Pada Jumat (7-09-2024), pukul 6 sore waktu Beirut dan Madinah, terdengar sepuluh ledakan yang sangat dahsyat di pinggiran selatan Beirut, kawasan benteng Partai Iran. Tak lama setelah itu, Netanyahu dengan tidak tahu malunya berpidato di depan ruangan yang hampir kosong dari para delegasi politikus dan diplomat resmi pada Sidang Majlis Umum PBB. Kemudian dengan cepat dia pergi secara tiba-tiba saat konferensi pers, setelah sekretaris militernya membisikkan sesuatu kepadanya.
Setelah serangan besar dilancarkan, beredar foto Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang diduga memberikan perintah langsung untuk melaksanakan operasi tersebut. Tidak lama kemudian, foto Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, bersama Kepala Staf dan Kepala Angkatan Udara juga muncul, menunjukkan mereka sedang memantau serangan terhadap target yang disebut “berharga” dalam kompetisi untuk menghabisi nyawa kaum muslimin, dengan menggunakan bom penghancur bunker (yang tergolong pengeboman berat). Serangan ini menghancurkan kompleks perumahan sepenuhnya, dengan dalih bahwa target penting—yang oleh Israel disebut sebagai “target emas”—mereka berada di terowongan bawah tanah lokasi tersebut. Target yang dimaksud adalah Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, bersama sejumlah pemimpin Hizbullah lainnya.
Pada Sabtu pagi, orang-orang Yahudi mengonfirmasi kematian Nasrallah, sementara pernyataan dari Hizbullah Lebanon Iran tertunda hingga Sabtu sore. Iran juga mengumumkan kematian para komandan senior yang berada di lokasi kejadian.
Tidak diragukan lagi, bahwa apa yang terjadi merupakan langkah besar dalam ranah politik Lebanon dan di kawasan tersebut, terutama karena rantai komando kepemimpinan militer Hizbullah telah dihabisi dalam serangan ini, juga dalam serangan sebelumnya terhadap kepemimpinan unit Ridhwan secara keseluruhan pada hari Jumat (24-9-2024). Sedangkan para pemimpin lainnya telah dihabisi melalui pembunuhan individu, sejak terjadinya operasi Thufan Al-Aqsha melalui serangan udara.
Sejak operasi Thufan Al-Aqsha yang dimulai pada 7 Oktober 2023, partai Iran masuk dan menjalankan sebuah strategi yang disebut Front Al-Isnad wa Al-Musyaghalah pada 8 Oktober 2023 hingga hari ini. Mereka mengandalkan pengeboman rudal dan drone terhadap sasaran militer entitas Yahudi dan menghindari sasaran sipil, sehingga tidak melampaui batas-batas keterlibatan. Sementara di sisi lain, entitas Yahudi menginjak-injak semua aturan yang ada untuk membunuh Nasrallah dan para pemimpin senior dari Hizbullah dan Iran, serta membunuh ratusan korban sipil demi mencapai tujuan tersebut.
Majalah Al-Wa’ie, edisi no. 217, terbitan Maret 2005, menyatakan: “Operasi pembunuhan terhadap tokoh politik terkemuka tidak dilakukan berdasarkan keputusan regional. Sebaliknya, mereka harus mendapat dukungan perlindungan internasional dari satu atau lebih negara besar. Itulah yang disebut dengan ‘mencabut perlindungan politis pada individu tertentu’”. Keputusan untuk menghabisi nyawa seorang tokoh kadangkala berasal dari pihak luar regional, ataupun sebaliknya, yaitu pihak regional meminta izin untuk dibolehkan menghabisi seseorang tersebut, sehingga di sana terdapat persetujuan dari luar pihak regional (jika pihak luar yakin akan pandangan sikap agen regional di kawasan tersebut).
Lantas, apakah kita diam saja dalam menghadapi dukungan internasional pada pembunuhan nyawa seseorang? Di mana sikap kita dalam menghadapi formasi serangan baru di kawasan Timur Tengah ini? Khususnya di Palestina dan Lebanon. Apalagi karena Amerika telah memasang perangkap besar bagi angkatan bersenjata di kawasan tersebut untuk melenyapkan sayap militer mereka sebagai awal penghancuran. Apakah negara pengikut atau negara satelit Amerika akan menjual pengikut-pengikutnya demi menuai hasil bagi bakti mereka kepada tuan yang mereka ikuti selama bertahun-tahun?
Apakah angkatan bersenjata ini bermaksud untuk mundur ke aksi politik, seperti yang terjadi ketika para pemimpin militer PLO dilikuidasi dan para pemimpin politik dipertahankan? Apakah mereka masih melanjutkan upaya untuk melikuidasi para pemimpin aksi militer, faksi-faksi besar lainnya, sehingga langkah-langkah diambil kembali ke arah tindakan politik, yang diwakili oleh tabel? Bernegosiasi di bawah pengaruh darah dan bagian tubuh? Apakah yang disebut sebagai poros perlawanan, yang dipimpin oleh Iran, tetap diam, dan kepuasan mereka dengan belasungkawa dan penghiburan adalah hal yang wajar yang dilakukan oleh negara yang bertekad ketika seseorang mencoba untuk memotong senjatanya?
Apakah kedatangan seorang presiden (reformis) yang berkuasa di Iran, dan di sampingnya ada agen Amerika Mohammad Javad Zarif sebagai penasihat urusan strategis adalah sesuatu yang percuma dan hanya kebetulan? Hari-hari mendatang yang penuh dengan perkembangan dan perubahan niscaya akan menjawab hal tersebut.
Pembebasan dari ketergantungan dan hubungan dengan para agen serta pengikut Barat saat entitas Yahudi terguncang—oleh pukulan dari kelompok pejuang yang setia—merupakan kesempatan yang layak diambil bagi faksi-faksi yang berperang dan menyerang dengan kemampuan terbaik mereka. Inilah kesempatan paling penting bagi tentara untuk menentang penguasa mereka, dan maju bergerak untuk mewujudkan kemenangan Palestina dan Lebanon.
Jika Allah Swt melihat para tentara di faksi-faksi tersebut mengambil langkah pertama saja, yaitu dengan tulus mengambil inisiatif berperang untuk memenuhi perintah-Nya dalam ayat 14 Surat At-Taubah, “Perangilah.” Maka Allah juga akan mewujudkan apa yang disebutkan dalam lanjutan ayat tersebut, “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tanganmu dan Dia akan menghina mereka dan menolongmu (dengan kemenangan) atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman dan Dia menghilangkan kemarahan hati mereka (orang mukmin). Dan Allah menerima tobat orang yang Dia kehendaki. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”
Atau jika tidak terjadi yang demikian, sungguh benar apa yang disebutkan dalam ayat ke 16-nya, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” maksudnya adalah perangilah mereka.
Allah mendorong kalian—wahai kaum muslimin—untuk menunaikan jihad, dan Allah sendiri yang akan menyiksa mereka (musuh Allah) mereka melalui tangan-tangan kalian. Wahai kaum muslimin, apakah kalian mengira bahwa Allah akan membiarkan kalian tanpa memberikan ujian pada kalian? Yang dengan ujian tersebut akan diketahui mana yang benar dalam agamanya dan mana yang berdusta. Sehingga akan diketahui pula mana yang ahli jihad dan serius memberikan usahanya di jalan Allah; dan mana yang menyia-nyiakan urusan Allah, mereka itulah orang-orang yang lalai. Melalui ujian tersebut juga akan diketahui siapa orang-orang yang hanya menjadikan Allah dan Rasul sebagai pengokoh yang mereka percaya dalam mengadukan rahasia-rahasia mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kalian kerjakan, termasuk perbuatan kalian yang menjadikan selain Allah dan Rasul-Nya sebagai sekutu yang mereka percaya padahal mereka beriman, setelah Allah melarang kalian melakukan hal itu. Hal ini tidak tersembunyi bagi-Nya, dan tidak pula bagi orang lain. Dan Allah akan memberikan balasan atas apa yang kalian perbuat. Sungguh, yang baik adalah baik; dan yang buruk adalah buruk. [NZ/AE]
Ditulis oleh Ir. Magdy Ali
Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 515 pada Rabu, 29 Rabi’ul Awal 1446 H/02 Oktober 2024
Klik di sini untuk mengakses sumber
Visits: 25