Search
Close this search box.

Kerusakan Peradaban Kapitalisme dan Dekatnya Kehancurannya (Bagian Dua)


Oleh: Al-Sarisi Al-Maqdisi

Pembahasan ini berupaya menjelaskan bahwa kerusakan peradaban (hadharah) Kapitalisme adalah perkara yang sudah diakui bahkan oleh pengembannya sendiri. Akan tetapi, bersamaan dengan rusaknya hadharah ini, keruntuhannya justru tidak muncul dari hadharah Kapitalisme itu sendiri, melainkan ia harus diganti dengan hadharah lain. (Pilihannya), jika tidak dengan (cara) mengembangkan hadharah (Kapitalisme) ini oleh pengembannya, namun hal ini tidak mungkin terjadi. Atau pilihan kedua, para pengusung Kapitalisme akan menggantinya dengan hadharah yang lebih tinggi darinya, seperti Islam, namun hal ini tidak direkomendasikan oleh mereka sendiri. Atau pilihan ketiga, hadharah Kapitalisme akan beradu dengan hadharah lain sehingga ia mampu menumbangkannya, namun hal ini tidak ada hari ini.

Maka, tidak akan ada penyelesaian tuntas bagi dunia atas kerusakan hadharah Kapitalisme kecuali dengan melawannya, dan tidak ada kandidat yang kompeten melawannya selain kaum muslimin sesuai dengan sunnatullah yang telah berlaku pada umat-umat sebelumnya. Kerusakan hadharah ini akan berakhir dengan ditegakkannya Daulah Islam beserta hadharahnya dengan senang hati maupun terpaksa.

1. Apakah Keruntuhan Hadharah Kapitalisme Adalah Sebuah Kepastian?


Terlepas dari minimnya maklumat milik politikus Amerika atas sebuah hadharah secara khusus seperti Kissinger, Joseph Nye dan Brzeziski yang mencetuskan bahwa negara dan hadharah Amerika adalah hadharah yang ‘unhistorical’, yang berarti tidak dipengaruhi oleh sejarah. Maka dalam mengaplikasikan sebab dan faktor yang berkaitan dengan keruntuhan suatu hadharah terhadap hadharah Kapitalisme, kita akan dapati bahwa hadharah Kapitalisme sangat dekat dengan kehancuran dalam waktu singkat. Kehancurannya sangat jelas, tidak kompetennya pun telah terlihat bahkan untuk sekadar mensejahterakan masyarakatnya. Namun, hal yang memperlambat kehancuran hadharah ini adalah adanya upaya para kapitalis untuk merevisi hadharah ini dengan hadharah Komunisme, juga tidak sesuainya hadharah Kapitalisme ini dengan realitas. Tabiat hadharah Kapitalisme adalah mempengaruhi sebuah akidah dan peraturan bersamaan dengan pengaruhnya atas kehidupan. Hadharah adalah titisan waktu, ketika ia telah mencapai puncak kesulitannya ia akan kembali pada periode awalnya. Hal ini nampak sangat jelas pada setiap kasus inflasi ekonomi tajam, dimana negara akan ikut campur pada harga-harga pasar setelah sebelumnya tidak diperkenankan. Kemudian setelah keadaan kembali stabil, (mereka) kembali pada mekanisme fungsi pasar yang bebas dari cengkraman negara.


Disana terdapat bentuk perundingan antara penguasa demokrasi dengan partai-partai politik yang mempercepat terdeteksinya kebusukan hadharah Kapitalisme dalam politik dan ekonomi. Juga terdapat bentuk persamaan jenis bagi setiap orang di mata hukum. Adapula pemberian kesempatan bagi individu untuk memajukan keilmuan dan materi, semua perkara ini telah mengubah kezaliman Kapitalisme yang sangat brutal dan telah mengurangi tingkat kebencian dan penolakan masyarakat padanya. Cara berpikir pragmatis pun semakin menjamur di antara pengemban Kapitalisme, dimana ia memberikan kemampuan yang luas pada ‘persebaran’. Begitupula pada pembuatan sarana untuk melangkah di atas krisis-krisis, khususnya krisis ekonomi, yang menciptakan kemampuan yang tinggi pada pengembannya dalam mengurusi krisis-krisis dan keluar dari jalan buntu, dengan cara ekspor ke seluruh dunia melalui perantara penjajahan dan perampasan. Juga melalui ancaman menggunakan kekuatan brutal bagi siapapun yang menentangnya.

Jikalau bukan karena penjajah maka negara-negara Kapitalisme tidak akan mampu menapak secara politis dan tidak akan mampu mewujudkan satu kemajuan ekonomi pun. Negara-negara Kapitalisme telah menjarah Afrika dan bagian yang sangat besar dari Asia. Sebagaimana yang dilakukan Amerika sejak beberapa abad lalu, dengan menjajah Amerika Selatan dan Latin yang telah memasok negara-negara Kapitalisme dengan kekayaan yang sangat besar.

Dipersilakannya negara-negara Kapitalisme atas apa yang ia miliki dengan imbalan memberikan masyarakatnya kesejahteraan terbatas sukses membuat mereka ridha dengan peraturan para Kapitalis, lalu masa berlakunya diperpanjang sesuai kesepakatan masyarakat yang terjajah dan terkalahkan.
Kerusakan hadharah Kapitalisme sungguh tidak bisa dielakkan bahkan oleh pengembannya sendiri. Lalu apakah ada indikasi atas upaya perubahan mendasar bagi hadharah Kapitalisme yang sedang dilakukan oleh Barat hari ini? Jawabannya: tidak, pengusung hadharah ini telah berupaya sebelumnya –dikarenakan beratnya penderitaan mereka dari hadharah Kapitalisme– untuk berusaha mengubah Komunisme dengannya, namun ideologi Sosialisme sendiri telah gagal dan tidak mampu menyelesaikan permasalahan manusia, maka tempat kembalinya yang pasti adalah kelenyapan.


Untuk pilihan awal, tidak ada satu petunjuk pun atas adanya usaha yang sungguh-sungguh dan baru untuk membuat suatu ideologi baru bagi dunia Barat, kecuali beberapa pendapat di tengah akademisi, tenaga ahli, dan peneliti serta sebagian politikus yang mendukung pergantian Sosialisme untuk merevisi peraturan dan menjadikannya peraturan yang paling adil.


Sedangkan untuk pilihan kedua, yaitu usaha penggantian hadharah Kapitalisme dengan yang lain di luarnya –di belahan bumi manapun– tidak didapati adanya hadharah pengganti Kapitalisme, tidak pula ada indikator yang menunjukkan kemampuan para kapitalis untuk mengambil Islam atau hadharah selainnya dengan sepenuh hati.


Sedangkan pilihan ketiga, yaitu penolakan para kapitalis dengan kuat atas hadharah luar, ia tidak ada hari ini, karena tidak adanya pertentangan secara hadharah yang hakiki dengan hadharah lain yang bersaing dengan Kapitalisme secara benar. Sangat penting diingat bahwa seorang pemikir, Huntington, dalam bukunya ‘Pertentangan Hadharah’ telah meninjau ulang dunia, dan tidak menemukan hadharah yang mampu menggantikan hadharah Kapitalisme kecuali Islam. Ia pun memperingatkan pada bahaya tersembunyi dari hadharah Islam. Akan tetapi, kaum muslimin sendiri tidak akan ikut andil dalam perang hadharah sebenarnya bersama Kapitalisme untuk melenyapkannya. Hal tersebut disebabkan tidak adanya Daulah Islam yang menjadi kandidat pengganti hadharah Kapitalisme dan menyebarkan hadharahnya dengan dakwah dan jihad.


Namun negara-negara Kapitalisme –dan pemimpinnya Amerika– di sekitar negara-negara tersebut telah merasakan bahaya Islam sebagai hadharah dan metode kehidupan atas hadharahnya. Ia pun segera melakukan serangan lebih awal dari Islam untuk mencegah persaingannya dengan hadharah Kapitalisme.


Kesimpulannya bahwa hadharah Kapitalisme –meskipun dengan berbagai kerusakan dan kemerosotannya– tidak akan runtuh dan akan tetap menjadi hadharah Barat di masa depan yang dinanti. Sangat mustahil diubah dengan hadharah lain dengan bentuk yang sama, dan tidak ada pula hadharah di dunia ini yang mampu melawan hadharah Barat untuk menjadi pengganti yang sesuai untuk seluruh manusia. Maka dengan ini, tidak ada ancaman yang berarti hari ini atas hadharah Kapitalisme dari berbagai jenis hadharah lain kecuali hadharah Islam dari segi teori.

2. Apa Muara Hadharah Kapitalisme di Masa yang Akan Datang?


Jikalau hadharah Kapitalisme itu rusak dan menyebabkan kesengsaraan bagi manusia, maka kenapa ia masih mampu berdiri dan tidak runtuh sebagaimana keruntuhan Komunisme? Mengapa Kapitalisme dianggap sebagai hadharah yang rusak, sedangkan ia bangkit di lingkungan yang kebarat-baratan secara keilmuan dan teknologi, serta terpenuhinya faktor-faktor kehidupan materil yang nyaman?
Hadharah Kapitalisme telah melakukan perevisian dan pencangkokan dirinya dengan Komunisme serta sebagian keadilan sosial, dan masih terus beradaptasi dengan keadaan. Telah berkembang pula –dalam hadharah Kapitalisme– pengetahuan, teknologi serta senjata dan beberapa aspek madaniyah yang membuat orang-orang mengira kesesuaian (penerapan) hadharah Kapitalisme untuk manusia.


Namun, sampai kapan sistem Kapitalisme ini mampu bertahan menghadapi, merevisi serta menanggulangi berbagai krisis?


Sangat jelas bahwa tokoh-tokoh terkemuka Sekularisme-Kapitalisme telah dihabisi, di antaranya inovasi-inovasi baru mengenai penyelesaian masalah sosial yang berlaku. Mereka pun telah mengambil kekuatan hadharah mereka setelah hancurnya hadharah penentangnya, maka dari itu mereka akan lebih banyak beristirahat dan diam di tempat yang menyebabkan hadharah ini akan melemah secara perlahan dan menyebabkan bertambahnya permasalahan sosial, politik dan ekonomi. Begitupula bertambahnya krisis-krisis ekonomi yang tidak memiliki jalan keluar kecuali dengan bersandar pada negara-negara selainnya dengan memperbanyak penjajahan, perampasan serta kriminalitas. Hal ini akan menambah kericuhan baik sosial maupun ekonomi di dalam negeri, sebagaimana yang terjadi pada gerakan ‘jajah Wall Street’ di Amerika, begitupula yang terjadi hari ini di Perancis pada gerakan ‘jaket kuning’. Hal ini bisa saja memicu pemecahan negara-negara Kapitalisme –seperti Amerika– atau justru melemahkan. Bahkan perang di antara para pengusungnya sendiri pun semakin memanas akibat dari keserakahan para penjajah dan perebutan kekayaan, sementara dalam lingkup internasional semakin bertambah kebencian mereka pada Kapitalisme dan akan tampak perlawanan yang beraneka ragam terhadap penjajah di setiap negeri, begitu pula perang antar negara telah memanas, namun tidak ditemukan satu penyelesaian pun, juga pengganti dari hadharah yang telah rusak ini bagi dunia internasional.


Hadharah Kapitalisme –dengan segala kerusakannya– tidak akan hancur dengan sendirinya karena kerusakannya bersumber dari sistemnya yang berlawanan dengan aturan kehidupan yang telah ada, maka haruslah ada penggantian hadharah Kapitalisme dengan hadharah lain, lalu bagaimana masa depan dan akhir dari hadharah Kapitalisme ini?


Kita sebagai seorang muslim, melalui pengetahuan kita terhadap ketetapan Allah dan ilmu kita mengenai faktor-faktor kehancuran suatu hadharah dan umat, telah mengetahui dengan pasti bahwa hadharah ini adalah hadharah yang telah rusak dan tidak pantas digunakan untuk mensejahterakan masyarakat yang disebabkan oleh faktor-faktor hadharah itu sendiri yang memancar dari akidahnya yang rusak, serta tidak adanya tolok ukur lain selain nilai materil diluar agresi, kezaliman dan penindasannya atas hadharah lain diantara umat manusia. Hadharah Kapitalismelah yang telah memperlihatkan perbudakan, penjajahan dan pertumpahan darah di antara umat manusia. Ditambah lagi ia telah menyebabkan kesengsaraan bagi pengembannya dengan perang antar kelompok dan perbatasan, ia pula yang mencetuskan kedua perang dunia yang telah menewaskan 10 miliar penduduk sipil Eropa dan dunia.


Ketetapan Allah bagi sebuah kaum adalah hal yang pasti terjadi, dan ketetapan tersebut akan berlaku pula pada hadharah Kapitalisme sebagaimana ia telah berlaku pada umat-umat sebelumnya. Sungguh Allah SWT telah menetapkan ajal bagi suatu kaum, dan hal ini berlaku pula pada hadharah Kapitalisme dan negara-negara pengembannya, namun kehancurannya tidak berasal dari hadharah itu sendiri, melainkan harus ada pengaruh luar yaitu perlawanan dari hadharah lain terhadapnya untuk menghentikan kerusakannya.


Allah SWT telah menetapkan sebuah ketetapan untuk menghancurkan para perusak sebagaimana sunnah imla’ (istidraj), sunnah untuk menghancurkan orang yang sewenang-wenang, juga sunnah perputaran, dan Allah membuat penutup dari sunnah Nya yaitu sunnah diwariskannya bumi pada orang-orang shalih dan bertakwa. Begitulah sang pemimpin para kapitalis (Trump) yang telah mendongakkan dagunya di negeri Kapitalisme terbesar untuk membuat kerusakan di negerinya dan dunia internasional. Ia pantas menerima ketetapan Allah lantas Allah hancurkan Amerika dan seluruh pengemban hadharah Kapitalisme yang mengagungkan para pemilik modal dan mereka yang bertambah kekayaannya dan dipergunakan untuk kerusakan, kemaksiatan dan kesewenang-wenangan.


Akan tetapi ketetapan untuk membinasakan suatu wilayah dan negara dulu pernah terjadi sebelum diutusnya Nabi SAW, namun setelah diutusnya Nabi SAW tidak ada pembinasaan sebagaimana yang terjadi pada umat-umat terdahulu yang telah mendustakan para nabinya. Yang ada adalah hukuman yang Allah berikan pada mereka dengan beragam jenis balasan sesuai dengan apa yang mereka perbuat di dunia. Atau Allah kalahkan para perusak tersebut melalui tangan hambaNya yang beriman sehingga mereka binasakan apa yang dibanggakan oleh pengemban kebatilan dan kezaliman dengan kebinasaan yang pasti.


Oleh karena itu, Allah SWT akan memberikan kemampuan pada hambaNya untuk melakukan perlawanan pada para perusak, sehingga Allah lenyapkan para pemilik modal dan perusak tersebut hingga hancurlah negara-negara mereka sekarang dan bangkitlah negara lain. Lalu siapakah yang akan menjadi pemimpin umat ini untuk melawan keburukan Kapitalisme?


Kami menilai bahwa mereka yang menjadi pemimpin umat ini untuk melawan keburukan Kapitalisme –atas izin Allah SWT– adalah kaum muslimin dengan wasilah orang-orang bertakwa yang menjadi pewaris bumi setelah Kapitalisme. Karena hadharah Islam adalah hadharah yang istimewa dan keberadaannya adalah sunnatullah maka hadharah ini tidak akan lenyap, justru akan kembali lagi menjadi sebuah negara yang mengemban Islam untuk mewujudkan janji Allah akan berlakunya konflik antar hadharah yang layak diterapkan dan yang tidak, lalu hadharah Islam ini akan melawan hadharah Kapitalisme dan mengalahkannya.


Kaum muslimin akan mengetahui bahwa tugas negara terhadap wilayah sekelilingnya adalah untuk menyebarkan hadharah yang mereka emban, mereka akan menemukan bukti atas hal tersebut dari warga dunia yang dikalahkan dan dizalimi oleh hadharah Kapitalisme sendiri. Sebagaimana yang didapati oleh nenek moyang umat Islam yaitu para sahabat ketika ekspedisi pembebasan Irak, Syam dan Mesir. Dengan izin Allah orang-orang pun akan memasuki Islam secara berbondong-bondong dan kekuasaan umat Islam akan mencapai batas yang telah Allah SWT tetapkan bagi Nabi Muhammad SAW.

3. Ketakutan Para Pemikir dan Politikus Atas Kehancuran Kapitalisme


Petisi pelengseran hadharah Barat dan pemusnahan Kapitalisme dan Amerika sebagai pemimpin hadharah Kapitalisme bukanlah keinginan para pemikir muslim semata, melainkan hal tersebut telah diserukan dan seruan-seruan tersebut masih terus berlangsung dari para pemikir dan politikus Barat sendiri. Para pemikir dan politikus Barat telah mengetahui dari penelitian sejarah bahwa ketika sebuah kumpulan masyarakat telah binasa, maka tidak akan tersisa sebuah hadharah pun dalam catatan sejarah walaupun secara lahir bentuk fisiknya masih kuat menghadapi kelemahan-kelemahan yang mendorong masyarakat tersebut ke dalam jurang.


Contohnya saja, seorang pemikir Amerika tersohor Paul Kennedy yang telah merilis bukunya berjudul ‘Peningkatan dan Penurunan Kekuatan yang Besar (Kapitalisme)’ pada tahun 1987 M, ia menyebutkan bahwa Amerika Serikat telah dililit oleh faktor pendorong (pada kehancuran) dan ia meramalkan kehancuran imperium Amerika dalam aspek sejarah yang bermakna pelemahan kekuatannya secara bertahap agar kekuatan pesaing yang lebih besar bisa naik seperti Cina akibat dari faktor-faktor dalam negeri terstuktur. Jika pengeluaran strategis suatu negara bertambah dari kemampuan perekonomiannya maka negara itu akan hancur, dan hal semacam ini adalah akhir yang pasti bagi sebuah imperium.
Hal ini berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Spengler yang berpendapat bahwa setiap hadharah adalah institusi yang berdiri sendiri, sebuah hadharah jelas dan individual, mengeras dan mengering sendi-sendinya, lalu musnah.

Spengler pun berusaha memprediksi akhir dari hadharah Barat dalam bukunya ‘Kemerosotan Barat’, itu adalah kebinasaan yang tidak dapat dielakkan dalam beberapa abad yang akan datang. Spengler pun menilai bahwa ada dua faktor utama yang menyebabkan kehancuran sebuah hadharah, yaitu adanya kekuatan yang lebih besar dari kekuatan hadharah itu sendiri, sama halnya dengan hadharah Kapitalisme ini, dan ia telah sampai pada penghujung usianya.


Benjamin Freedman, seorang ahli ekonomi pemerintah, bahkan menyerupakan masyarakat Barat dengan sepeda stasioner yang rodanya mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Jika gerak dorong ke depannya semakin melambat atau bahkan terhenti maka fondasi-fondasi masyarakat seperti demokrasi, kebebasan individu dan toleransi akan terguncang dahsyat. Jika kita tidak mampu mengulangi gerakan pada roda maka masyarakat akan hancur seluruhnya.


George Barker menyeru bahwa kemunduran Amerika berasal dari tidak adanya persamaan antar warga negara. Ia berkata, “Tidak adanya persamaan hak warga negara telah mengubah masyarakat pada sistem kelas dan merusak kepercayaan di antara para penduduk, serta menciptakan cita-cita tinggi untuk memiliki penyelesaian tuntas atas permasalahan sosial yang besar. Hal ini tentu telah merubuhkan Demokrasi.”
Niall Ferguson berpendapat bahwa tidak akan terjadi kemunduran secara perlahan dan di dunia dalam cengkraman Amerika. Ia mengatakan, “…sebagai pengganti atas hal itu, berbagai imperium sama saja seperti sistem yang telah berlaku, ia menjadi tolok ukur bagi dirinya sendiri, akan terlihat untuk jangka waktu yang tidak diketahui, lalu akan binasa secara tiba-tiba tanpa ada peringatan terlebih dahulu.”


Rondez berkata, “Bertepatan dengan awal tahun 2050 masyarakat Amerika Serikat dan Britania Raya akan terbagi menjadi dua kelas. Dimana para elitenya hidup dalam kenyamanan hidup di saat yang lain merasakan kemerosotan kebutuhan hidup bagi orang banyak, maka konsep keadilan sosial akan musnah.”


Sedangkan Ulrich Schafier dalam bukunya ‘Hancurnya Kapitalisme’ (sebab-sebab kehancuran ekonomi pasar bebas) pada tahun 2010, memberikan ringkasan atas esainya bahwa masa depan bergantung pada pergantian yang sedang berlangsung pada moralitas besar yang mengatur suatu masyarakat, juga pada pengetahuan semua kalangan bahwa tanggung jawab sosial tidak berkurang sedikit pun urgensitasnya dari pasar bebas. Jika penguasanya pura-pura bodoh atas kejadian ini, maka sistem Kapitalisme ini akan berakhir pada jalan yang sama yang diambil oleh Sosialisme, yaitu kehancuran dan kelenyapannya dari muka bumi.
Sedangkan sejarawan Amerika, Will Durrant, mengutarakan bahwa kehancuran moralitas dan keagamaan serta nilai-nilai merupakan awal faktor kehancuran sebuah hadharah. Ia lalu menyebutkan bahwa hadharah yang besar tidak akan terkalahkan kecuali jika ia menghancurkan dirinya sendiri dari dalam.

4. Indikator Kebangkitan Umat Islam dan Kembalinya Hadharah Mereka


Telah berakhirlah masa umat Islam bertopang pada hadharah Barat jauh sebelum revolusi industri berlangsung di Eropa, yang menyebabkan berguncangnya keyakinan kebanyakan umat Islam –saat itu– pada hadharah mereka sendiri tanpa adanya kerelaan yang sebenarnya terhadap kebenaran pemikiran Kapitalisme, lalu dengan dihancurkannya Khilafah diikuti dengan hilangnya ideologi serta hadharah Islam dari muka bumi. Para penjajah menancapkan pemikiran-pemikiran Barat dengan kuat dalam kaum muslimin, serta menerapkan sistem Kapitalisme terhadap kaum muslimin secara khusus dalam masalah ekonomi dan pemerintahan.


Namun, setelah guncangan hebat yang melanda umat muslim, serta munculnya seruan kebangkitan realistis dalam diri umat, juga kesaksian umat atas kebobrokan-kebobrokan yang dipertontonkan hadharah Kapitalisme serta posisi permusuhan agama Islam terhadap Barat, ini semua merupakan faktor-faktor yang menciptakan kemunduran besar dalam pengadopsian hadharah Barat oleh orang-orang memiliki pengetahuan, pemikir dan kaum muslimin secara umum. Dengan ini, keyakinan kaum muslimin pada hadharahnya sendiri dan urgensi untuk mengembalikan hadharah Islam telah kembali.


Setelah munculnya guncangan hebat atas sistem Kapitalisme dalam hal ekonomi serta seruan-seruan sebagian tokoh Barat untuk mengadopsi sistem perekonomian Islam yang bebas dari riba, kembalilah keyakinan terhadap hukum-hukum ekonomi Islam pada banyak kalangan muslim. Begitupula kembalinya keyakinan mereka ketika dibuatnya pengganti yang layak dan praktis dalam aspek politik dan pemerintahan, dan didapatinya opini umum dan dukungan untuk menerapkan Islam dan Khilafah adalah bagian dari agama, hadharah, sejarah serta warisan mereka yang sangat luhur.


Upaya-upaya revolusi Arab Spring yang dilakukan sebagai bentuk perlawanan atas kezaliman merupakan salah satu tanda kembalinya vitalitas hadharah Islam dalam diri umat, serta awal pengambilan tali kendali bagi umat dimana ia mulai mengetahui arah perjuangan tanpa kendali dari Barat setelah mereka berhasil merampas pemerintahan itu sendiri dari Barat. Revolusi ini menginginkan pergantian penguasa yang telah diangkat oleh Barat (pemimpin boneka antek Barat), akan tetapi ia belum mempersenjatai diri dengan hadharah alternatif, atau ia takut untuk mengadopsinya (hadharah alternatif; Islam, pen) khawatir revolusi ini dihancurkan oleh penguasa, atau khawatir terhadap berhentinya dukungan/bantuan yang ia terima dari negara-negara tetangga. Hal-hal ini secara gamblang telah membuat revolusi tersebut enggan untuk mengadopsi pengganti hadharah Islam.


Indikator kebangkitan umat dan kembalinya keyakinan mereka pada pemikiran, hukum-hukum, dan peraturan Islam haruslah mampu mengembalikan kekuasaan umat di wilayahnya sendiri serta kembalinya hadharah mereka untuk diterapkan sesuai dengan ketetapan Allah SWT dalam sebuah negara atau hadharah. Tanda-tanda ini merupakan poin paling penting dan paling diharapkan. Hal-hal ini juga merupakan indikator utama bagi para pemikir cemerlang dalam mengindikasi kemunduran dan kejatuhan hadharah Kapitalisme, bagi kami indikator ini pula yang paling utama daripada menunggu Allah SWT menghancurkan Amerika dengan kebobrokan sistemnya sendiri.

5. Penutup


Kita telah mengetahui melalui sudut pandang ketentuan sebuah hadharah, bahwa hadharah Kapitalisme yang telah rusak harus benar-benar menemui kehancuran melalui perlawanan dari kaum muslim cepat atau lambat. Kita juga memiliki bisyarah (kabar gembira) yang begitu banyak dari Al-Quran dan Sunnah bahwa masa depan adalah milik umat Islam dan Allah SWT telah berjanji untuk memberikan kekuasaan pada umat Islam hingga kekuasaan umat Muhammad SAW mencapai batasan yang tak terhitung, juga mereka akan menemui tetangganya dengan kemuliaan yang berlimpah atau kehinaan yang hina dina.


Namun, kapan hal itu akan terjadi, bagaimana dan dimana? Kita tidaklah memiliki jawaban pasti atas pertanyaan tersebut.
Hal penting yang sangat dibutuhkan dalam masalah ini adalah bagaimana agar kita –umat Islam– pantas dan siap untuk menerima kepemimpinan rabbani ini, juga agar kita benar-benar mempersiapkan pergantian dan perubahan hadharah ini secara matang dengan kedalaman pemahaman, pemikiran serta pengadopsian pemikiran dan hukum-hukum hadharah yang terpancar dari akidah dan ideologi kita sembari terus meyakini kebenaranya tanpa ada sedikit pun tercampur antara hadharah Islam dengan pemahaman hadharah lainnya yang berasal dari peradaban manusia yang telah rusak.
Mari kita mohon pada Allah SWT untuk menyegerakan hari dihancurkannya Amerika dan Eropa beserta hadharahnya yang telah rusak oleh Allah SWT, dan membuat penentang, pemusnah, dan penggantinya di tangan kaum muslim, Allahumma aamiin. []


(Telah diterjemahkan dari makalah aslinya yang berjudul ‘Fasad Al-Hadharah Al-Ra’simaliyyah wa Qurb Inhiyariha (2)’, diterbitkan oleh Majalah Waie edisi 395)

Visits: 2

Tags

Bagikan tulisan ini

Tulisan menarik lainnya...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Category

Gabung Channel Telegram