Search
Close this search box.

Gempa Bumi Menyingkap Kebaikan Umat Islam dan Wajah Asli Barat

Oleh: Prof. Abdu Al-Dali (Abu Al-Mundzir)

Pada Senin pagi (06/02/2023), masyarakat di Zona Bebas terbangun karena gempa berkekuatan 7.8 SR yang melanda Turki Selatan dan Suriah Utara. Gempa yang berlangsung selama lebih dari satu menit tersebut menyebabkan kerusakan yang parah serta jumlah korban jiwa yang sangat besar, di antaranya adalah orang-orang yang terluka dan hilang di bawah reruntuhan.

Beberapa sumber melaporkan, bahwa jumlah korban yang tewas di Zona Bebas bagian utara meningkat menjadi 3.637 jiwa. Pada saat artikel ini ditulis, jumlah korban yang terluka mencapai 7.216 jiwa. Jumlah ini dapat meningkat, lantaran enam hari setelah kejadian, pertahanan sipil mengumumkan bahwa pencarian korban yang selamat di bawah reruntuhan akan dihentikan. Hingga saat ini, belum ada bantuan asing yang sampai ke barat laut Suriah, baik secara logistik maupun bantuan lainnya.

Sebagaimana peristiwa sebelumnya yang terjadi sepanjang tahun revolusi, gempa ini mengungkapkan besarnya kebencian komunitas internasional dan para penguasa—bahkan apa yang disembunyikan dalam hati mereka jauh lebih besar—terhadap revolusi dan masyarakat. Di tengah peristiwa ini, Bashar Al-Assad mengeluarkan keputusan untuk menutup perbatasan, di mana hal itu akan menimbulkan masalah baru, yaitu menghalangi bantuan yang diberikan oleh umat Islam kepada para korban gempa di Suriah.

Gempa ini juga mengungkapkan bagaimana para rezim Turki yang rusak bergegas untuk melakukan normalisasi dengan rezim kriminal Suriah, dengan memanfaatkan peristiwa yang menyakitkan ini. Fakta tersebut diketahui oleh para revolusioner, sehingga mereka menggunakan situs komunikasi elektronik sebagai platform untuk mengungkapkannya.

Gempa yang kurang dari dua menit sudah cukup untuk menunjukkan banyak hal. Gempa mengingatkan manusia atas kuasa Allah terhadap segala sesuatu, serta menunjukkan keteguhan iman dalam jiwa saudara kita di negeri Syam, di mana mereka hanya meminta bantuan kepada Allah Swt. dan bersabar atas musibah besar yang menimpa mereka.

Kurang dari dua menit sudah cukup untuk mengungkapkan banyak fakta. Boleh jadi yang terpenting adalah fakta bahwa kebaikan umat Islam—yang berusaha dilenyapkan oleh Barat dan antek-anteknya selama beberapa dekade terakhir—justru Allah tampakkan. Terbukti selama beberapa hari gempa susulan terjadi, yang terlihat dari para penggerak revolusi adalah sikap solidaritas, saling mendukung, dan saling membantu.

Beberapa hari terakhir, ada banyak tindakan yang membawa kegembiraan dan harapan besar di dalam hati. Ia menunjukkan bahwa umat ini masih hidup dan seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka seluruh tubuh akan meresponnya dengan demam dan sulit untuk tidur.

Dua menit sudah cukup untuk menunjukkan wajah asli rezim Bashar yang berkonspirasi dengan Turki, saat menutup perbatasan Suriah dan mencegah datangnya bantuan. Ia bahkan berbohong ketika mengatakan bahwa alasan perbatasan ditutup adalah akibat dari kerusakan yang terjadi di jalan. Padahal ada ratusan jenazah saudara kita yang tewas di bawah reruntuhan masuk ke Turki melalui jalan tersebut.

Jalan dan perbatasan Turki dibuka untuk satu hal dan ditutup untuk hal lain. Terlepas dari larangan rezim untuk menerima masuknya bantuan, sebenarnya larangan tersebut merupakan hukuman bagi para penggerak revolusi yang menolak aksi rekonsiliasi rezim Turki dengan rezim kriminal Suriah. Kami bersyukur kepada Allah Swt., karena situasi baru ini akan menghapuskan alasan orang-orang yang hatinya melekat di balik perbatasan, serta menghapus harapan mereka yang membawa panji-panji rezim Turki dan mendukung tindakan konspirasinya.

Adapun para pemimpin faksi, mereka memanfaatkan keadaan—terutama setelah mereka mencapai titik terendah—. Para revolusioner mengungkapkan bahwa peran mereka (para pemimpin faksi) yang sebenarnya—dalam permainan kotor yang dilakukan negara-negara untuk melawan revolusi—hanyalah sebagai alat untuk melaksanakan keputusan. Mereka terlihat di banyak tempat mulai dari Haram, Jindayris, hingga wilayah lainnya untuk mengangkat eksistensi mereka sekali lagi.

Dua menit sudah cukup untuk menyingkap wajah asli dari setiap organisasi dan negara-negara internasional. PBB misalnya, mereka berhenti untuk menyuplai bantuan. Sehari setelah kejadian, pada Selasa (07/02/2023) seorang pejabat menyatakan, “Operasi pengiriman bantuan mendesak yang diberikan oleh organisasi ke Suriah Utara melalui Turki untuk sementara waktu ditangguhkan—yaitu sampai dipastikan bahwa para korban benar-benar menerima bantuan tersebut—.”

Setelah banyaknya penderitaan dan hari-hari berlalu, konvoi bantuan yang datang hanya sekadar alat pembersih, di mana izin masuk mereka ditangguhkan sebelum peristiwa gempa terjadi.

Dua menit pun sudah cukup menampakkan kebobrokan organisasi-organisasi internasional. Mereka menunjukkan tindakan yang profesional bukan untuk membantu, melainkan untuk memanfaatkan penderitaan rakyat. Kebanyakan dari mereka lebih mengutamakan media, mereka tidak peduli jika harus mengorbankan penderitaan dan rasa sakit rakyat. Mereka meliput tragedi tersebut dan menyiarkannya demi mengemis keuntungan dengan dalih menolong rakyat.

Dua menit sudah cukup untuk menunjukkan keadaan pemerintah de facto. Selama beberapa tahun terakhir, fokus utama mereka adalah menjarah dan menguliti rakyat dengan kewajiban pajak dan cukai, pemerintah pun layaknya penonton. Tampak jelas bagaimana sifat asli dan kelemahan pemerintah bahkan dalam hal yang paling sederhana. Satu-satunya yang menjadi perhatian mereka hanyalah mengunjungi TKP serta mengambil foto.

Adapun pesan kami kepada para penduduk Syam, “Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas nikmat musibah ini. Allah Swt. telah memilih kalian di antara hamba-hamba-Nya untuk perkara besar yang telah dipersiapkan, yang dengan itu kalian ditimpa musibah dan kekacauan terus menerus. Maka bersabarlah! Ini adalah bagian dari sunatullah terhadap hamba-Nya. Sesungguhnya Rasulullah saw. ketika ditanya, ‘Siapakah manusia yang paling berat ujiannya?’ Beliau menjawab, ‘Para Nabi, kemudian yang semisalnya, dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba akan senantiasa mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.’” (HR Imam Ahmad dan yang lainnya). Maka bersabarlah atas keputusan-Nya dan nantikanlah kebaikan di masa depan.

Marilah kita yakin akan kekuasaan dan pertolongan Allah. Telah tiba waktunya untuk berpegang teguh hanya pada tali Allah, mencari pertolongan-Nya, serta mematuhi perintah-Nya. Semoga dengan demikian kita dapat mencapai tujuan kita, terutama untuk menggulingkan rezim kriminal dari konstitusi, pilar-pilar, serta simbolnya. Kemudian mendirikan pemerintahan Islam di atas puing-puing tersebut. (AR/AL)

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 430, terbit pada Rabu, 24 Rajab 1444 H/15 Februari 2023 M

Klik di sini untuk mengakses sumber 

 

Visits: 3

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram