Search
Close this search box.

Dari Kemuliaan Penaklukkan Konstantinopel hingga Kemuliaan Penegakkan khilafah.

(oleh : Asâd Mansour)

Sesungguhnya kaum muslimin pasti membenarkan bisyaroh Rosullullah Saw., dan tidak terbersit sedikitpun keraguan dalam hati mereka, sebagaimana mereka membenarkan apa yang beliau perintahkan dan larang terkait hukum syara’. Sebab ia adalah seorang Nabi yang tidak mungkin berbohong. Karenanya adalah mustahil secara akal beliau berdusta/mengada-ada atas nama Allah Swt., (berkata-kata & menisbahkan perkataan itu kepada Allah Swt. padahal bukan), sementara beliau bukanlah dukun. Allah Swt. berfirman:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى۞ إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (النجم [53]: 4-3)

“Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya. ◙ Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang di wahyukan (kepadanya)”. (QS. Al-Najm [53]: 3-4).


Maka beliau mengetahui seluruh bisyaroh (kabar/berita gembira) yang ditampakkan kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Mengetahui perkara ghaib. Mereka (kaum muslimin) menganggap bisyaroh sebagai tuntutan, karena kabar (berita) merupakan tuntutan yang mengharuskan adanya amal perbuatan/suatu tindakan. Itulah sebabnya mereka menyadari bahwa bisyaroh tersebut tidak akan terealisasi kecuali dengan adanya tindakan nyata manusia, dan malaikat tidak akan turun berperang menggantikan mereka, sementara mereka hanya berdiam diri menunggu pertolongan/menanti malaikat memenangkan peperangan untuk mereka. Tetapi, bisyaroh akan terwujud dengan tindakan nyata manusia yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, persiapan yang matang, bertawakal pada Allah Swt., serta pengorbanan harta dan jiwa di jalan-Nya, maka pada saat itulah para malaikat akan turun kepada mereka—agar mereka tidak merasa takut dan bersedih—seraya berkata, ”Kami adalah penjaga kalian di dunia dan akhirat. Sungguh Tuhan kalian telah mewahyukan pada kami agar meneguhkan pendirian kalian, maka pukullah di atas leher mereka (penggallah leher mereka) dan pukullah tiap-tiap ujung jari mereka (tebaslah anggota badan mereka; bagian tubuh yang jika ditebas tidak menghantarkan kepada kematian).


Maka ketika mereka mendengar perkataan Rosulullah Saw., “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan, maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang memimpin penaklukannya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukannya.” setiap orang di antara mereka (kaum muslimin) yang memiliki cita-cita dan tekad yang tinggi, segera beramal dengan serius serta penuh kesungguhan agar mendapatkan kemuliaan penaklukkan Konstantinopel dan berharap ialah yang menjadi pemimpin atau salah seorang prajurit tentara tersebut.


Itulah sebabnya Khalifah Muawiyah mengirimkan pasukan yang dipimpin Yazid putranya ke Konstantinopel, dengan harapan agar dia menjadi pemimpin yang dapat menaklukannya. Para sahabat yang mulia turut menyertainya dan mereka juga berharap menjadi bagian dari tentara/pasukan penakluk. Begitu pula setiap Khalifah dari Bani Umayyah yang agung juga mengirimkan buah hatinya sebagai pemimpin pasukan untuk menaklukkan ibu kota imperium Romawi timur demi mendapatkan kemuliaan ini. Dan ketika Maslamah anak Khalifah ‘Abdul Malik telah membuktikan kesahihan hadits itu, maka ia pun berangkat untuk menyerang. Begitulah mereka terus mengepungnya selama puluhan tahun dan menaklukkan tepi-tepi kota itu. Di antara mereka ada yang gugur, dan landmark (markah tanah) telah menjadi saksi mereka di sana. Dan yang paling terkenal adalah makam Abu Ayyub Al-Anshari Ra., seorang sahabat yang mulia.


Dalam suatu kesempatan, ketika saya (penulis) belum mencapai usia 40 tahun, saat saya berbicara kepada masyarakat tentang kemuliaan mereka dan kewajiban berjuang menegakkan khilafah, berdirilah seseorang lalu berkata, “Aku akan menunjukkan kepadamu sebuah masjid yang tidak ada satu pun orang yang mengetahuinya.” Maka ia pergi bersamaku menuju masjid di wilayah Karakoy di Istanbul. Ketika aku memasukinya, hatiku merasa tenang. Itu adalah masjid sederhana yang berbeda dengan semua masjid yang biasanya dihias dengan kubah dan menara. Di atas pintunya tertulis: “Masjid Al-‘Arab Al-Syarif, dibangun oleh Maslamah bin Abdul Malik tahun 77 Hijriyah”.


Begitulah impian dan cita-cita kaum Muslimin. Semua impian dan cita-cita mereka adalah menaklukkan Konstantinopel untuk mendapatkan kemuliaan mewujudkan bisyarah ini, dan bisyarah kedua yaitu menaklukkan Roma. Ketika Rasulullah Saw. ditanya, “Kota mana yang akan ditaklukkan terlebih dahulu, apakah Konstantinopel atau Roma?” maka Rasulullah Saw. menjawab, “Kota Heraklius ditaklukkan terlebih dahulu, yakni Konstantinopel”. Oleh karena itu, mereka memikirkan untuk menaklukkannya dari arah Barat, ketika mereka tidak berhasil menaklukkannya dari sisi Timur. Dengan begitu mereka telah mencoba membukanya dari dua arah. Maka mereka pun membuka Spanyol dan sampai pada tepi Kota Paris, mereka juga menaklukkan Sisilia di Italia. Dari situlah, mereka sungguh telah dekat dengan kota Roma hingga mereka dapat mewujudkan bisyarah Rasul mereka yang mulia, yang tidak pernah berbicara menurut hawa nafsunya.


Para Kholifah Bani Abbas pun mulai memerangi kekaisaran Romawi timur (Bizantium), dan berhasil mengalahkan raja-raja mereka, serta memaksa mereka untuk membayar jizyah, sampai-sampai ketika ada yang membangkang dan menolak untuk membayar jizyah, Kholifah pun menulis surat kepadanya, “Dari Harun, amirul mu’minin, kepada Naqfur ‘Anjing Romawi’. Aku telah membaca suratmu hai anak kafir, dan jawabannya akan kamu lihat, bukan kamu dengar.”


Kemudian ia bergegas pergi hingga tiba di kota Hergla (Herakleia), dan Romawi Timur (Byzantium) pun dikalahkan secara telak, pasukannya dibunuh dan ditawan, hingga Naqfur merasa terhina dan dipermalukan, pada akhirnya ia menyerah dan meminta perjanjian damai serta sepakat untuk membayar khoroj setiap tahunnya. Kholifah Harun Ar-Rasyid pun mengabulkan permintaan tersebut.


Kemudian, para Khalifah Abbasiyah menyerahkan sebagian wilayah Anatolia yang sudah ditaklukkan kepada muslimin Turki untuk menjaga perbatasannya dan memerangi Romawi hingga dapat menaklukkan Konstantinopel. Pemimpin pertamanya adalah Seljuq Beg di tahun 1040M, sebagian besar bagian dari wilayah Anatolia pun dapat ditundukkan pada kekuasaan khilafah. Kemudian, para pemimpin Seljuq meneruskan dan melanjutkan jihad mereka di sana hingga muncul kekhilafahan Utsmani, yangmana pemimpin mereka melanjutkan aktifitas jihad hingga dapat mengepung Konstantinopel dan mendapatkan kemuliaan penaklukan dibawah kepemimpinan Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453 M di bawah naungan Kekhilafahan Utsmani.


Kemudian Muhammad Al Fatih pergi ke Gereja Aya Sophia dan mengubahnya menjadi mesjid. Hal ini menyebabkan para pemuka Barat marah besar, hingga Paus Vatikan menangis histeris dan memberi ancaman. Muhammad Al-Fatih pun mengirimkan peringatan kepadanya, “Sungguh aku telah memuliakan Aya Sophia dengan tetap menjadikannya sebagai tempat ibadah, jadi jika kamu tidak diam maka aku akan memasuki Roma dan kujadikan Vatikan sebagai kandang bagi kuda-kudaku.” Mendengar pernyataan itu, Paus pun takut dan tak dapat berkutik.


Akan tetapi, Muhammad Al-Fatih tidak diam dan berhenti sampai di sini. Ia berkata, tahun ini adalah tahun haji, dan tahun berikutnya Insya Allah adalah tahun penaklukan Roma. Namun, ternyata kematian telah mendahuluinya ketika ia sedang pergi haji. Sungguh apa yang sudah Allah tetapkan pasti akan terjadi, penaklukan Roma diserahkan kepada yang lain, meskipun membutuhkan waktu yang lama. Jadi, bisyaroh Rosulullah Saw. terkait tertaklukkannya kota Konstantinopel baru dapat terwujud setelah 850 tahun lamanya, akan tetapi muslimin tidak pernah jemu, kehilangan harapan atau pun ragu terhadap bisyaroh Nabi mereka, Muhammad Saw.


Demikianlah mereka hari ini para pemilik tekad dan cita-cita yang tinggi, harapan mereka tidak pernah melemah dan tidak juga berputus asa, mereka semua sangat yakin bahwa seluruh bisyarah akan terwujud, dan di antaranya bisyarah agung yang disampaikan Nabi mereka: “Kemudian akan kembali kekhilafahan atas metode kenabian”. Mereka pun berdiri menyambutnya, dan lahirlah di antara mereka Taqiyuddin An-Nabhani -semoga Allah merahmatinya- seseorang yang berjuang dengan serius & sungguh-sungguh dan berharap untuk bisa menjadi khalifah pertamanya. Ia pun mendirikan sebuah partai besar yang kuat dan bersifat internasional dengan pemikiran mendalam, pandangan cemerlang juga kesadaran sempurna berkat karunia Allah Swt.
Setiap pemuda yang bergabung dalam partainya, mereka serius dan bersungguh-sungguh serta berharap mendapat kemuliaan dengan berjuang untuk menegakkannya dan berharap bisa menghiasi mata mereka dengan menyaksikannya, juga merealisasikan bisyarah tersebut dengan tanganya.


Tekad di antara mereka pun semakin kokoh, mereka tidak pernah mengingkari dan melanggar komitmen, maupun berpaling atau mundur dari perjuangan. Di antara mereka ada yang telah gugur, dan ada yang masih tetap menunggu, namun mereka tidak pernah mengubah janji mereka sedikitpun.


Mereka berjuang, berdzikir, sholat malam sebagaimana siangnya dengan serius dan sungguh-sungguh, mereka semua yakin pada janji Allah dan bisyarah Rasulullah Saw. Mereka meletakkan kedua tangan mereka tanda ketundukan pada amir hizb ketiga, berharap Allah akan merealisasikan bisyaroh tersebut di tangannya dan tangan mereka, dimana dalam kepemimpinannya telah terealisasi banyak perluasan aktivitas dakwah, pendalaman, keanekaragaman, dan pelebaran sayap dakwah serta inovasi-inovasi baru, menguatnya pembangunan tubuh partai yang kokoh, meningkatnya pemahaman yang dalam dan kesadaran juga kepercayaan diri.


Mereka yang teguh dalam setiap kepemimpinan, mengutamakan pembangunan bukan menghancurkan, menambah kepercayaan bukan menguranginya, menyempurnakan langkah dan terus berusaha menuju kesempurnaan. Setiap orang di antara mereka dipenuhi cita-cita, kepercayaan dan semangat demi mewujudkan bisyarah yang akan datang.


Merekalah para cucu dari orang-orang yang agung, yang dilahirkan dari rahim umat yang mulia ini. Respon umat terhadap seruan mereka kian hari kian bertambah, dunia dan kekuatan kafir terlihat kecil dalam pandangan mereka, di mana merekalah kesatria-kesatria mulia, yang memiliki tekad dan semangat yang tinggi. Maka, tercerminlah dalam diri mereka perkataan penyair:


‎على قدر أهل العزم تأتي العزائم * وتأتي على قدر الكرام المكارم

و تعظم في عين الصغير صغارها * وتصغر في عين العظيم العظائم



Cita-cita akan terwujud sesuai kadar pemilik cita-cita
Begitupula kemulian akan hadir sesuai dengan kadar amal mulianya

Hal kecil tampak besar di mata orang kerdil
Sedang hal besar tampak kecil di mata orang perkasa

Allah yang lebih tahu bagaimana menjadikan risalah-Nya, dan Allah lebih tahu di tangan siapa Allah wujudkan bisyarah Rasul-Nya, maka hendaklah manusia saling berlomba-lomba.

Sumber: Surat kabar Ar-Raya

Link : http://www.alraiah.net/index.php/ummah-affairs/item/4880-%D9%85%D9%86-%D8%B4%D8%B1%D9%81-%D9%81%D8%AA%D8%AD-%D8%A7%D9%84%D9%82%D8%B3%D8%B7%D9%86%D8%B7%D9%8A%D9%86%D9%8A%D8%A9-%D8%A5%D9%84%D9%89-%D8%B4%D8%B1%D9%81-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%85%D9%84-%D9%84%D8%A5%D9%82%D8%A7%D9%85%D8%A9-%D8%A7%D9%84%D8%AE%D9%84%D8%A7%D9%81%D8%A9

Tanggal terbit : Rabu, 15 Januari 2020

Visits: 1

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram