Search
Close this search box.

Amerika dan Pukulannya yang Terus Menerus Terhadap Rezim Makhzen di Maroko!

Oleh: Prof. Manaji Muhammad

Dilaporkan bahwa kapal perusak berpeluru kendali milik Amerika dari kelas USS Paul Ignatius tiba di Agadir, Maroko selatan, pada hari Sabtu (26-8-2023), untuk latihan angkatan laut gabungan antara Maroko dan Amerika, dalam rangka pelaksanakan bagian dari kegiatan “Atlas Handshake 23-1″, yang merupakan latihan angkatan laut bilateral antara angkatan laut Amerika dan Maroko. Tujuan yang dinyatakan adalah untuk memperkuat dan meningkatkan kesiapan tempur pasukan gabungan dalam operasi maritim dan keamanan, sebagaimana dikonfirmasi oleh Kedutaan Besar Amerika di Rabat. (Hespress, 28 Agustus 2023).

Kebenaran politiknya adalah bahwa tindakan tersebut bukanlah manuver militer, melainkan penetrasi terhadap inti rezim di provinsi, terhadap tentara, angkatan perang di distrik, dan departemen keamanan sempitnya; juga upaya penarikan terhadap pemimpinnya, tanpa terkecuali Maroko sendiri.

Runtuhnya Uni Soviet merupakan momen penting dalam sejarah kolonialisme Amerika, dan merupakan suatu keadaan luar biasa di mana kolonialisme mencapai tingkat malapetaka dan kebrutalan terbesarnya. Setelah momen itu, Amerika menjadikan perang terhadap Islam sebagai peluang strategisnya untuk menembus wilayah kolonial Eropa.

Amerika menjadikannya perang internasional agar diikuti oleh semua orang, membuka konflik antar negara, dan membuka tabir agar Amerika dapat melakukan penetrasi, komunikasi, serta melakukan kontak langsung dengan para komandan tentara dan petugas intelijen-keamanan di negara-negara yang termasuk dalam wilayah kolonialisme Eropa lama, untuk membalikkan keadaan dan mengeluarkannya dari arena kolonial.

Ketertarikan Amerika terhadap Maroko telah meningkat karena lokasinya yang strategis. Karena Maroko merupakan pintu gerbang ke Afrika serta jalan keluar yang berbahaya bagi Eropa. Melalui Marokolah pasukan penakluk Islam melintas. Dan sejarah dari suatu hal dianggap sebagai aspek strategis dalam pengambilan kebijakan.

Perkembangan terkini, rezim Maroko telah menjadi tangan baru bagi Inggris, pemimpin kolonialisme Eropa lama di Afrika, yang ingin dilumpuhkan oleh Amerika dengan harapan dapat memutusnya.

Amerika telah mengaktifkan alat militer dan keamanannya untuk mempercepat penembusan juga serangannya terhadap pusat pemerintahan di Maroko dan geografi negara tersebut. Amerika membentuk komite militer gabungan antardua negara, yang merupakan institusi pertama antara mereka dalam bidang ini. Asisten Menteri Pertahanan untuk urusan keamanan internasional, Peter Rodman, di pernyataan pers di Rabat pada tanggal 28 Januari 2003 menyatakan, “Amerika Serikat memutuskan untuk memperkuat kerja sama militer dan keamanan strategisnya dengan Maroko.” diikuti dengan kunjungan-kunjungan para pejabat militer dan keamanan ke Maroko, kemudian disusul pelatihan dan manuver bersama serta pertukaran kunjungan militer dan keamanan.

Selain penggunaan trinitas kolonial Amerika—yang diwakili oleh Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan yaitu Pentagon, dan Badan intelijennya yaitu CIA—untuk mencapai tujuan kolonialnya, terdapat juga kekuatan militer internasional, yaitu NATO, dan pemanfaatannya dalam penetrsi dan penyerangan suatu wilayah. Maroko telah diklasifikasikan sebagai sekutu strategis dari luar NATO. Hal ini memungkinkan para pemimpin Amerika di NATO melakukan kontak langsung dengan para pemimpin militer dan keamanan di Maroko.

Kasus terorisme adalah jembatan Amerika untuk menerobos tembok Maroko setelah menekan rezim Maroko untuk sepenuhnya terlibat dalam perang Amerika melawan Islam, yang kemudian diikuti dengan pengakuan pemerintahan Trump terhadap Maroko di Sahara Barat. Hal ini menjadi jalan yang jelas bagi Amerika untuk mengintensifkan kontak langsung dengan para pemimpin militer dan keamanan negara-negara Maghrib. Saat ini, pemerintahan Biden memperkembangkan pengakuan Trump—meskipun mereka tidak mengakuinya—dalam memperkuat dan menempatkan pilar penyerangan dan pendobrakan versi pemerintahannya.

Maroko berpartisipasi dalam lebih dari 100 operasi militer Amerika setiap tahunnya, termasuk manuver Singa Afrika. Selaras dengan apa yang disampaikan sebelumnya oleh Mantan Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Dekat, David Schenker, saat berkunjung ke Rabat pada Oktober 2020 untuk membahas cara meningkatkan kerja sama ekonomi dan keamanan demi mengkonsolidasikan kemitraan strategis AS-Maroko.

Perjanjian keamanan dan manuver militer telah berkembang biak dan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Perjanjian Keamanan Militer X tahun 2020-2030 ditandatangani dengan nama “Peta Jalan untuk Kerja Sama Pertahanan”, dan digambarkan sebagai perjanjian bersejarah yang menjelaskan tingkat bahaya strategisnya terhadap kawasan tersebut dan Afrika seluruhnya. Pentagon menganggapnya sebagai “pembaharuan aliansi antarkedua negara sebagai dasar perdamaian di Afrika”. Perdamaian versi Amerika bermakna penjajahan dan membuka jalan bagi hal tersebut.

Perjanjian-perjanjian ini disusul dengan latihan-latihan militer lapangan di wilayah Maroko yang dipimpin dengan manuver Singa Afrika, yang dianggap sebagai latihan militer terbesar dan masif di Afrika. Kemudian dibentuk mata-mata pada wilayah tersebut juga kepada rakyatnya, di bawah istilah “kerja sama intelijen”. Telah terjadi juga pertemuan antara duta besar Amerika dengan Direktur Jenderal Keamanan dan Pengawasan Wilayah Maroko. Kemudian disusul dengan latihan angkatan laut terakhir ini. Semua latihan, perjanjian militer, dan klaim kerja sama keamanan ini adalah operasi untuk mengebor dinding inti rezim Makhzen Maroko—baik bagian militer maupun keamanannya—, untuk membuat lubang di dalamnya sehingga dapat ditembus, kemudian dihancurkan dan diambil alih.

Dalam konteks invasi keamanan terhadap geografi negara, majalah Angkatan Darat Spanyol menerbitkan edisi baru musim panas 2023, yang isinya menyinggung rincian sistem skuadron pengawasan udara baru di kota Cadiz, Spanyol selatan. Karakteristik sistem pertahanan udara baru—yang disebutkan dalam sebuah laporan di majalah militer Spanyol dengan judul “Monitor Langit Selatan”—menyoroti bahwa sistem tersebut dapat memantau wilayah udara Gibraltar dan Maroko utara dengan cepat dan akurat. Yang mencolok pada perkara ini adalah kehadiran pangkalan Amerika Rota di wilayah Cadiz di Spanyol selatan, yang berarti bahwa navigasi serta komunikasi Maroko utara telah terekspos oleh Amerika.

Perjanjian militer dan keamanan Amerika, serta latihan militernya, seperti latihan multilateral Singa Afrika atau latihan bilateral Atlantic Naval Encounter, adalah latihan untuk menembus dan menyerbu tembok barat geografi negara-negara muslim, pantai gurun mereka, dan negara-negara Islam tetangga. Ini adalah pelatihan praktis dan pengendalian lapangan oleh tentara penjajah Amerika dengan geografi wilayah tersebut.

Kemudian, lebih buruk lagi, hal ini adalah pendobrakan terhadap tentara Muslim, mengubah arah kesetiaan mereka, memanfaatkan mereka dalam strategi kolonial Amerika, serta menciptakan agen yang akan menjadi kandidat untuk menerima pekerjaan kolonial. Hal ini juga merupakan metode kolonial Amerika dalam membalikkan keadaan penjajah Eropa lama dan merampas hasil rampasannya.

Amerika tidak menduduki suatu wilayah dan menginvasinya kecuali setelah menembus militermya. Sejarah telah menjadi saksinya. Militer Meksiko, Cile, dan Argentina sangat berpengaruh dalam mengubah Amerika Latin menjadi halaman belakang Amerika. Adapun militer Mesir, Suriah, Iran, Irak, Sudan, dan Pakistan, merekalah yang memungkinkan Amerika untuk menembus negara-negara muslim ini dan memperkuat rezim agen mereka sebagai bentuk pelayanan kepada Amerika. Selain itu, dua upaya kudeta di Maroko pada tahun 1970-an terjadi setelah Amerika menembus tentara di Maroko. Akan tetapi, ingatan rezim yang rusak ini telah lenyap.

Ini adalah kolonialisme, ketamakan, dan kekejamannya terhadap negeri-negeri kaum muslimin. Fakta kolonialisme yang busuk—yang dengannya kesucian umat Islam dan penjajahan atas negeri-negeri mereka dihalalkan, serta tentara mereka dimanfaatkan untuk membantu musuh kafir yang menjajah—ini tidak akan terjadi jika saja baju besi, pelindung, perisai, dan sang penjaga tidak hancur. Ini tidak akan terjadi jika khalifah umat Islam—yang membela nilai-nilai dan hukumnya, penjaga kesucian umat, dan mampu mengalahkan musuh-musuh mereka—tidak hilang.

Wahai tentara kaum muslimin, demi Allah, kalian adalah jembatan kolonialisme jika kalian menjauhi jalan Tuhan kalian yang lurus, tunduk kepada para antek yang sesat lagi menyesatkan, dan berkhianat pada Allah dan Rasul-Nya dalam menjaga kesucian Islam dan membela syariat dan pemeluknya. Dan demi Allah, kalian adalah penggerak kebebasan dan pintu keselamatan dari kolonialisme yang dilaknati ini jika kalian menjalankan perintah-perintah Tuhan kalian, menjaga amanah dalam menjaga agama ini, meninggikan kalimatnya, dan menolong pemeluk-pemeluknya.

Wahai tentara kaum muslimin, bukankah sudah saatnya untuk menundukkan hati dan menyadarkan pikiran kalian? Hendaknya kalian meyakini Allah dengan berpegang teguh kepada tali-Nya yang kokoh; menyokong agama-Nya yang agung; memutuskan segala benang kolonialisme Barat yang terkutuk dari negara-negara muslim dan membuka kedok agen-agennya; dan menanggapi permintaan tolong dari orang-orang yang bertakwa, suci, sadar, dan tulus yang memiliki rancangan undang-undang Islam yang agung.

Kepada putra-putri bangsa ini, yaitu para perwira tentara dan polisinya, orang-orang yang menjadi kekuatan dan kemuliaan kita, bukankah sudah waktunya bagi akal kalian untuk mendengar seruan kami? Bukankah sudah waktunya bagi hati kalian untuk tunduk kepada penguasa langit dan bumi, untuk mendukung agamanya dan meninggikan firman-Nya? [FR/GA]

Diterjemahkan dari Surat Kabar Al-Rayah edisi 461, terbit pada Rabu, 5 Rabiulawal 1445/20 September 2023 M

Klik di sini untuk mengakses sumber

 

Visits: 2

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram