Search
Close this search box.

Bagaimana Rakyat Mesir Mengatasi Hambatan Rezim terhadap Gerakan Mereka?

Ditulis oleh: Prof. Said Fadhl (Mesir)

Beberapa minggu lalu, di situs komunikasi meluas seruan untuk turun aksi dan berdemonstrasi di jalan-jalan dan alun-alun untuk menggulingkan Sisi dan rezimnya (11/11/2022), ini bertepatan dengan KTT Iklim yang diselenggarakan oleh Sisi.

Hal ini diikuti dengan penangkapan ratusan orang sebagai antisipasi terhadap aksi apa pun. Abdullah Al-Sharif, YouTuber terkenal Mesir, sampai mengundang langsung orang-orang untuk keluar pada Jumat malam untuk mengantisipasi upaya rezim dalam mencegah orang keluar pada Jumat dari masjid-masjid.

Secara bersamaan, rezim bereaksi cepat dengan menutup kafe-kafe dan toko-toko, serta menunda beroperasinya transportasi umum pada Jumat dengan dalih pemeliharaan. Hal ini bertentangan dengan yang digaungkannya tentang eksploitasi ekstensif terhadap pengemudi mikrolet dalam kampanye mereka terkait upah harian yang murah.

Secara alami, hal ini melumpuhkan mobilisasi transportasi di ibu kota. Dengan demikian, ini menjadi cara untuk menjamin berkurangnya jumlah orang untuk keluar ke jalan-jalan dan alun-alun, rezim pun mendapatkan keinginannya. Mereka bisa memotret jalan-jalan dan alun-alun yang kosong—kecuali polisi—yang biasanya sesak dengan orang lewat dan penjual sepanjang waktunya. Ini menunjukkan ketakutan rezim terhadap pergerakan.

Seruan untuk turun aksi mungkin memang tidak berhasil, tetapi tidak gagal juga. Sebaliknya, yang gagal adalah mereka yang berpegang teguh pada demokrasi dan komunitas internasional yang membelot mendukung Sisi dan rezimnya. Merekalah alasan utama dari semua penderitaan Mesir dan rakyatnya.

Mereka juga berupaya menetralkan kaum muslimin pada umumnya, berpikir bahwa dengan melakukan itu mereka akan mengusir semua kelompok rakyat. Mereka tidak mempersiapkan komunitas internasional dan mengabaikan fakta penyebab Revolusi Januari dan berbagai peristiwa berikutnya bahwa rakyat Mesir—umat Islam khususnya—mendambakan pemerintahan Islam dan percaya bahwa hanya Islam satu-satunya jalan menuju keselamatan.

Kami telah melihat dengan mata kepala sendiri dan menyaksikan peristiwa tersebut. Jutaan islamis menyerukannya, berikut dengan momentum dan prestise mereka. Di sisi lain, ratusan atau ribuan sekularis turut menyeru juga. Akan tetapi, tidak ada gunanya membandingkannya. Arena itu begitu penuh sehingga Anda tidak akan menemukan pijakan di dalamnya terkait seruan untuk mendukung Islam dan perjuangannya.

Pada pemilihan berikutnya, semuanya yang percaya pada Islam memihak pada kaum islamis sebab orang-orang berpikir bahwa keberhasilan mereka di dalamnya akan membawa pada kekuasaan Islam. Artinya, rakyat Mesir dimotivasi oleh kecintaan mereka pada Islam dan keinginan yang sebenarnya untuk hidup di bawah pemerintahan Islam.

Siapa pun yang mengajak mereka ke selain Islam dan menetralkan kaum islamis, tidak akan bisa berhasil, terlepas dari semua penderitaan rakyat Mesir dan dari keadaan kemarahan dan kemacetan yang belum pernah terjadi sebelumnya, terutama dengan keputusan ekonomi baru-baru ini. Ketakutan yang telah ditanamkan oleh rezim di hati rakyat selama beberapa tahun terakhir, hanya dapat dicabut dari akarnya oleh Islam.

Rakyat Mesir pada umumnya sadar akan kebobrokan rezim ini dan pemimpinnya. Mereka mengutuk rezim selama siang dan malam, tetapi belum pada tahap keluar (menuju kebangkitan). Ini karena untuk keluar, butuh visi alternatif yang jelas sehingga rakyat tidak lagi memiliki belas kasihan pada masa Sisi, sebagaimana mereka yang mengasihani masa-masa Mubarak. Hal inilah yang tidak dikedepankan oleh siapa pun yang menyeru rakyat untuk turun aksi.

Sebaliknya, mereka malah “bersenandung” mengenai demokrasi dan mengecualikan militer dari keadilan. Seakan-akan krisis ini adalah akibat penerapan yang salah akan demokrasi dan militer yang rusak. Seolah-olah ini adalah hal baru yang terjadi pada masa Sisi dan anak buahnya.

AS sendiri telah menyerahkan Mesir kepada agen-agen militernya sejak Revolusi Juli 1953 hingga sekarang, memberi mereka kebebasan untuk menginvasi negara sesuka hati selama kepentingan AS tetap terlindungi dan tidak terpengaruh oleh gangguan ini.

Sekadar ketakpuasan dan kemarahan, jelas tidak akan mendorong rakyat untuk menjawab seruan aksi ataupun mengatasi rintangan rezim dan mesin penindasnya yang siap mengambil nyawa atau menangkap mereka. Sejatinya, yang mampu mendorong mereka adalah perubahan nyata dalam realitas mereka dan visi tentang alternatif nyata yang mampu membawa pada perubahan.

Mereka membutuhkan tiga hal untuk bergerak dan menuai keberhasilan:

Pertama, rancangan peradaban alternatif yang Allah Swt. ridai, yakni aturan Islam, sistemnya, serta negaranya (kekhalifahan) yang berjalan di atas metode kenabian. Hanya itu yang mampu memajukan Mesir, rakyatnya, dan bangsa pada umumnya, serta mengatasi semua krisisnya dengan baik.

Kedua, kelompok yang sadar akan rancangan ini dan dapat langsung mempraktikkannya. Di antara kalian ada Hizbut Tahrir yang akan mengembannya bersama kalian dan mengajak kalian untuk turut membawanya dan mempraktikkannya.

Ketiga, dukungan tulus dari orang mukmin di antara tentara-tentara Mesir. Kelompok yang sadar ini memungkinkan untuk mengimplementasikan rancangan peradaban ini. Inilah satu-satunya hal yang akan membuat orang-orang keluar dari rumah mereka dan mendorong mereka mengatasi semua rintangan dari rezim, bahkan menghadapi mesin penindasnya.

Wahai orang-orang mukhlis di antara tentara Negeri Kinanah, bagaimana kalian akan bertemu Rabb kalian dengan rasa malu para tentara di atas kepala dan tergantung di leher kalian? Merekalah yang menuduh agama kalian gagal dan tidak mampu menyelesaikan segala problematik yang mereka buat. Bagaimana kalian akan bertemu Rabb kalian ketika kalian gagal mendukung orang-orang yang ikhlas berjuang menerapkan kembali Islam dan mendirikan Khilafah Rasyidah berdasarkan metode kenabian?

Kalian juga menyaksikan apa yang menimpa Mesir dan rakyatnya berupa penghinaan, ketergantungan pada kafir Barat, penjualan kekayaan dan sumber daya, bahkan penjarahan barang di bawah pendengaran, penglihatan, dan perlindungan Anda.

Sungguh, umat ini telah mengorbankan banyak hal demi perubahan. Kalianlah satu-satunya yang tertinggal, padahal kalian adalah pemilik kekuatan umat yang umat telah melimpahkan sejumlah perbekalan yang banyak dari keluarganya.

Mesir dan seluruh umat tertuju pada kalian, mengharap pertolongan kalian, dan menangis untuk persaudaraan Anda. Sungguh, semua ini adalah taruhan yang ada pada diri kalian karena kalianlah yang memegang solusinya.

AS menyadari hal ini sehingga dengan sengaja memisahkan kalian dari rakyat kalian di Mesir. Rezim pun memberi kalian hibah, hadiah, uang, bahkan hak istimewa untuk memastikan kesetiaan kalian dan mengamankan posisi.

Akan tetapi, kami menyadari bahwa ada kebaikan dalam diri kalian, wahai cucu para penakluk besar. Kami mendorong kebaikan ini dalam diri kalian dan memanggil kalian dengan tulus untuk memutus tali kesetiaan pada rezim ini dari leher kalian. Kemudian, ikatlah tali itu pada Allah Yang Maha Perkasa dan Agung untuk mendukung mereka yang berjuang menerapkan Islam kembali.

Semoga Allah menakdirkannya melalui kalian sehingga akan tegak negara yang mengakhiri ketergantungan selama puluhan tahun pada Barat dan mengembalikan ke rumahnya—jika masih memiliki rumah; serta mengembalikan kejayaan Islam di bawah kekuasaan Khilafah yang mendapat petunjuk yang benar di atas metode kenabian.

Ya Rabb, segerakanlah dan jadikanlah Mesir sebagai ibu kotanya, dan jadikanlah tentara Mesir sebagai pendukungnya, ya Rabb, Amin.[]

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 417, terbit pada Rabu, 22 Rabiulakhir 1444 H/16 November 2022 M

Klik disini untuk mengakses sumber

 

 

Visits: 1

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram