cendekiawan bersegera untuk menghilangkan pengaruh kepemimpinan politik Turki yang otoriter dan pengkhianat; mewujudkan kepemimpinan politik yang tulus, juga sadar dengan syariat—yang murni dari akidah Islam—; serta mampu menjaga umat dan mempertahankan perjuangannya?

Ketika pertanyaan-pertanyaan ini terjawab, maka kita bisa mengatakan bahwa kita sedang berada di jalan menuju kemenangan. Oleh karena itu, setiap pihak wajib memenuhi tugasnya; memikul tanggung jawab; serta ikut andil untuk merealisasikan kemenangan ini, bukan hanya mengikutinya.

Dengan begitu, janji Allah akan terpenuhi, dan pada hari itu orang-orang beriman akan bergembira atas pertolongan Allah. Hari di mana hukum Allah akan ditegakkan di bawah naungan Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan metode kenabian. Allah Swt. Berfirman, “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin juga orang-orang yang mewarisi (bumi).” (QS Al-Qasas:5). (NZ/AL)

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 435, terbit pada Rabu, 30 Syakban 1444 H/22 Maret 2023 M

Klik di sini untuk mengakses sumber 

Visits: 5

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram